Konsep Pendekatan dalam Pelatihan

commit to user 31 dalam program pelatihan. Pelatihan dan pendidikan keduanya menyangkut proses belajar, hanya saja ada yang membedakan antara pelatihan dengan pendidikan diantaranya, pelatihan lebih menekankan pada pengembangan keterampilan dan perubahan tingkah laku sedangkan pendidikan penanaman pengetahuan, materi keterampilan terkait dengan tugas atau pekerjaan sedangkan materi pendidikan lebih luas dan tidak terkait langsung dengan pekerjaan, pelatihan mengutamakan proses melakukan dan pencapaian tingkat keterampilan tertentu sedangkan pendidikan mengutmakan proses mengetahui dan penguasaan materi, pelatihan mengutamakan sistem yang tertutup di mana ada kepastian tentang cara yang benar dan salah sedangkan pendidikan mengutamakan sistem terbuka sehingga memungkinkan adanya pengaruh luar yang menentukan salah dan benar, langakah-langkah dalam pelatihan diatur dengan jelas sedangkan langkah-langkah dalam pendidikan tidak diatur secara jelas untuk mencapai tujuan. Jadi, yang membedakan antara pelatihan dan pendidikan adalah di dalam pelatihan sangat difokuskan pada suatu materi dan dengan cara tertentu dengan menggunakan sistem yang tertutup sedangkan dalam pendidikan materinya lebih luas lagi dan tidak hanya terfokus pada keterampilan saja serta cara yang digunakan tidak ditentukan secara jelas dengan menggunakan sistem terbuka.

a. Konsep Pendekatan dalam Pelatihan

Menurut Miner dalam Munandar, 2006 terdapat lima konsep pendekatan pelatihan yang efektif, yaitu : commit to user 32 1 Motivasi Pelatihan pada umumnya terjadi jika seseorang memiliki motivasi untuk belajar atau mengikuti pelatihan. Seseorang mengikuti pelatihan karena mengharapkan bahwa setelah pelatihan selesai maka orang tersebut akan memiliki kemampuan seperti yang dilatihkan atau memberi dampak positif dalam dirinya, Setiap peserta pelatihan yang mengikuti suatu pelatihan memiliki harapan yang ingin diperoleh setelah mengikuti pelatihan tersebut. Motivasi adalah suatu usaha menimbulkan dorongan untuk melakukan suatu tindakan, sehingga suatu pelatihan perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat menimbulkan motivasi bagi peserta pelatihan untuk mengikuti atau bertahan untuk mengikuti sebuah pelatihan. 2 Pengukuhan Kembali Positive Reinforcement Berdasarkan teori law of effect Thorndike dalam Munandar, 2006 maka perilaku yang dianggap mengarah ke satu hadiah atau memenuhi satu kebutuhan cenderung untuk dipelajari dan diulangi. Setiap kejadian yang meningkatkan kemungkinan timbulnya perilaku khusus dianggap mengukuhkan kembali. Pengukuhan kembali yang positif perlu diusahakan jika hasil proses pembelajaran menghasilkan perilaku yang diharapkan. Dalam pelatihan, seorang peserta pelatihan mampu memecahkan masalah manajerial dengan menggunakan teknik pemecahan masalah tertentu dengan hasil yang baik, maka perilakunya perlu dikukuhkan kembali secara positif dengan memberi pujian commit to user 33 misalnya atau memberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang lain. 3 Pengetahuan Tentang Hasil Dengan memberikan umpan balik kepada peserta pelatihan agar mereka mengatahui hal-hal apa saja yang telah dikuasainya, yang telah dapat dilakukan dengan baik, dan yang belum dikuasai. Dengan mengetahui hasil, peserta pelatihan dapat mengkonsentrasikan pada hal-hal yang masih harus perlu dipelajari. 4 Praktek Aktif dan Pembelajaran Melalui Pengalaman Experiental Learning Pembelajaran memerlukan praktek dan pengalaman dengan tugas. Konsep sentral dari pembelajaran melalui pengalaman adalah bahwa harus ada praktek yang aktif agar seseorang mengulang-ulang apa yang harus dipelajari dan dihayati sehingga akhirnya menguasai pengetahuannya atau keterampilannya. 5 Pemindahan dari Pelatihan Transfer of Training Sering terjadi bahwa apa yang sudah dipelajari dalam program pelatihan tidak berhasil dibawa dan diterapkan pada dunia nyata, maka dengan kata lain pemindahan dari pelatihan dinyatakan gagal. Cara untuk mengatasi hal tersebut adalah harus diupayakan mengadakan unsur-unsur yang sama antara situasi nyata dengan situasi pelatihan. Diskusi dengan peserta dapat dilakukan dalam suatu pelatihan untung mengetahui commit to user 34 tentang apa saja yang akan dialami jika pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipelajari dalam pelatihan diterapkan dalam situasi nyata. Lima konsep pendekatan dalam pelatihan tersebut memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Kekuatan dari pendekatan motivasi adalah peserta akan mengikuti pelatihan hingga akhir pelatihan jika memiliki motivasi tinggi dan terjaga namun jika peserta tidak memiliki motivasi maka peserta akan sulit untuk bertahan dan menerima pelatihan. Kekuatan dari pendekatan pengukuhan kembali perilaku yang telah diubah akan muncul dalam keseharian jika terdapat reinforcement dan perilaku sulit untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari jika tidak ada reinforcement . Kekuatan dari pendekatan pengetahuan tentang hasil adalah peserta akan terus melatih hal-hal yang belum dikuasainya dan kelemahannya adalah peserta cenderung mengabaikan hal-hal yang telah dikuasainya. Kekuatan pendekatan pemindahan dari pelatihan adalah peserta dihadapkan pada situasi yang telah dimanipulasi sehingga mendekati kondisi nyata sehingga mudah untuk diterapkan dalam kehidupan nyata dan kelemahannya adalah tidak semua program pelatihan berhasil dibawa dan diterapkan dalam kehidupan nyata. Kekuatan pendekatan praktek aktif melalui pengalaman experiental learning adalah peserta praktek langsung tentang materi pengalaman sehingga peserta mengalaminya langsung dan mendapatkan pengalaman yang menginternalisasi. Pelatihan berpikir positif yang akan dilakukan dalam penelitian ini merupakan pelatihan dengan pengembangan model kognitif maka konsep commit to user 35 pendekatan yang digunakan dalam pelatihan ini adalah experiential learning karena menurut teori kognitif yang menggambarkan cara seseorang belajar untuk mengenali dan mendefinisikan masalah serta bereksperimen untuk menemukan solusinya. Menurut teori ini, jika mereka berhasil menemukan sendiri solusinya maka hal itu akan lebih lama disimpan dalam memorinya. Teori kognitif memiliki dasar pemikiran discovery atau do it yourself . Teori belajar melalui pengalaman experiential learning seperti yang digambarkan Kolb, Rubin, dan Mc Intyre dalam Yuwono dkk, 2005 terdiri dari empat siklus tahapan, yaitu pengalaman nyata, observasi dan refleksi terhadap pengalaman, pembentukan konsep abstrak dan generalisasi yang menjelaskan tentang pengalaman dan menentukan bagaimana hal itu dapat diterapkan, dan menguji implikasi konsep data pada situasi yang baru. b. Experiential learning Belajar melalui pengalaman experiential learning terjadi jika seseorang melakukan kegiatan, melihat kembali lalu melakukan analisis dari informasi yang bermanfaat, dan menempatkan hasil belajar melalui perubahan perilaku. Proses ini dialami secara spontan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan perilaku, suatu hasil dari pengalaman atau masukan, yang merupakan tujuan umum dari suatu pelatihan. Pelatihan terstruktur akan menghasilkan suatu kerangka kerja yang dapat difasilitasi seperti gambar di bawah ini : commit to user 36 Gambar 2 Siklus Experiential Learning Pfeiffer Ballew UA Training, 1988 Belajar melalui pengalaman experiential learning menurut Pfeiffer Ballew 1988 terdiri dari lima tahapan sesuai dengan gambar siklus di atas, yaitu : a Experiencing, tahap awal dalam pelatihan yaitu menghasilkan pengalaman terstruktur. Ini adalah langkah yang sering dikaitkan dengan permainan atau hal-hal yang menyenangkan. Jelas, jika proses berhenti setelah tahap ini, tidak ada kesempatan untuk mempelajari semua yang tersisa, maka fasilitator belum menyelesaikan tugasnya. Hampir setiap kegiatan yang melibatkan penilaian diri atau interaksi interpersonal dapat digunakan sebagai bagian dari pembelajaran pengalaman. Contoh kegiatan yang terdapat dalam tahap ini adalah membuat produk atau model, menciptakan objek-objek seni, menulis, bermain peran, transaksi, pemecahan masalah atau berbagi informasi, memberi dan menerima umpan balik, keterbukaan diri, fantasi, memilih, berkomunikasi secara commit to user 37 verbal atau nonverbal, menganalisis materi kasus, negosiasi atau tawar- menawar, perencanaan, bersaing atau bekerja sama, dan menghadapi. b Publishing, tahap kedua dari siklus ini kira-kira analog dengan penginputan data, istilah-istilah dalam pengolahan data. Peserta pelatihan telah mengalami dan mengikuti suatu kegiatan dan sekarang mereka mungkin siap untuk berbagi tentang apa yang mereka lihat dan atau apa yang mereka rasakan selama acara tersebut. Langkah ini melibatkan mencari tahu apa yang terjadi di dalam dan pada individu-individu, pada kognitif, afektif, dan tingkat perilaku, sementara kegiatan ini terus berlanjut. c Processing, tahap ini dapat dianggap sebagai titik tumpu atau langkah penting dalam pengalaman belajar. Ini adalah pemeriksaan sistematis pengalaman umum dimiliki oleh orang yang terlibat yaitu peserta pelatihan. Ini adalah dinamika kelompok yaitu tahap siklus di mana para peserta pada dasarnya merekonstruksi pola dan interaksi aktivitas dari pengumuman laporan individu individual report . Tahap ini merupakan bagian dari siklus yang kritis, fasilitator perlu merencanakan dengan hati- hati bagaimana pengolahan akan dilakukan dan terfokus ke langkah berikutnya yaitu generalisasi. d Generalization, jika belajar adalah untuk mentransfer ke dunia nyata, penting bagi para peserta untuk dapat memperkirakan pengalaman dari pelatihan terstruktur ke dunia luar. Sebuah lompatan kesimpulan harus commit to user 38 dilakukan pada saat ini dalam pengalaman terstruktur, dari kenyataan di dalam kegiatan dengan realitas kehidupan sehari-hari. e Applying, tahap akhir dari siklus experiential learning adalah tujuan yang terstruktur dari seluruh pengalaman yang telah dirancang. Pertanyaan penting di sini adalah Sekarang apa? Fasilitator membantu peserta pelatihan untuk menerapkan generalisasi dengan situasi aktual di mana diri mereka terlibat. Berdasarkan uraian mengenai pelatihan di atas, dapat diketahui bahwa pelatihan melalui beberapa tahapan sesuai Siklus Experiential Learning menurut Pfeiffer Ballew UA Training, 1988 yaitu tahap experiencing , publishing , processing , generalization , serta applying .

c. Komponen Pelatihan