Menonton Film Genre Drama

21 sastra yang diciptakan untuk didengarkan Sayuti via Wiyatmi, 2009: 58. Unsur bunyi dikenal dengan sajak. Unsur pembangun puisi yang kedua yaitu diksi. Diksi adalah pilihan kata atau frase dalam karya sastra Abram via Wiyatmi, 2009: 63. Diksi yang digunakan mendukung suasana dan konteks sosial yang akan disampaikan pengarang melalui puisinya. Pemilihan kata bertujuan untuk mencapai efek puitis dari puisi. Diksi juga mendukung makna dari puisi. Unsur pembangun puisi yang ketiga yaitu bahasa kias. Bahasa yang dipakai dalam puisi adalah bahasa yang padat. Bentuk puisi yang hanya berupa kalimat-kalimat pendek memaksa pengarang untuk memadatkan bahasa yang ia pakai dalam menulis puisi. Sehingga apa yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca akan tercapai dengan bahasa yang singkat. Bahasa yang dipakai dalam puisi haruslah singkat, padat, efisien, dan bila perlu membuang imbuhan-imbuhan Nurgiyantoro, 2014: 175. Bahasa kias merupakan penyimpangan dari pemakaian bahasa yang biasa, yang makna katanya atau rangkaian katanya digunakan dengan tujuan untuk mencapai efek tertentu Abrams via Wiyatmi, 2009: 64. Bahasa kiasan memiliki beberapa jenis, yaitu personifikasi, metafora, perumpamaan simile, metonimia, sinekdoki, dan alegori. Unsur pembangun puisi yang keempat yaitu citraan. Citraan adalah gambaran-gambaran angan dalam puisi yang ditimbulkan melalui kata-kata. Citraan dihasilkan oleh indra manusia, sehingga terdapat enam jenis citraan, 22 yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan rabaan, citraan pencecapan, citraan penciuman, dan citraan gerak. Penggunaan-penggunaan istilah dalam puisi adalah istilah-istilah yang tidak biasa dan menimbulkan kesan indah apabila dibaca. Maka untuk mencapai efek keindahan itu, penulis puisi menggunakan sarana retorika. Altenbernd dan Lewis via Wiyatmi, 2009: 70 menyebutkan bahwa sarana retorika merupakan muslihat intelektual. Sarana retorika yang dihadirkan bersamaan dengan permajasan akan memperindah penuturan teks yang bersangkutan. Sarana retorika merupakan pernyataan-pernyataan yang membuat pembaca memaknai puisi tersebut lebih dalam. Sarana retorika dihadirkan untuk menarik perhatian pembaca. Sarana retorika dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu hiperbola, ironi, ambiguitas, paradoks, litotes, dan elipsis. Unsur pembangun puisi yang selanjutnya yaitu bentuk visual. Bentuk visual merupakan salah satu unsur puisi yang paling mudah dikenal. Bentuk visual puisi sangat berbeda dengan bentuk visual teks cerpen atau drama. Bentuk visual puisi terkadang berhubungan dengan makna puisi tersebut. Bentuk visual puisi terkadang tidak satu baris penuh, sehingga sangat berbeda jika dibandingkan dengan bentuk visual prosa maupun drama yang mengisi satu baris penuh. Namun dengan setengah baris itu, sebuah puisi haruslah memiliki makna. Unsur pembangun puisi yang terakhir yaitu makna puisi. Seperti halnya pada teks cerpen dan drama, makna puisi juga baru ditemukan setelah 23 membaca keseluruhan puisi itu. Pemahaman yang dimaksud adalah pembaca dapat memahami arti setiap kata dan kiasan yang dipakai dalam puisi itu. Pembaca juga harus memperhatikan unsur-unsur puisi lain yang mendukung maknanya. Makna yang sering dipilih para pengarang umumnya berkaitan dengan pengalaman dan permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia Wiyatmi, 2009: 73.

3. Membaca Puisi

Membaca puisi merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh informasi atau makna dari sebuah teks puisi. Puisi merupakan salah satu sastra yang telah sejak dulu berkembang di masyarakat. Membaca puisi masuk dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X SMA semester I. Tabel 1: SK-KD Kelas X SMA Semester I SMA Negeri 1 Tempel, Sleman Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen. 7.1 Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat. 7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membacakan puisi adalah sebagai berikut. 1. Interpretasi Penafsiran Untuk memahami sebuah puisi, siswa harus dapat menangkap simbol- simbol atau lambang-lambang yang digunakan oleh penyair. Bila siswa