Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI Pada Periode 2010-2012

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI PADA PERIODE 2010-2012

OLEH

Olivia Tria Febrina 100503082

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN S1-AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI pada periode 2010-2012” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Yang Membuat Pernyataan

NIM : 100503082 Olivia Tria Febrina


(3)

ABSTRAK

Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI pada periode 2010-2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di BEI pada periode 2010-2012. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012. Terdapat 37 perusahaan dalam populasi dengan sampel yang diperoleh berjumlah 23 perusahaan setelah melewati kriteria sampel yang ditentukan melalui metode Purposive Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data dengan menggunakan uji regresi berganda setelah terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F, uji t dan uji koefisien determinasi yang disesuaikan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel perputaran kas dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap ROA tetapi variabel perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa variabel perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap ROA.

Kata kunci : Return on Asset, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan


(4)

ABSTRACT

The Effect of Working Capital Management on The Profitability of The Manufacturing Company Sector Consumer Goods Listed in Indonesia Stock

Exchange Period 2010-2012

This reasearch aims to know the effect of working capital management on profitability of the manufacturing companies sector consumer goods listed in Indonesia Stock Exchange. This research is a replication from the previous researcher.

The population in this research is the manufacturing companies sector consumer goods listed in Indonesia Stock Exchange. There are 37 companies in this population with 23 companies are obtained as samples from sample criteria which determined through purposive sampling method. The data used in this study is a secondary data obtained from the Indonesian Capital Market Directory. The data collected were analyzed by using regression test after first tested the classic assumptions test. This hypothesis test is using the F test, t test and the adjusted coefficient of determination test.

The result of this research indicate that partially cash turnover and inventory turnover variables influence to ROA, but account receivable turnover variables not influence to ROA. Meanwhile, the result of this research indicate that simultaneously cash turnover, account receivable, and inventory turnover influence to ROA.

Keywords : Return on Asset, Cash Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory Turnover


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena penyertaan-Nya yang tak berkesudahan di dalam hidup peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di BEI pada periode 2010-2012.”

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, di Program Strata-1 Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Dalam pengerjaan skripsi ini penulis mendapat banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini secara khusus dengan penuh kasih dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua peneliti karena atas motivasi dan bimbingan mereka sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak. Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara


(6)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak., selaku Ketua Program Studi S1-Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1-Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dra. Nurzaimah, M.M., Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, serta pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh jajaran tenaga pendidik dan pegawai di Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara

6. Kepada orang terdekat, Andri Primadana Bangun, S.E. yang selalu menemani, memberikan semangat, dan membantu hingga skripsi ini siap. 7. Semua sahabat “SUSAHLITA” yang akan bertransformasi menjadi

“SOSIALITA” suatu saat nanti, semoga kita semua sukses.

Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. Namun penulis sadar sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahi kita dengan Kasih-Nya.

Medan, Oktober 2014 Penulis,

NIM : 100503082 Olivia Tria Febrina


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 9

2.1.1.Profitabilitas ... 9

2.1.1.1. Pengertian Profitabilitas ... 9

2.1.1.2. Jenis-jenis Profitabilitas ... 10

2.1.2.Modal Kerja ... 12

2.1.2.1. Pengertian Modal Kerja ... 12

2.1.2.2. Jenis-jenis Modal Kerja ... 13

2.1.2.3. Manfaat Modal Kerja ... 14

2.1.2.4. Sumber Modal Kerja.. ... 14

2.1.3.Perputaran Kas… ... 17

2.1.4.Perputaran Piutang ... 17

2.1.5.Perputaran Persediaan ... 18

2.1.6.Manajemen Modal Kerja ... 19

2.2.Penelitian Terdahulu ... 20

2.3.Kerangka Konseptual ... 21

2.4.Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 26

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian... 26

3.3.Jenis dan Sumber Data ... 29

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 29


(8)

3.6.Variabel Penelitian dan defenisi Operasional ... 30

3.6.1.Variabel Bebas Independen ... 31

3.6.1.1.Rasio Lancar ... 31

3.6.1.2.Rasio Cepat ... 31

3.6.1.3.Perputaran Piutang ... 31

3.6.1.4.Perputaran Persediaan ... 32

3.6.2.Variabel Terikat dependen ... 32

3.7.Skala Pengukuran Variabel ... 33

3.8.Teknik Analisis Data ... 34

3.8.1. Analisis Deskriptif ... 34

3.8.2. Uji Asumsi Klasik ... 35

3.8.2.1.Uji Normalitas ... 35

3.8.2.2.Uji Multikolinearitas ... 36

3.8.2.3.Uji Autokorelasi ... 36

3.8.2.4.Uji Heterokedastisitas ... 37

3.8.3. Uji Hipotesis ... 38

3.8.3.1.Analisis Regresi ... 38

3.8.3.2.Uji Parsial(t-test) ... 39

3.8.3.3.Uji Simultan(f-test) ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Data Penelitian ... 41

4.2.Analisis Hasil Penelitian... 44

4.2.1. Analisis Deskriptif ... 44

4.2.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 46

4.2.2.1.Uji Normalitas ... 46

4.2.2.2.Uji Multikolinearitas ... 50

4.2.2.3.Uji Heterokedastisitas ... 51

4.2.2.4.Uji Autokorelasi ... 52

4.2.3.Uji Hipotesis ... 54

4.2.3.1. Analisis Regresi ... 54

4.2.3.2.Uji Parsial t( t-test) ... 55

4.2.3.3.Uji Simultan F (F-test) ... 57

4.3.Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1.Kesimpulan ... 61

4.2.Saran ... 62


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ... 20

Tabel 3.1. Daftar Perusahaan ... 27

Tabel 3.2. Seleksi Sampel ... 29

Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 33

Tabel 4.1. Daftar Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi ... 41

Tabel 4.2. Daftar Variabel Penelitian ... 42

Tabel 4.3. Statistik Deskriptif ... 45

Tabel 4.4. Uji Kolmogorov Smirnov ... 49

Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas ... 50

Tabel 4.6. Hasil Uji Autokolinearitas ... 53

Tabel 4.6. Hasil Uji t ... 55


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 22

Gambar 4.1. Grafik Histogram... 47

Gambar 4.2. Normal Probability Plot ... 58


(11)

(12)

ABSTRAK

Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI pada periode 2010-2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di BEI pada periode 2010-2012. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012. Terdapat 37 perusahaan dalam populasi dengan sampel yang diperoleh berjumlah 23 perusahaan setelah melewati kriteria sampel yang ditentukan melalui metode Purposive Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data dengan menggunakan uji regresi berganda setelah terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F, uji t dan uji koefisien determinasi yang disesuaikan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel perputaran kas dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap ROA tetapi variabel perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa variabel perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap ROA.

Kata kunci : Return on Asset, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan


(13)

ABSTRACT

The Effect of Working Capital Management on The Profitability of The Manufacturing Company Sector Consumer Goods Listed in Indonesia Stock

Exchange Period 2010-2012

This reasearch aims to know the effect of working capital management on profitability of the manufacturing companies sector consumer goods listed in Indonesia Stock Exchange. This research is a replication from the previous researcher.

The population in this research is the manufacturing companies sector consumer goods listed in Indonesia Stock Exchange. There are 37 companies in this population with 23 companies are obtained as samples from sample criteria which determined through purposive sampling method. The data used in this study is a secondary data obtained from the Indonesian Capital Market Directory. The data collected were analyzed by using regression test after first tested the classic assumptions test. This hypothesis test is using the F test, t test and the adjusted coefficient of determination test.

The result of this research indicate that partially cash turnover and inventory turnover variables influence to ROA, but account receivable turnover variables not influence to ROA. Meanwhile, the result of this research indicate that simultaneously cash turnover, account receivable, and inventory turnover influence to ROA.

Keywords : Return on Asset, Cash Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory Turnover


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan sebuah organisasi yang berorientasi pada laba/profit (profit oriented) dengan menjual barang dan/atau jasa kepada masyarakat. Apabila didasarkan atas kegiatan utama yang dijalankan, secara garis besar jenis perusahaan terbagi kedalam tiga kategori, yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan manufaktur.

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengolah sendiri bahan baku menjadi barang jadi. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terbagi kedalam tiga jenis, yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Subsektor dari perusahaan manufaktur sektor konsumsi adalah sektor industri yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik, dan barang keperluan rumah tangga, serta peralatan rumah tangga.

Dilihat dari pembagian subsektor yang ada, perusahan manufaktur sektor konsumsi merupakan kebutuhan pokok yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan perusahaan yang bergerak pada sektor konsumsi mempunyai aktivitas operasi yang tinggi sehingga menyebabkan perusahaan harus mampu mengelola setiap aktivitasnya sehingga dapat memperoleh laba yang maksimal dan termasuk pengendalian modal kerja.


(15)

Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan akhir yang sama yaitu memperoleh laba yang maksimal sehingga kontinuitas perusahaan tetap terjaga. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah dengan cara mengelola modal kerja dengan baik. Dalam suatu perusahaan dibutuhkan dana untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya yang disebut modal kerja. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari di mana modal kerja yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksi. Modal kerja yang berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasional selanjutnya. Modal kerja ini akan terus berputar setiap periode di dalam perusahaan. Oleh karena itu perlu diperhatikan cara manajemen mengelola modal kerja dengan baik,untuk melancarkan operasional perusahaan.

Menurut brigham (2006 : 266) modal kerja tediri atas 2 jenis yaitu modal kerja netto (net working capital) dan modal kerja bruto (gross working capital). Modal kerja neto merupakan aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Modal kerja bruto merupakan investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang usaha dan persediaan. Modal kerja terdiri dari empat komponen utama: kas, surat berharga, persediaan, dan piutang usaha. Modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio perputaran kas (cash turnover ratio), rasio perputaran piutang (receivable turnover ratio), dan rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio).


(16)

Modal kerja dalam perusahaan perlu ditelaah karena modal kerja penting bagi setiap perusahan. Hal ini dikarenakan beberapa alasan :

1. Tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan operasional sehari-hari.

2. Sebagian besar waktu dari manajer dicurahkan untuk mengelola modal kerja perusahaan.

3. Aktiva lancar dari perusahaan manufaktur, perusahaan dagang maupun perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup besar dari total aktiva perusahaan.

Manajemen modal kerja dalam suatu perusahaan diperlukan untuk mengetahui jumlah modal kerja optimal yang dibutuhkan perusahaan. Manajemen modal kerja merupakan suatu pengelolaan investasi dalam aset jangka pendek. Artinya, bagaimana mengelola investasi dalam aktiva lancar suatu perusahaan. Manajemen modal kerja melibatkan sebagian besar jumlah aset perusahaan. Bahkan terkadang bagi perusahaan tertentu jumlah aktiva lancar lebih dari setengah jumlah investasinya tertanam di dalam perusahaan (Kasmir, 2008: 88).

Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban lancar. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengelolaan investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut, meminimalkan dalam jangka panjang


(17)

biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva dan pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar.

Setiap perusahaan tentunya menginginkan manajemen modal kerja yang baik dan berkualitas. Manajemen modal kerja yang bermutu akan berpengaruh terhadap pencapaian perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dimasa yang akan datang. Dalam hal ini manajemen modal kerja memegang peran penting dalam meningkatkan kinerja perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu disebut rentabilitas atau profitabilitas (Riyanto,2001: 331). Profitabilitas merupakan tujuan akhir dari perusahaan agar kelangsungan usahanya tetap berjalan (going concern). Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas. Dalam prakteknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan antara lain : profit margin ( profit margin on sales), Return On Investment (ROI), Return On Equity ( ROE), dan laba per saham (Kasmir 2008 : 199). Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return On Asset (ROA).

Dari beberapa penelitian sebelumnya, terdapat perbedaan hasil penelitian. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurhafni (2009), “Pengaruh Modal Kerja Dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Consumer Goods Industry di Bursa Efek Indonesia”. menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap Return On Equity (ROE).


(18)

Odor Sihombing (2009), : “Pengaruh Manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Menunjukkan bahwa secara simultan rasio lancar, rasio cepat, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Ricky Wijaya (2009) : “Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Emiten Lq-45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Menunjukkan bahwa variabel cash conversion cycle (CCC) dan working capital turnover (WCT) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas (Return on Total Assets) tetapi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Nurhayati (2011) : “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI”. Menunjukkan bahwa Secara simultan, perputaran persediaan (ITO) dan perputaran piutang (RTO) berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROA) dan secara parsial perputaran persediaan (ITO) berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROA) tetapi perputaran piutang (RTO) tidak berpengaruh secara signifikan.

Ratih (2012) : ” Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return on Asset Perusahaan”. Menunjukkan bahwa perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap ROA, perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, dan perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA

Dapat dilihat bahwa hubungan antara modal kerja dengan tingkat profitabilitas menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Berdasarkan latar belakang


(19)

di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai “pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di BEI pada periode 2010-2012”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio perputaran kas terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial?

2. Apakah terdapat pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio perputaran piutang terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial?

3. Apakah terdapat pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial?

4. Apakah terdapat pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio lancar, rasio cepat, rasio perputaran persediaan, rasio perputaran piutang, dan rasio perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan?


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio perputaran kas terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial.

2. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial.

3. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial.

4. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja yang diukur oleh rasio lancar, rasio cepat, rasio perputaran persediaan, rasio perputaran piutang, dan rasio perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan

mengenai modal kerja dan profitabilitas.

2. Bagi investor, dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam menentukan tempat untuk berinvestasi yang baik.


(21)

3. Bagi perusahaan, sebagai bahan untuk membuat keputusan dan kebijakan yang baik dalam hal modal kerja untuk dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi sumber referensi untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.

5. Bagi pembaca dan pihak lainnya, dapat menjadi referensi dan sumber informasi yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang keuangan khususnya mengenai modal kerja dan profitabilitas.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Profitabilitas

2.1.1.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan kehidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Dalam melakukan analisis perusahaan, di samping melihat laopran keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.

Beberapa ahli memberikan pendapat mereka mengenai pengertian profitabilitas, antara lain:

• Menurut Brigham (2006: 107), rasio profitabilitas merupakan “sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi”. • Menurut Van Horne, Wachowics (2005:222), menjelaskan rasio

profitabilitas adalah “ rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan investasi pada perusaahaan “.


(23)

• Menurut Greuning (2005: 29), “profitabilitas adalah suatu indikasi atas bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modal rata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata”. • Menurut Gitman (2009: 639), “profitability is the relationship

between revenues and costs generated by using the firm’s assets – both current and fixed – in productive activities”.

2.1.1.2 Jenis-Jenis Profitabilitas

Terdapat beberapa jenis rasio yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Jenis-jenis profitabilitas menurut Brigham (2006: 107), yaitu:

a) Gross Profit Margin

Gross profit margin mengukur besarnya persentase dari laba kotor yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan. Semakin tinggi gross profit margin, maka semakin baik. Gross profit margin dapat dihitung dengan rumus:

����������������� = ����� ������

Sales � 100% b) Operating Profit Margin

Operating profit margin mengukur besarnya persentase dari laba kotor yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan setelah terlebih dahulu dikurangi dengan beban dan biaya operasi perusahaan. Semakin tinggi rasio operating profit margin, maka semakin baik. Operating Profit Margin dapat dihitung menggunakan rumus:

���������������������=���������Sales ������ � 100% c) Net Profit Margin

Net Profit Margin mengukur besarnya persentase laba bersih yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan. Net profit margin dapat dihitung seperti berikut:

���������������= ���������

Sales � 100% d) Total Asset Turnover (TATO)


(24)

Total Asset Turnover mengukur seberapa baik perusahaan memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio TATO, menandakan semakin baik perusahaan dalam memanfaatkan total aktivanya dalam meningkatkan penjualan. Total Asset Turnover dapat dihitung menggunakan rumus:

����= ��� �����

total asset � 100% e) Return on Total Assets (ROA)

Return on Total Assets (ROA), sering pula disebut sebagai Return on Investment (ROI). ROA mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan dalam menghasilkan laba berdasarkan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi rasio ROA, semakin baik. ROA dapat dihitung dengan rumus:

���= ��� ������

total asset � 100% f) Return on Equity (ROE)

Return on Equity mengukur besarnya persentase pengembalian atas investasi yang telah dilakukan oleh para pemegang saham di suatu perusahaan. ROE dapat dihitung dengan rumus:

���= sharesholder���������s equity � 100%

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini yang dipakai hanya yang terkait dengan investasi yaitu Return On Asset (ROA) . ROA merupakan rasio antara saldo laba bersih setelah pajak dengan jumlah asset perusahaan secara keseluruhan.

Menurut Gitman (2009: 68), “The return on total assets (ROA) measures the overall effectiveness of management in generating profits with its available assets.” ROA menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh asset yang dimiliki perusahaan. ROA digunakan oleh manjemen perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA memiliki keuntungan yaitu ROA merupakan pengukuran yang


(25)

komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini. Laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan laba rugi dan neraca. Keunggulan lain yang didapat dari pengukuran kinerja dengan ROA adalah perhitungan ROA sangat mudah dihitung dan dipahami.

ROA juga merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha. Dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan, setiap unit organisasi yang ada dalam perusahaan dapat menggunakan ROA untuk mengetahui profitabilitas dari setiap unit usaha. Rasio ini juga dipilih karena ROA mengukur kemampuan manajemen suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang tersedia dan oleh peneliti, dirasa erat hubungannya dengan manajemen modal kerja dimana modal kerja bersih secara sederhana dapat diartikan sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar.

2.1.2 Modal Kerja

2.1.2.1 Pengertian Modal Kerja

Modal kerja merupakan modal yang digunakan perusahaan untuk menopang kegiatan operasinya sehari-hari. Menurut Jumingan (2006 : 66), definisi modal kerja yang lazim digunakan, yaitu :

1. Modal kerja adalah kelebihan aset lancar terhadap liabilitas lancar. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih. Kelebihan ini merupakan jumlah aset lancar yang berasal dari liabilitas jangka panjang dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aset lancar yang lebih besar daripada liabilitas jangka pendek dan menunjukkan tingkat


(26)

keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa yang akan datang.

2. Modal kerja adalah jumlah dari aset lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto. Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aset lancar misalnya kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan.

3. Menurut konsep fungsional, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Modal kerja menurut definisi fungsional tersebut adalah kas, piutang dan persediaan. Adapun aset lancar seperti seperti surat-surat berharga dan keuntungan dalam piutang digolongkan sebagai modal kerja potensial. Aset tidak lancar seperti tanah, bangunan, mesin dan lain-lain digolongkan sebagai non working capital.

2.1.2.2 Jenis-Jenis Modal Kerja

Menurut Riyanto (2001: 61), modal kerja digolongkan dalam beberapa jenis:

1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalani fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal

kerja ini terdiri dari:

a) Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.

b) Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini terdiri dari:

a) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.


(27)

b) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.

c) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

2.1.2.3 Manfaat Modal Kerja

Modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan, di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan juga akan memberikan beberapa manfaat. Menurut Munawir (2004: 116) manfaat modal kerja tersebut adalah:

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya

3. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara “credit standing” perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti dalam hal terjadi: pemogokan, banjir, dan kebakaran.

4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.

5. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada para pembelinya syarat kredit yang lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk membiayai perusahaannya.

6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.

2.1.2.4 Sumber Modal Kerja

Menurut Munawir (2004 :117), pada dasarnya modal kerja terdiri dari dua bagian pokok, yaitu:


(28)

a. Bagian yang tetap atau bagian yang permanen, yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan.

b. Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktifitas biasa.

Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan kreditor jangka pendek. Di samping dari investasi para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat pula dibiayai dari penjualan obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang ini di samping juga harus mempertimbangkan beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan.

Perusahaan dapat memperoleh modal kerja baik dari internal perusahaan maupun eksternal. Menurut Djarwanto (2004 : 95-97), modal kerja berasal dari berbagai sumber yaitu:

1. Pendapatan bersih

Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil lainnya yang meningkatkan kas dan piutang. Tetapi sebagian dari modal kerja ini harus digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi, yang merupakan sumber modal kerja adalah pendapatan bersih dan modal kerja yang diperoleh


(29)

dari operasi jangka pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan laba rugi perusahaan.

2. Keuntungan penjualan surat-surat berharga

Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aset lancar dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-surat berharga menunjukkan pergeseran bentuk pos aset lancar yaitu dari pos “surat-surat berharga” menjadi pos “kas”. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya jika terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.

3. Penjualan aset tetap, investasi jangka panjang dan aset tidak lancar lainnya

Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aset tetap, investasi jangka panjang dan aset tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aset tidak lancar tersebut menjadi kas akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aset tidak lancar tersebut. Keuntungan atau kerugian dari penjualan investasi jangka panjang dan aset tidak lancar lainnya dapat dimasukkan ke dalam pos-pos insidentil (Extraodrinary Items). 4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana pemilik

Utang hipotek, obligasi dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila diperlukan sejumlah modal kerja misalnya untuk ekspansi perusahaan. Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu diminati karena adanya beban bunga di samping kewajiban untuk mengembalikan pokok pinjamannya.

5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya

Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aset lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai modal kerja musiman, siklis, keadaaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya. Karena ketergantungan akan kredit bank dan kredit jangka pendek lainnya maka adanya credit rating yang tinggi tingkatnya bagi perusahaan yang bersangkutan adalah sepenuhnya penting.

6. Kredit dari supplier atau trade creditor

Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, perlengkapan (supplies) dan jasa-jasa biasa dibeli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu liabilitas harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan sejumlah kecil modal kerja.


(30)

2.1.3 Perputaran Kas

Kas adalah salah satu modal kerja yang paling tinggi tingkata likuiditasnya. Kas yang diperlukan baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap, sehingga kas harus dikelola dengan tepat, yang salah satunya dengan memperhatikan tingkat perputaran kas. Perputaran kas merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu.

Perputaran kas dirumuskan sebagai berikut :

Perputaran Kas = ���������������

����−�������

Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan efisiensi dalam penggunaan kas, sehingga perusahaan bisa memaksimalkan laba. Dan sebaliknya, tingkat perputaran kas yang rendah menyebabkan perusahaan kurang bisa memaksimalkan laba.

2.1.4 Perputaran Piutang

Perputaran piutang dapat dihitung dengan membagi nilai penjualan kredit bersih dengan piutang rata-rata atau nilai piutang akhir.

Perputaran Piutang = ���������������������

����−�����������

Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena berarti modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Perubahan rasio perputaran piutang dari tahun ke tahun merupakan


(31)

refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian kredit atau variasi tingkat kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan piutang.

2.1.5 Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi. Perputaran persediaan ini dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata

Perputaran Persediaan = �������������������

����−��������������������

Persediaan mempunyai peran yang sangat penting bagi setiap perusahaan karena erat hubunganya dengan produksi dan penjualan. Produksi tidak akan lancar apabila persediaan bahan baku kurang, demikian pula halnya penjualan tidak akan berhasil apabila persediaan barang kurang.

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan berarti semakin pendek dana didalam persediaan tertahan sehingga dibutuhkan dana yang relatif kecil serta sebaliknya semakin rendah perputaran persediaannya berarti semakin panjang terikatnya dana dalam persediaan. Dalam hal ini, juga akan berpengaruh pada pemenuhan dana yang berasal dari luar perusahaan yang harus ditanggung oleh perusahaan seperti biaya bunga, dan besarnya bunga akan ditentukan oleh lama atau pendeknya pengembalian pinjamannya. semakin tinggi tingkat perputaran persediaan (ITO) menunjukkan bahwa semakin efektif dan efisien perusahaan dalam mengelola persediaannya. Berarti laba yang diperoleh perusahaan semakin besar pula sehingga


(32)

perusahaan akan memaksimalkan tingkat pengembalian aset yang diperoleh. Jadi, semakin besar tingkat pengembalian asset (ROA) yang diperoleh perusahaan merupakan salah satu indikasi bahwa profitsbilitas perusahaan menunjukkan kondisi yang baik.

2.1.6 Manajemen Modal Kerja

Manajemen modal kerja berarti melaksanakan kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengaturan, pengarahan, dan pengendalian secara efektif dan efisien pada elemen-elemen modal kerja, yaitu aktiva lancar dan kewajiban lancar. manajemen modal kerja memiliki peranan penting dalam membuat perbandingan likuiditas dan profitabilitas perusahaan, yang melibatkan pengambilan keputusan terkait jumlah dan komposisi aktiva lancar dan membiayai aktiva tersebut. Kekurangan modal kerja dalam meningkatkan penjualan dan produksi akan berakibat pada hilangnya potensi pendapatan atau laba yang mungkin diperoleh sehingga timbul pula kemungkinan perusahaan akan terseret ke dalam keadaan insolvent (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo).

Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak akan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu dan akan dihadapkan pada masalah likuiditas. Pentingnya manajemen modal kerja didasari oleh alasan seperti yang dikemukakan oleh Martono (2004: 73) berikut ini:


(33)

1. Aktiva lancar dari perusahaan baik manufaktur maupun jasa memiliki jumlah yang cukup besar dibanding dengan jumlah aktiva secara keseluruhan.

2. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama bagi pendanaan eksternal. Perusahaan seperti ini, tidak memiliki akses pada pasar modal untuk pendanaan jangka panjangnya.

3. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai dalam pengelolaaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja.

4. Keputusan modal kerja berdampak langsung pada tingkat risiko, laba, dan harga saham perusahaan.

5. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan dana untuk membelanjai aktiva lancar.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1.

Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti Judul Penelitian

Variabel yang

Digunakan Kesimpulan 1 Odor

Sihombing (2009) Pengaruh Manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

cash turnover (X1),

receivable turnover (X2), inventory turnover (X3) dan

Profitabilitas (Y).

secara simultan rasio lancar, rasio cepat, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

2 Nurhafni (2009)

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal

Kerja terhadap Return on Equity perusahaan

Consumer Goods Industry di Bursa Efek Indonesia

modal kerja (X1),

perputaran

modal kerja (X2) dan

ROE (Y)

secara simultan rasio lancar, rasio cepat, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas.


(34)

3 Ricky Wijaya (2009) “Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Emiten Lq-45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

cash conversion cycle (X1), working capital

turnover (X2) dan ROA (Y)

secara simultan variabel cash conversion cycle (CCC) dan working capital turnover (WCT) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA tetapi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

4 Nurhayati (2011) Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

Perputaran persediaan (X1), perputaran piutang (X2), dan ROA (Y)

Secara simultan, perputaran persediaan (ITO) dan perputaran

piutang (RTO) berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROA) dan secara parsial penelitian ini menunjukkan bahwa variabel perputaran persediaan (ITO) berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROA) tetapi perputaran piutang (RTO) tidak berpengaruh secara signifikan.

5 Ratih (2012)

Pengaruh

Perputaran Modal Kerja terhadap Return on Asset Perusahaan

Perputaran kas (X1),

perputaran piutang (X2) dan perputaran persediaan (X3) dan

Return on Asset (Y)

perputaran kas berpengaruh signifikan

terhadap ROA ; perputaran piutang tidak

berpengaruh signifikan terhadap ROA ; perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui


(35)

dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel dependen dan variabel independen.

Semua uraian yang telah disampaikan maka dapatlah kiranya disusun sebuah skema yang mendasari penelitian ini, sebagaimana yang tampak pada gambar dibawah.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

H1

H2 H3

H3

H4

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah rasio perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan, sedangkan variabel dependennya adalah profitabilitas.

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, ditentukan bahwa modal kerja diproksikan kedalam rasio perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran

Variabel Dependen

Variabel Independen Modal Kerja:

Perputaran Kas (X1)

Perputaran Persediaan (X2)

Perputaran Piutang (X3)

Profitabilitas (ROA) (Y)


(36)

persediaan. Dan variabel dependen yang memproksikan profitabilitas adalah Rasio Return On Asset (ROA).

Perputaran kas merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan efisiensi dalam penggunaan kas, sehingga perusahaan bisa memaksimalkan laba. Dan sebaliknya, tingkat perputaran kas yang rendah menyebabkan perusahaan kurang bisa memaksimalkan laba.

perputaran piutang yang semakin tinggi berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang sehingga dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar.

Perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar perusahaan. Semakin cepat persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Semakin cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka semakin cepat pula bagi perusahaan untuk memperoleh laba. Semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan. Keadaan perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif

perusahaan dalam mengelola persediaannya. Hal ini juga menunjukkan volume penjualan yang tinggi pada perusahaan. Hal ini dapat berarti laba yang didapat


(37)

oleh perusahaan semakin besar dengan mengasumsikan biaya-biaya yang terjadi. Besarnya laba yang diperoleh perusahaan akan memaksimalkan tingkat

pengembalian asset yang diperoleh perusahaan.

Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah Return on Asset (ROA). ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan menghasilkan laba. Dengan adanya ROA perusahaan dapat menganalisis seberapa besar penggunaan aset dapat ditambahi ataupun dikurangi untuk memaksimalkan perolehan laba perusahaan. Baik penambahan maupun pengurangan penggunaan aset-aset dalam perusahaan akan berpengaruh pada penggunaan modal kerja yang merupakan modal yang digunakan untuk menopang kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja akan terus berada dalam keadaan berputar selama periode operasi perusahaan, karena modal kerja dipengaruhi oleh aset lancar yang mudah mengalami perubahan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris dan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi ( Erlina, 2008 : 49). Berdasarkan kerangka konseptual dan uraian teoritis di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H1: Rasio perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas. H2: Perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas.


(38)

H3: Perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas.

H4: Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan, secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2008 : 224) Penelitian asosiatif adalah penelitian dengan dugaan tentang adanya hubungan antar variabel dalam populasi yang akan diuji melalui hubungan antar variabel dalam sampel yang diambil dari populasi tersebut. Tujuan dari Penelitian kausal adalah untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara variabel-variabel yang berfungsi sebagai penyebab dan variabel-variabel mana berfungsi sebagai akibat.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 72). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk pada sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2008: 81). Pada penelitian ini, metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria perusahaan yang dapat digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(40)

1. Perusahaan yang diamati merupakan perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Perusahaan menyajikan laporan keuangan yang diaudit oleh auditor independen selama tahun 2010-2012.

3. Perusahaan tidak delisting pada tahun pengamatan.

4. Perusahaan memiliki ROA yang bernilai positif atau dengan kata lain perusahaan tidak mengalami kerugian pada tahun pengamatan.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapat sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 perusahaan dari 37 perusahaan sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan tiga tahun penelitian sehingga total sampel dalam penelitian ini berjumlah 75 sampel.

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan Manufakatur Sektor Konsumsi yang Terdaftar di BEI

No Kode Nama Emiten Kriteria Sampel

1 2 3 4

1

ADES

PT. Akasha Wira International Tbk.

√ √ √ √ Sampel 1

2

RMBA

PT. Bentoel International Investama Tbk.

√ √ √ √ Sampel 2

3 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk. √ √ √ √ Sampel 3

4

DVLA

PT. Darya Varia Laboratoria Tbk.

√ √ √ √ Sampel 4

5 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk. √ √ X X

6 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk. √ √ X √

7 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. √ √ √ √ Sampel 5

8

HMSP

PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk.

√ √ √ √ Sampel 6

9

INAF

PT. Indofarma (Persero) Tbk.

√ √ √ √ Sampel 7

10

ICBP

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

X √ X X

11

INDF

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.


(41)

12

SIDO

PT. Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk.

√ √ X √

13 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. √ √ √ √ Sampel 9

14

KICI

PT. Kedaung Indah Can Tbk.

√ √ √ X

15

KDSI

PT. Kedawung Setia Industrial Tbk.

√ √ √ √ Sampel 10

16

KAEF

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

√ √ √ √ Sampel 11

17

LMPI

PT. Langgeng Makmur Industry Tbk.

√ √ √ √ Sampel 12

18

TCID

PT. Mandom Indonesia Tbk.

√ √ √ √ Sampel 13

19 MBTO PT. Martina Berto Tbk. X √ X √

20 MYOR PT. Mayora Indah Tbk. √ √ √ √ Sampel 14

21 MERK PT. Merck Tbk. √ √ √ √ Sampel 15

22

MLBI

PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.

√ √ √ √ Sampel 16

23 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk. √ √ √ √ Sampel 17

24

ROTI

PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk.

X √ X X

25

PSDN

PT. Prashida Aneka Niaga Tbk.

√ √ X √

26 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk. √ √ √ √ Sampel 18

27

SCPI

PT. Schering Plough

Indonesia Tbk.

√ √ √ X

28 SKBM PT. Sekar Bumi Tbk. √ X √ √

29 SKLT PT. Sekar Laut Tbk. √ √ √ √ Sampel 19

30 STTP PT. Siantar Top Tbk. √ √ √ √ Sampel 20

31

SQBB

PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.

√ √ X X

32

TSPC

PT. Tempo Scan Pasific Tbk.

√ √ √ √ Sampel 21

33

AISA

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

√ √ √ √ Sampel 22

34 ALTO PT. Tri Banyan Tirta Tbk. X √ X √ 35

ULTJ

PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk.

√ √ √ √ Sampel 23

36 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk. √ X √ √ 37 WIIM PT. Wismilak Inti Makmur

Tbk.

X √ X √


(42)

Tabel 3.2.

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Keterangan Jumlah Perusahaan

1

Populasi 37

2

Tidak lulus kriteria 1

6 3

Tidak lulus kriteria 2

2 4

Tidak lulus kriteria 3

4 5

Tidak lulus kriteria 4

2 6

Jumlah perusahaan yang tidak lulus kriteria sampel

14

7

Jumlah Sampel 23

Sumber : Olahan Peneliti (2014)

3.3 Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.Data yang digunakan berupa laporan tahunan perusahaan manufaktur sektor konsumsi selama periode 2010 – 2012 yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia

yait

Data yang digunakan adalah gabungan antara data time series dan cross section. Data time series adalah sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang terdapat dalam beberapa interval waktu tertentu, sedangkan data cross section adalah data untuk meneliti suatu fenomena tertentu.

3.4 Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling. Menurut idrus (2009 : 96) purposive sampling yaitu teknik


(43)

sampling yang digunakan oleh peneliti jika memliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya. Data ini diperoleh melalui

situs

3.5 Batasan Operasional

Atas pertimbangan-pertimbangan efisiensi, keterbatasan waktu dan tenaga, serta pengetahuan penulis, maka penulis melakukan beberapa batasan konsep terhadap penelitian yang akan diteliti, yaitu diantaranya :

1. Penelitian ini dibatasi hanya selama tiga tahun yaitu dari tahun 2010 – 2012.

2. Penelitian dilakukan hanya terbatas pada Perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yang mempublikasikan laporan tahunan perusahaan selama periode 2010 – 2012.

3. Penelitian ini meneliti pengaruh Manajemen Modal Kerja yang diproksikan dalam rasio lancar, rasio cepat, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja terhadap Profitabilitas yang diukur menggunakan Return On Asset (ROA).

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


(44)

3.6.1 Variabel Bebas (Independen)

Variabel Bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen) (Sugiyono 2008 : 59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Modal Kerja, yang terdiri dari :

3.6.1.1 Perputaran Kas

Perputaran kas merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan efisiensi dalam penggunaan kas, sehingga perusahaan bisa memaksimalkan laba. Dan sebaliknya, tingkat perputaran kas yang rendah menyebabkan perusahaan kurang bisa memaksimalkan laba. Perputaran kas dapat diukur dengan menggunakan rumus :

Perputaran Persediaan = ���������������

����−�������

3.6.1.2 Perputaran Piutang

Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran, berarti makin lama modal terikat pada piutang, ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. Rasio perputaran piutang dapat diukur dengan menggunakan rumus:


(45)

Perputaran Piutang = ���������������������

����−�����������

3.6.1.3 Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi. Perputaran persediaan ini diukur dengan menggunakan rumus berikut :

Perputaran Persediaan = �������������������

����−��������������������

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan berarti semakin pendek dana didalam persediaan tertahan sehingga dibutuhkan dana yang relatif kecil serta sebaliknya semakin rendah perputaran persediaannya berarti semakin panjang terikatnya dana dalam persediaan.

3.6.2 Variabel Terikat (dependen)

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang manjadi akibat karena adanya variabel independen atau bebas (Sugiyono 2008 : 59). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas yang diukur menggunakan Return On Asset (ROA).

Ukuran yang biasa digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah rasio-rasio keuangan perusahaan antara lain: rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio solvabilitas.Return on asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam analisis laporan


(46)

keuangan atau pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Return on Asset (ROA) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut.

Dengan Return On Assets (ROA) akan terlihat seberapa besar tingkat produktifitas seluruh aset. Rumus perhitungannya adalah :

���

=

���

������

�����

������

Keterangan :

ROA = Return on Assets Net Income = Laba Bersih Total Assets = Total Aset

3.7 Skala Pengukuran Variabel

Didalam penelitian ini pengukuran variabel independen adalah modal kerja yang diproksikan kedalam rasio lancar, rasio cepat, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja. Sedangkan pengukuran variabel dependen adalah profitabilitas yang dproksikan Rasio Return On Asset (ROA).

Berikut ringkasan skala pengukuran variabel dari penelitian ini : Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Penelitian Nama

Variabel Definisi Operasional Parameter Skala Perputaran

Kas (x1)

Kemampuan kas dalam menghasilkan

pendapatan sehingga

Perputaran Kas = ���������������

����−�������


(47)

dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu.

Perputaran Piutang

(X2)

Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode

Perputaran Piutang = ��������������������� ����−����������� Rasio Perputaran Persediaan (X3) Rasio yang menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi

Perputaran Persediaan = ������������������� ����−�������������������� Rasio Profitabilita s (Y) Kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan total aktivanya.

ROA = ��������� �����������

Rasio

Sumber : olahan penulis (2014) 3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik yang menggunakan regresi linier berganda. Data penelitian dikumpulkan untuk diolah dengan menggunakan software SPSS, kemudian hasil akan dianalisis untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian ini. Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

3.8.1 Analisis Deskriptif

Analisis statistika deskriptif ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang tersaji menjadi mudah dipahami dan informatif bagi pembaca. Statistika deskriptif menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum) simpangan baku (standard deviation), varians (variance), rentang (range), nilai minimum dan maksimum dan sebagainya.


(48)

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

Agar model regresi tidak bias atau agar model regresi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) maka perlu dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu (Damodar Gujarati, 2006). Berikut ini penjelasan mengenai uji asumsi klasik yang akan dilakukan :

3.8.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Menurut Erlina (2008 : 100) bahwa “ uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”.Menurut Ghozali (2005 : 110) ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu:

1. Analisis Grafik

Analisis grafik dilakukan dengan melihat histrogram atau pola distribusi data. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbuh diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari nilai residualnya. Jika data menyabar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau gafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Analisis Statistik

Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Test. Pedoman pengambilan keputusan rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:

a. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

b. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.


(49)

3.8.2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2005 : 91) tujuan dari uji multikolinearitas adalah “untuk meneliti apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas”. Model regresi yang valid adalah model regresi yang bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode berkorelasi satu sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tinggi maka sulit untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regrasi dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Batasan umum yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,01 atau sama dengan VIF > 10

3.8.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Dengan kata lain, untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Menurut Supranto (2004 : 269), apabila memang terjadi autokorelasi, data asli harus ditransformasikan terlebih dahulu untuk menghilangkannya. Sebelum melakukan transformasi, haruslah


(50)

dilakukan pengujian terlebih dahulu apakah terdapat autokorelasi atau tidak. Uji yang digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W). Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu :

a. Nilai D-W > DU atau D-W < DL, berarti terdapat korelasi positif. b. Nilai DU < D-W < 4-DU, berarti tidak terdapat autokorelasi

c. Nilai 4-D-W < DL atau 4-D-W > DU berarti terdapat korelasi negatif.

3.8.2.4 Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2005 : 105), “Uji heterokedastisitas memiliki tujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas.

Untuk melihat ada atau tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Menurut Ghozali (2005: 91), untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scarrteplot dengan dasar analisis:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.


(51)

2. Jika tidak ada pola yang jelas, sperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.8.3 Uji Hipotesis

3.8.3.1 Analisis Regresi

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan analisis regresi berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan dengan model sebagai berikut :

�=α+ �11+ �22+ �33+ �44+ �55+ �

Dimana :

Y = Profitabilitas ( Return On Asset – ROA)

α = Konstanta

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi dari setiap konstanta X1 = Rasio Lancar

X2 = Rasio Cepat X3 = Perputaran Piutang X4 = Perputaran Persediaan X5 = Perputaran Modal Kerja


(52)

3.8.3.2 Uji Parsial (t – test)

Menurut Ghozali (2005 : 84) “Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen”. Adapun mengenai hipotesis-hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Jika prob < 0.05 atau t hitung > t tabel maka variabel X secara individu (Parsial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.

2. Jika prob > 0.05 atau t hitung < t tabel maka variabel X secara individu (Parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.

3.8.3.3 Uji Simultan (F – test)

Menurut Ghozali (2005 : 84) “Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi berganda memiliki pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen”. Adapun mengenai hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Jika nilai F-hitung > F-tabel maka variabel X secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.


(53)

2. Jika nilai F-hitung < F-tabel maka variabel X secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktor sektor konsumsi yang sudah go public, yaitu perusahaan yangsudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik yang menggunakan regresi linier berganda. Data penelitian dikumpulkan untuk diolah dengan menggunakan software SPSS versi 16, kemudian hasil akan dianalisis untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian ini.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 37 perusahaan dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan yang ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Periode dalam penelitian ini adalah 3 tahun yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

Berikut merupakan data perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian: TABEL 4.1

Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi

No NAMA PERUSAHAAN KODE TANGGAL

LISTING

1 PT. Akasha Wira International Tbk ADES 13 Juni 1994

2 PT. Bentoel International Investama Tbk. RMBA 05 Maret 1990

3 PT. Cahaya Kalbar Tbk. CEKA 09 Juli 1996

4 PT. Darya Varia Laboratoria Tbk. DVLA 11 november 1994

5 PT. Gudang Garam Tbk. GGRM 27 agustus 1990

6 PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk. HMSP 15 agustus 1990

7 PT. Indofarma (Persero) Tbk. INAF 17 april 2001

8 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF 14 juli 1994


(55)

10 PT. Kedawung Setia Industrial Tbk. KDSI 29 juli 1996

11 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. KAEF 04 juli 2001

12 PT. Langgeng Makmur Industry Tbk. LMPI 17 oktober 1994

13 PT. Mandom Indonesia Tbk. TCID 23 september 1993

14 PT. Mayora Indah Tbk. MYOR 04 juli 1990

15 PT. Merck Tbk. MERK 23 juli 1981

16 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. MLBI 17 januari 1994

17 PT. Mustika Ratu Tbk. MRAT 27 juli 1995

18 PT. Pyridam Farma Tbk. PYFA 16 oktober 2001

19 PT. Sekar Laut Tbk. SKLT 08 september 1993

20 PT. Siantar Top Tbk. STTP 16 desember 1996

21 PT. Tempo Scan Pasific Tbk. TSPC 17 juni 1994

22 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. AISA 02 juli 1990

23 PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading

Company Tbk.

ULTJ 11 januari 1982 Sumber : olahan peneliti (2014)

Periode penelitian dimulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 ( 3 tahun berturut-turut ) sehingga data penelitian secara keseluruhan yaitu : 3 tahun observasi x 23 sampel adalah sebanyak 69 sampel observasi. Berikut ini adalah tabel data penelitian mengenai variable-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini :

Tabel 4.2

Daftar Variabel Penelitian

No Kode

Perusahaan Tahun ROA

Perputaran Kas Perputaran Piutang Perputaran Persediaan

1 ADES 2010 0.09756 8.08067 3.79846 17.75154

2011 0.08184 19.66109 3.67418 7.79402 2012 0.21428 17.60858 6.84947 3.60587

2 RMBA 2010 0.04459 93.96672 45.59126 2.75526

2011 0.04831 113.97145 42.94409 2.56966

2012 73.15133 42.13304 2.25679

3 CEKA 2010 0.03476 105.57983 16.33126 2.23196

2011 0.11697 125.39211 18.831664 2.4636 2012 0.05677 81.80205 14.40659 2.721996

4 DVLA 2010 0.12981 4.26032 3.23759 3.1616


(56)

5 GGRM 2010 0.13487 30.49334 38.58007 1.55702 2011 0.12684 36.43473 45.20729 1.31779 2012 0.09802 41.18857 63.78239 1.45762

6 HMSP 2010 0.31285 23.21588 50.4325 3.17717

2011 0.4155 20.02268 50.50354 4.02453 2012 0.37573 46.69573 54.04323 3.91476

7 INAF 2010 0.01709 9.04183 6.98881 4.84354

2011 0.03315 18.03578 5.19511 3.86085 2012 0.03565 7.04221 5.62846 4.443

8 INDF 2010 0.06246 5.14991 18.78147 4.81951

2011 0.09363 3.85997 14.26534 5.37732 2012 0.08056 3.79351 13.73929 5.09721

9 KLBF 2010 0.25175 5.90369 7.62613 3.25196

2011 0.18607 5.20454 7.32969 3.29278 2012 0.18815 6.57018 8.11719 3.71817

10 KDSI 2010 0.03028 44.0479 6.4803 6.84799

2011 0.04021 67.24935 6.74619 6.08327 2012 0.18815 119.77707 6.94495 6.94065

11 KAEF 2010 0.0837 14.8338 9.35769 5.5319

2011 0.09573 14.97797 9.1506 5.79452 2012 0.09909 14.47706 8.71776 5.18826

12 LMPI 2010 0.00458 19.91784 3.31003 2.42247

2011 0.0079 20.43604 3.32553 3.1159 2012 0.00287 63.43372 3.23792 2.72504

13 TCID 2010 0.12551 10.6201 14.89526 4.63268

2011 0.12383 15.11343 14.60526 4.46743 2012 0.119536 16.46913 13.76631 4.33689

14 MYOR 2010 0.11004 18.20403 6.71313 11.53059

2011 0.07331 23.71106 6.37071 8.49773 2012 0.08947 12.62623 7.39621 5.75966

15 MERK 2010 0.27323 8.49936 5.9597 3.44929

2011 0.39555 5.07995 9.29429 3.50783 2012 0.18928 4.68117 10.52798 2.79913

16 MLBI 2010 0.38951 6.58454 11.34671 7.20045

2011 0.41561 8.17043 7.65388 7.48891 2012 0.39356 9.01762 7.23773 5.27763

17 MRAT 2010 0.0632 4.42573 2.72635 3.61056

2011 0.06832 5.61677 2.59028 3.22666 2012 0.18932 4.68117 10.69374 2.79913


(57)

2011 0.04382 36.11002 6.76866 1.94668 2012 0.03907 35.83324 6.47057 2.48678

19 SKLT 2010 0.02424 41.22235 9.25549 5.30686

2011 0.02789 47.21446 8.18569 5.60897 2012 0.03188 57.77885 8.15163 5.75448

20 STTP 2010 0.06565 95.40343 8.73402 4.87804

2011 0.04565 140.20234 9.05055 5.5207 2012 0.0597 175.18752 8.13999 5.12724

21 TSPC 2010 0.13619 3.98141 10.27153 5.48895

2011 0.1377 7.17998 10.18874 6.41777

2012 0.13891 4.06764 8.4 5.55694

22 AISA 2010 0.03884 38.17176 4.56407 1.58077

2011 0.04176 5.39241 5.53282 3.51866 2012 0.06558 7.45777 5.31555 4.58478

23 ULTJ 2010 0.53385 6.28899 10.12062 3.47527

2011 0.046496 6.71799 8.96539 4.06663 2012 0.14599 7.21709 10.16413 5.43105 Sumber : olahan peneliti (2014)

4.2. Analisis Hasil Penelitian 4.2.1. Analisis Deskriptif

Analisis statistika deskriptif ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang tersaji menjadi mudah dipahami dan informatif bagi pembaca. Statistika deskriptif menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum) simpangan baku (standard deviation), varians (variance), rentang (range), nilai minimum dan maksimum dan sebagainya. Berikut tabel yang menunjukkan hasil analisis deskripsi dengan menggunakan data variabel diatas :


(58)

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ln_ROA 69 -5.85 -.63 -2.4792 1.01254

Ln_PerputaranKas 69 1.32 5.17 2.8182 1.12000

Ln_PerputaranPiutang 69 .95 4.16 2.2676 .77625

Ln_PerputaranPersediaa

n 69 .28 2.45 1.3654 .43563

Valid N (listwise) 69

Sumber : Output SPSS, diolah peneliti (2014)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah unit analisis (N) dalam penelitian ini adalah sebanyak 69 dari 23 perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terpilih menjadi sampel dan diteliti pada periode 2010-2012.

Dari tabel 4.3 diatas dapat dijelaskan bahwa :

1. Variabel Return On Asset (Y) memiliki nilai minimum sebesar -5.85 dan nilai maksimum sebesar -0.63. Rata-rata ROA adalah -2.4792 dengan standard deviasi sebesar 1.01254. Jumlah data yang digunakan adalah sebanyak 69.

2. Variabel perputaran kas(X1) memiliki nilai minimum sebesar 1.32 dan nilai maksimum sebesar 5.17. Rata-rata ROA adalah 2.8182 dengan standard deviasi sebesar 1.12000. Jumlah data yang digunakan adalah sebanyak 69.

3. Variabel perputaran piutang(X2) memiliki nilai minimum sebesar 0.95 dan nilai maksimum sebesar 4.16. Rata-rata ROA adalah 2.2676 dengan


(59)

standard deviasi sebesar 0.77625. Jumlah data yang digunakan adalah sebanyak 69.

4. Variabel perputaran persediaan (X3) memiliki nilai minimum sebesar 0.28 dan nilai maksimum sebesar 2.45. Rata-rata ROA adalah 1.3654 dengan standard deviasi sebesar 0.43563. Jumlah data yang digunakan adalah sebanyak 69.

4.2.2. Pengujian Asumsi Klasik

Agar model regresi tidak bias atau agar model regresi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) maka perlu dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu (Damodar Gujarati, 2006). Menurut Ghozali (2005 :123), asumsi klasi yang harus dipenuhi adalah :

• Berdistribusi Normal

• Non-Multikolinearitas, artinya antar variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna.

• Non autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi.

• Non-Heterokedastisitas, artinya variance variable dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.

4.2.2.1. UjiNormalitas

Menurut Erlina (2008 : 100) bahwa “ uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi apakah residul distribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Data


(60)

yang tidak berdistribusi secara normal dalam persamaan regresi maka akan memberikan hasil yang bias. Awalnya, data penelitian ini tidak normal sehingga perlu ditansformasi bentuk dalam logaritma natural (Ln). Oleh karena itu, masing-masing variabel penelitian yang digunakan telah ditransformasi bentuk (dalam penulisan ditambah kata Ln).

Analisis grafik yang handal untuk menguji normalitas data adalah dengan melihat normal probability plot dan histogram . Uji normalitas yang pertama dengan bantuan aplikasi SPSS 16.0 menghasilkan grafik secara histogram . Berdasarkan hasil komputasi, maka dihasilkan grafik historgram seperti terlihat pada gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1 Grafik Histogram


(1)

Perhitungan Return On Asset, Perputaran Kas, Perputaran Piutang Dan

Perputaran Persediaan Tahun 2011

No Kode

Perusahaan ROA

Perputaran Kas

Perputaran Piutang

Perputaran Persediaan

1

ADES

0.08184 19.66109 3.67418 7.79402

2

RMBA

0.04831 113.97145 42.94409 2.56966

3

CEKA

0.11697 125.39211 18.831664 2.4636

4

DVLA

0.13025 3.74041 3.2124 3.23514

5

GGRM

0.12684 36.43473 45.20729 1.31779

6

HMSP

0.4155 20.02268 50.50354 4.02453

7

INAF

0.03315 18.03578 5.19511 3.86085

8

INDF

0.09363 3.85997 14.26534 5.37732

9

KLBF

0.18607 5.20454 7.32969 3.29278

10

KDSI

0.04021 67.24935 6.74619 6.08327

11

KAEF

0.09573 14.97797 9.1506 5.79452

12

LMPI

0.0079 20.43604 3.32553 3.1159

13

TCID

0.12383 15.11343 14.60526 4.46743

14

MYOR

0.07331 23.71106 6.37071 8.49773

15

MERK

0.39555 5.07995 9.29429 3.50783

16

MLBI

0.41561 8.17043 7.65388 7.48891

17

MRAT

0.06832 5.61677 2.59028 3.22666

18

PYFA

0.04382 36.11002 6.76866 1.94668

19

SKLT

0.02789 47.21446 8.18569 5.60897

20

STTP

0.04565 140.20234 9.05055 5.5207

21

TSPC

0.1377 7.17998 10.18874 6.41777

22

AISA

0.04176 5.39241 5.53282 3.51866


(2)

Perhitungan Return On Asset, Perputaran Kas, Perputaran Piutang Dan

Perputaran Persediaan Tahun 2012

No Kode

Perusahaan ROA

Perputaran Kas

Perputaran Piutang

Perputaran Persediaan

1

ADES

0.21428 17.60858 6.84947 3.60587

2

RMBA

0.0497 73.15133 42.13304 2.25679

3

CEKA

0.05677 81.80205 14.40659 2.721996

4

DVLA

0.13855 3.9584 3.07588 3.47257

5

GGRM

0.09802 41.18857 63.78239 1.45762

6

HMSP

0.37573 46.69573 54.04323 3.91476

7

INAF

0.03565 7.04221 5.62846 4.443

8

INDF

0.08056 3.79351 13.73929 5.09721

9

KLBF

0.18815 6.57018 8.11719 3.71817

10

KDSI

0.18815 119.77707 6.94495 6.94065

11

KAEF

0.09909 14.47706 8.71776 5.18826

12

LMPI

0.00287 63.43372 3.23792 2.72504

13

TCID

0.11953 16.46913 13.76631 4.33689

14

MYOR

0.08947 12.62623 7.39621 5.75966

15

MERK

0.18928 4.68117 10.52798 2.79913

16

MLBI

0.39356 9.01762 7.23773 5.27763

17

MRAT

0.18932 4.68117 10.69374 2.79913

18

PYFA

0.03907 35.83324 6.47057 2.48678

19

SKLT

0.03188 57.77885 8.15163 5.75448

20

STTP

0.0597 175.18752 8.13999 5.12724

21

TSPC

0.13891 4.06764 8.4 5.55694

22

AISA

0.06558 7.45777 5.31555 4.58478


(3)

LAMPIRAN 2 :

Output Software SPSS

Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ln_ROA 69 -5.85 -.63 -2.4792 1.01254

Ln_PerputaranKas 69 1.32 5.17 2.8182 1.12000

Ln_PerputaranPiutang 69 .95 4.16 2.2676 .77625

Ln_PerputaranPersediaan 69 .28 2.45 1.3654 .43563

Valid N (listwise) 69


(4)

Normal Probability Plot

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov- Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 69

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .78670049

Most Extreme Differences Absolute .062

Positive .040

Negative -.062

Kolmogorov-Smirnov Z .518


(5)

Hasil uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

-3.555 .538

-6.605 .000

Ln_PerputaranKas

-.458 .093 -.506

-4.947 .000 .886 1.128

Ln_PerputaranPiutang .709 .137 .544 5.172 .000 .841 1.189

Ln_PerputaranPersediaan .555 .234 .239 2.372 .021 .916 1.092

a. Dependent Variable: Ln_ROA


(6)

Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .630a .396 .368 .80465 1.809

a. Predictors: (Constant), Ln_PerputaranPersediaan, Ln_PerputaranKas, Ln_PerputaranPiutang

b. Dependent Variable: Ln_ROA

Hasil Uji Parsial

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -3.555 .538 -6.605 .000

Ln_PerputaranKas -.458 .093 -.506 -4.947 .000

Ln_PerputaranPiutang .709 .137 .544 5.172 .000

Ln_PerputaranPersediaan .555 .234 .239 2.372 .021

a. Dependent Variable: Ln_ROA

Hasil Uji Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 27.631 3 9.210 14.225 .000a

Residual 42.085 65 .647

Total 69.716 68


Dokumen yang terkait

Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia Periode 2010-2012)

4 75 120

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014

1 7 108

PENGARUH CASH CONVERSION CYCLE TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2012.

0 1 41

Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Periode 2012 - 2014).

2 12 28

Analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap ROI : studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010.

0 0 120

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014).

0 0 4

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BEI

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas 2.1.1.1 Pengertian Profitabilitas - Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI Pada Periode 2010-2012

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI Pada Periode 2010-2012

0 0 8

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2013

0 0 14