1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Ada satu aspek penting yang perlu perhatian dan belum diungkap secara tegas dalam pembelajaran matematika di berbagai jenjang baik SD, SMP maupun
SMA yakni komunikasi matematika. Komunikasi matematika adalah suatu peristiwa saling hubung atau dialog
yang terjadi dalam lingkungan kelas sehingga terjadi pengalihan pesan, pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari di kelas secara
tertulis maupun lisan Asikin, 2001. Menurut Baroody dalam Asikin 2001 komunikasi dalam matematika merupakan salah satu kemampuan dasar umum
yang perlu diupayakan peningkatannya sebagaimana kemampuan dasar umum lainnya yakni kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan
komunikasi matematika peserta didik dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikirnya, maksudnya peserta didik mampu mencari, menyusun ide-ide
matematika dan mempertajam berpikir matematikanya. Peran penting komunikasi matematika Asikin, 2001 menyebutkan bahwa
komunikasi dalam pembelajaran matematika sangat penting karena dapat membantu dalam kemampuan lain yaitu pemecahan masalah, penalaran,
pemahaman, keterampilan sosial, dan berpikir kritis. Uraian tersebut memberi gambaran tentang pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika.
2
Dalam konteks pembelajaran matematika, dibutuhkan suatu kondisi pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik dan kefaktualan guru dalam
memfasilitasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Kedua hal ini akan berkaitan, di mana ketika guru faktual dalam menyampaikan materi maka peserta
didik akan terangsang untuk aktif, sehingga meningkatkan kemampuan komunikasi matematika. Proses kondisi berkesinambungan antara keaktifan dan
kefaktualan dalam proses pembelajaran akan tercipta apabila seorang guru selaku fasilitator dapat menerapkan pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pokok
tertentu. Untuk memecahkan masalah pembelajaran yang demikian perlu dilakukan
upaya berupa pengembangan pembelajaran. Pengembangan pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Untuk itu perlu
diupayakan suatu pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan memberikan iklim kondusif dalam perkembangan daya nalar
serta kreativitas peserta didik. Ada beberapa macam model pembelajaran, antara lain adalah model
pembelajaran kooperatif. Menurut Roger dan David Johson Lie, 2004, dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima unsur pembelajaran yang dapat menuntut
keaktifan peserta didik yaitu terdapatnya unsur saling kebergantungan positif, adanya tanggungjawab perseorangan, tatap muka dan diskusi antar anggota
kelompok, adanya komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kerja kelompok. Menurut Arends, R .I. dalam Budiningarti 1997, pembelajaran kooperatif
tipe JIGSAW adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri
3
dari tim-tim belajar yang heterogen beranggotakan 4-5 orang peserta didik dan setiap peserta didik bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan
mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada anggota tim yang lain. Jadi dengan memilih pembelajaran kooperatif JIGSAW diharapkan proses komunikasi
matematika peserta didik dapat meningkat sehingga terjadi pembelajaran yang aktif dan efektif.
Menurut guru pengajar matematika di SMP N 4 Semarang, kemampuan komunikasi matematika peserta didik secara lisan masih sangat terbatas hanya
pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh guru sehingga peserta didik masih rendah dalam kemampuan memberikan suatu
alasan yang rasional terhadap berbagai pernyataan atau permasalahan yang diajukan. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik dalam
memberikan suatu bentuk model matematika terhadap bentuk soal uraian yang diberikan.
Pada saat pembelajaran matematika, guru berperan aktif menerangkan materi dan banyak memberikan latihan soal untuk dikerjakan baik secara individu
maupun bekerjasama dengan teman satu mejanya sehingga peserta didik menggunakan kemampuan individu untuk mengerjakan soal. Oleh karena itu,
peneliti ingin melakukan penelitian dengan menggunakan alternatif lain yang masih menuntut keaktifan peserta didik dalam setiap pembelajaran yang sedang
berlangsung yaitu dengan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW. Dengan menggunakan pembelajaran tipe JIGSAW setiap peserta didik bertanggungjawab
terhadap materi yang sedang dipelajari dan berusaha mengajarkan materi tersebut
4
kepada teman dalam satu kelompoknya, sehingga dengan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW peserta didik tertarik dan aktif dengan pelajaran yang
sedang disampaikan. Dengan keaktifan peserta didik dalam setiap pembelajaran maka proses komunikasi matematika dapat berlangsung efektif sehingga hasil
belajar yang dicapai dapat maksimal. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika pada Materi Pokok Sistem Persamaan Dua
Variabel pada Peserta Didik Kelas VIII Semester I SMP Negeri 4 Semarang Tahun Pelajaran 20082009”
1.2.
Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW lebih efektif terhadap kemampuan komunikasi matematika jika
dibandingkan dengan pembelajaran Ekpositori pada peserta didik kelas VIII semester I SMP Negeri 4 Semarang tahun pelajaran 20082009?
1.3. Tujuan Penelitian