BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Televisi sebagai media massa mempunyai banyak kelebihan dalam penyampaian pesan dibandingkan media massa lainnya, karena pesan yang
disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan dan hidup, sangat cepat dan dapat menjangkau ruang yang sangat luas. Indonesia sebagai bangsa yang
berkembang dengan luas wilayah terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km²
dan luas perairannya 3.257.483 km². Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara
yang memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni, yang menyebar disekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca
tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6°LU - 11°08LS dan dari 95°BB - 141°45BT serta terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua
AustraliaOseania. Sehingga setiap individu yang ingin mengetahui informasi yang saat ini terjadi akan lebih mudah mendapatkannya dari media khususnya
televisi karena siaran televisi memberikan informasi yang aktual melalui program berita http:ms.wikipedia.orgwikiGeografi_Indonesia
Berita televisi merujuk pada praktek penyebaran informasi terbaru khususnya televisi swasta. Acara berita di televisi dapat berlangsung dari beberapa
detik hingga beberapa jam dengan menyajikan perkembangan-perkembangan terbaru dari peristiwa lokal maupun intemasional.
.
Seperti informasi yang saat ini gencar-gencarnya di TV khususnya televisi swasta seperti Indosiar, MNC TV, Trans TV, ANTV, Global TV, RCTI, SCTV, TV
Universitas Sumatera Utara
One, Metro TV dan Trans 7 adalah berita mengenai Bencana Alam. Lewat pemberitaan di televisi masyarakat luas dapat segera mengetahui dimana saja terjadi
bencana alam dan apa saja akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam, ternyata banyak warga yang tewas, hilang dan luka baik ringan maupun berat, kehilangan
harta benda, ternak, kelaparan karena dasyatnya bencana alam yang terjadi. Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami suatu
peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor yang bergerak dari potensi ke tahap yang aktif, dan sebagai hasilnya akan mempengaruhi kegiatan
manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan
struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.
Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: ”bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan”. Dengan demikian, aktivitas alam yang
berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya,
pemakaian istilah ”alam” juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga
tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi
mengakhiri peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi hazard serta memiliki kerentanankerawanan vulnerability
yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebatluas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana disaster resilience. Konsep
ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-
Universitas Sumatera Utara
infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah menangani tantangan-tantangan serius yang hadir.
Adapun beberapa peristiwa besar tentang bencana alam yang terjadi diseluruh dunia, seperti di Cina terjadi banjir Sungai Kuning huang he flood pada
tahun 1931 merupakan bencana alam terbesar yang pernah tercatat dengan paling banyak memakan korban meninggal dunia dari abad kedua puluh. Perkiraan jumlah
orang tewas dalam banjir pada tahun 1931 tersebut berkisar dari 1 sampai 4 juta orang. Kematian yang disebabkan oleh banjir yang dimaksud termasuk didalamnya
korban karena tenggelam, penyakit, kelaparan, dan kekeringan. Sungai tersebut sering disebut ”China’s sorrow” karena jutaan orang telah dibunuh oleh banjir ini.
Pada tahun 18-20 september 1974, terjadi badai angin topan Fifi yang melanda negara Honduras. Badai topan Fifi telah menewaskan 10.000 orang dan
mengakibatkan 60.000 orang kehilangan tempat tinggal. Topan itu juga membinasakan 60 industri pertanian di Negara Honduras ini yang menyebabkan
kerusakan luar biasa dengan menyapu hasil panen selama setahun, terutama terhadap tanaman pisang yang senilai 150 juta yang mengakibatkan kelaparan dimana-mana.
Topan Fifi berkecepatan 110 mil 75kmjam dan curah hujan setinggi 2 kaki 60 cm telah terjadi pada waktu itu, separuh topan Fifi bergerak melalui barat laut
Honduras. Sehingga topan Fifi seharusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah Honduras untuk mengalokasikan lebih banyak dana dan upaya dalam bentuk
tindakan dan persiapan, konservasi, pengelolaan batas air dan mendidik masyarakat agar tidak membangun rumah di daerah yang berbahaya.
Terdapat juga gempa bumi Tangshan Cina pada tanggal 21 Juli 1976. Gempa bumi Tangshan merupakan salah satu gempa paling mematikan pada abad ke
dua puluh. Jumlah korban meninggal dunia sebanyak 655.000 jiwa dengan 7,1 skala
Universitas Sumatera Utara
richter. Usaha pembangunan besar-besaran membutuhkan waktu hampir sepuluh tahun.. Aktivitas fisik dari daratan Tangshan selama gempa bumi adalah suatu bukti
mengagumkan tentang kekuatan luar biasa di bawah permukaan bumi. Ratusan ribu penduduk yang sedang tidur diranjang tewas seketika, ratusan ribu luka-luka dan
ribuan kematian akhirnya menyusul akibat luka dan penyakit. Kegagalan pemerintah dalam memperingatkan malapetaka semacam inilah yang membuat angka korban
dan kerusakan fisik bertambah. Pemerintah Cina mencatat kekuatannya gempa sekitar 7,1 pada skala richter, meskipun beberapa sumber daftar mencatat 8,2. Itu
adalah gempa pertama dalam sejarah terkini. Kemudian pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi Tsunami terdasyat yang pernah ada di Indonesia yaitu di Nanggroe
Aceh Darussalam. Dimana menurut Media Center Lembaga Informasi Nasional LIN korban tewas mencapai 166.080 orang, korban hilang sebanyak 6.245 dan
korban luka-luka 5.332 orang. Di Indonesia peristiwa bencana alam yang aktual sekarang ini adalah letusan
Gunung Merapi di Yogyakarta, banjir bandang di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, dan Tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera
barat. Seperti yang terjadi di Yogyakarta yaitu masalah gunung merapi dimana Posisi Gunung Merapi berada di Sleman DI Yogyakarta dan memilki ketinggian puncak
mencapai 2968 m. Gunung ini merupakan gunung teraktif di Indonesia. Sisi selatan Gunung Merapi berada dalam administrasi kabupaten Sleman DI Yogyakarta dan
sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Magelang, Disisi barat, Kabupaten Boyolali disisi utara dan timur, serta Kabupaten klaten disisi
Tenggara. kawasan hutan disekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Universitas Sumatera Utara
Gunung Merapi memang telah berulang kali meletus, tercatat letusan-letusan merapi yang dampaknya besar tercatat tahun 1006, 1786, 1822, 1872, 1930 dan
2010. Letusan pada tahun 1872 merupakan sebagai letusan terkuat dalam catatan Geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4 dan letusan terbaru ini yaitu
tahun 2010 diklaim memiliki kekuatan yang sama. Gunung ini dimonitor terus menerus oleh pusat pengamatan gunung merapi di kota Yogyakarta, dibandu dengan
berbagai instrument geofisika telemetri disekitar gunung serta sejumlah pos pengamatan visual dan penataan kegempaan di Ngepos Srumbung, Babadan, dan
Kaliurang. Akibat letusan Gunung Merapi, seluruh warga sekitar lereng gunung dengan
radius 20 km dari lereng gunung harus mengungsi ketempat yang lebih aman yaitu tempat pengungsian yang telah disediakan pemerintah. Akibat meletusnya gunung
merapi ini, banyak warga yang kehilangan harta benda mereka karena mereka tinggalkan demi menyelamatkan jiwa mereka. Adapun jumlah pengungsi akibat
meletusnya Gunung Merapi ini sekitar 4.000.000 jiwa. para pengungsi tentu sangat mengharapkan adanya bantuan logistik, obat-obatan serta pakaian untuk bertahan
hidup dilokasi pengungsian, karena bantuan yang diberikan pemerintah terbatas. Dasyatnya letusan Gunung Merapi sehingga banyak memakan korban jiwa
yaitu menurut BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana korban meninggal dunia sebanyak 275 orang, korban luka 218 dan 155 orang hilang. membuat
perasaan ingin menolong antar sesama baik secara materil maupun moril muncul dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia, sehingga banyak sekali relawan –
relawan dari berbagai lapisan masyarakat di Indonesia yang ingin langsung terjun kelapangan untuk menolong masyarakat yang terkena letusan Gunung Merapi
Universitas Sumatera Utara
Selain itu kita ketahui pada tanggal 4 Oktober 2010 masalah banjir bandang yang melanda Wasior di Papua Barat telah menyebabkan ratusan orang tewas dan
hilang. Menurut data dari BNPB Badan Nasional Penaggulangan Bencana mencatat bahwa total korban meninggal sebanyak 154, korban luka berat sebanyak
185, korban luka ringan sebanyak 535 serta 120 orang hilang. Tak terkira kerugian material yang ditimbulkan oleh. peristiwa yang penuh duka ini. Bencana ini juga
memicu memicu perdebatan di tingkat elit pemerintahan dan masyarakat terkait peran ulah manusia sebagai penyebab bencana alam. Peran faktor alam seperti hujan
dan memang dapat memicu longsor dan banjir bandang, dalam merespon bencana ini pemerintah mengirimkan bantuan pertolongan. Beberapa pemerintah asing
seperti Amerika Serikat dan Jepang juga menyatakan siap memberi bantuan bila diperlukan. Dalam tragedi bencana banjir bandang ini ada berbagai polemik terkait
penyebab terjadinya banjir bandang di kota Wasior ini, dimana Pemerintah melalui BNBP Badan Nasional Penanggulangan Bencana bahkan Pressiden SBY sendiri
mengatakan kalau banjir bandang yang melanda kota Wasior adalah karena disebabkan tekstur tanah yang terlalu gembur dan curah hujan yang tinggi, tetapi
berbeda dengan WALHI yang mengatakan kalau yang mengakibatkan banjir bandang di Wasior adalah karena adanya pembalakan liar dan kondisi alam serta
letak geografis daerah Wasior yang memang rawan bencana. Banjir bandang yang tingginya mencapai 3 meter ini sangat dasyat sehingga telah menghancurkan dan
memporak-porandakan seluruh kota Wasior yang mengakibatkan banyak warga yang kehilangan tempat tinggal, luka-luka bahkan korban tewas.
Sedangkan pada tanggal 25 Oktober 2010 terjadi Tsunami yang melanda Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat. Tsunami yang melanda
Kabupaten Mentawai terjadi akibat guncangan gempa bumi yang berkekuatan 7,2
Universitas Sumatera Utara
SR. Tsunami itu menerjang 3 pulau yang ada di Mentawai yaitu : Pulau Pagai Utara, Pulau Pagai Selatan dan Pulau Supora Selatan. Berdasarkan data BNPB Badan
Nasional Penaggulangan Bencana, bencana Tsunami tersebut banyak memakan korban, yaitu korban meninggal dunia sebanyak 461, hilang sebanyak 43 orang,
luka berat sebanyak 14 orang, pengungsi 7830 orang. Pemberitaan bencana alam di televisi pastinya berpengaruh terhadap respon
masyarakat yang menyaksikan berita tersebut. Respon itu sendiri adala h ”suatu po la perilaku, tendensi atau kesia pan ant is ipat if, prediksposisi
untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial’ Azwar 2000. Respon juga suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Respon seseorang terhadap suatu
objek adalah perasaan mendukung atau memihak pada objek tersebut Berkowitz, 1972 dalam Azwar 2000. Pemahaman serta keyakinan terhadap
suatu objek permasalahan dapat juga menentukan respon yang nantinya muncul. Penelitian ini ingin melihat bagaimana respon masyarakat tentang bencana
alam seperti Gunung Merapi, Banjir Bandang Wasior dan Tsunami Mentawai. Apakah masyarakat bersikap peduli terhadap peristiwa tersebut setelah diberitakan
dan bagaimana respon masyarakat setelah menyaksikan pemberitaan tersebut. Peneliti memilih media TV One karena menurut peneliti sampai saat ini TV
One masih terus memberitakan masalah bencana alam di Gunung Merapi, Wasior dan Mentawai kemudian TV One juga membuat suatu program acara yaitu SUN
satu untuk negeri dimana program tersebut berfungsi untuk mengumpulkan dana dari masyarakat, perusahaan dan lembaga lainnya. Dana yang terkumpul kemudian
langsung diserahkan kepada korban bencana alam atau masyarakat yang membutuhkan. Berdasarkan pengamatan berita-berita yang ditampilkan di TV One
terlihat aktual, beritanya tajam maksudnya tajam menyoroti masalah Itu sampai
Universitas Sumatera Utara
ke titik pangkalnya, kemudian terpercaya maksudnya bukan direkayasa tetapi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Peneliti memilih Kelurahan Sitirejo III
sebagai lokasi penelitian karena masyarakat Kelurahan Sitirejo III terlihat begitu peduli dan tanggap terhadap bencana-bencana alam yang terjadi selama ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pemberitaan TV One tentang Bencana Alam dan respon
masyarakat di Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas.
1.2. Perumusan masalah