Berita Tentang Bencana Alam Dan Respon Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Berita Televisi Mengenai Bencana Alam dan Respon Masyarakat Di Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas)

(1)

BERITA TENTANG BENCANA ALAM DAN RESPON MASYARAKAT (Studi Deskriptif Tentang Berita Televisi Mengenai Bencana Alam dan Respon

Masyarakat Di Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh :

ROCKY IRVAN PANGGABEAN 070904110

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Berita Tentang Bencana Alam dan Respon Masyarakat (Studi Deskriptif tentang Berita Televisi mengenai Bencana Alam dan Respon Masyarakat Di Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana berita televisi mengenai bencana alam dan respon masyarakat Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas,

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif yang hanya menggambarkan suatu situasi atau peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Peneliti mengambil sampel sebanyak 99 orang dari masyarakat di Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas. Jumlah tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus Taro Yamane, dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik sampel acak stratifikasi proporsional (proportional stratified random sampling).

Selain melalui buku-buku dan internet, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada para responden. Data yang masuk lawat kuesioner kemudian diedit lalu diberi kode pada jawaban kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel frekuensi dan menggunakan analisis tabel tunggal.

Berita yang ditayangkan oleh TV One seperti gunung merapi di Yogyakata, tsunami di Mentawai, banjir bandang di Wasior membuat masyarakat Indonesia terkejut dan berduka karena banyaknya korban jiwa, korban luka serta kerusakan fasilitas umum. Berita bencana alam yang ditayangkan setiap hari membuat seluruh lapisan masayarakat untuk membantu korban benca alam dalam bentuk kegiatan sosial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon masyarakat di Kelurahan Sitirejo III terhadap berita bencana alam cukup tinggi karena para responden mendukung pemberitaan tentang bencana alam di televisi dan sebagian besar responden setuju terhadap kegiatan-kegiatan sosial seperti menyumbang dalam bentuk uang melalui rekening bank, menjadi sukarela di daerah bencana, menyumbang pakaian bekas yang layak pakai, menyumbang sembako dan obat-obatan dan menggalang sumbangan kepada masyarakat untuk membantu para korban bencana alam.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memerikan rahmat, berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk kelulusan peneliti dari Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosil dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi, peneliti banyak sekali mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak yang tanpa itu semua kemungkinan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada kedua orang tua, Ayahanda Irwan Panggabean dan Ibunda Eva Hutauruk, kakak Ika Panggabean, abang Robby Panggabean dan adik Raja Panggabean. Terima kasih atas kasih sayang, doa, dukungan moral dan material yang telah diberikan.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A. selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan Dosen Pembimbing peneliti yang telah membantu dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan segala saran-saran dan masukan yang sangat berarti.

4. Kak Emilia Ramadhani, S.Sos selaku Dosen Wali saya selama ini

5. Kak Cut, Kak Ros dan Kak Maya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-temanku Rio, Amy, Vony dan Penta yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi dan Dosen lainnya yang telah memberikan pengetahuan dan ilmu yang berharga.


(4)

8. Seluruh teman-teman seperjuangan di Departemen Ilmu Komunikasi ’07 yang telah membuka wawasan kepada penulis.

9. Semua pihak yang mungkin telah memberikan bantuan bagi terselesaikannya skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga akhirnya skripsi ini akan berguna dimasa yang akan datang.

Peneliti,


(5)

DAFTAR ISI

Abstraksi i

Kata Pengantar ii

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

Daftar Lampiran ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Perumusan Masalah 7

1.3. Pembatasan Masalah 8

1.4. Tujuan Penelitian 8

1.5. Manfaat Penelitian 9

1.6. Kerangka Teori 9

1.6.1. Komunikasi Massa 10

1.6.2. Teknologi Komunikasi 11

1.6.3. Media Massa 12

1.6.4. Televisi 13

1.6.5. Berita 14

1.6.6. Teori S-O-R 15

1.7. Kerangka Konsep 16

1.8. Model Teoritis 17

1.9. Operasional Variabel 18


(6)

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi Massa 21

I.1.1. Definisi Komunikasi Massa 21

I.1.2. Ciri-ciri Komunikasi Massa 22

I.1.3. Karakteristik Komunikasi Massa 23

I.1.4. Fungsi Komunikasi Massa 25

I.1.1.Efek Komunikasi Massa 26

II.2. Media Massa 28

II.2.1. Pengertian Media Massa 28

II.2.2. Fungsi Media Massa 29

II.3. Motif Penggunaan Media 30

II.3.1. Kepuasan 31

II.3.2. Sikap Manusia 32

II.4. Uraian Mengenai Televisi 33

II.4.1. Sejarah Televisi 33

II.4.2. Sejarah Televisi di Indonesia 34

II.4.3. Daya Tarik Televisi 35

II.5. Berita 36

II.6. Teori S-O-R 41


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Deskriptif Lokasi Penelitian 45

III.2. Sejarah TV One 48

III.3. Metode Penelitian 51

III.3.1. Lokasi Penelitian 51

III.4. Populasi dan Sampel 51

III.5. Teknik Penarikan Sampel 55

III.6. Teknik Pengumpulan Data 55

III.7. Teknik Analisis Data 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data 57

IV.2. Proses Pengolahan Data 58

IV.3. Analisa Tabel Tunggal 59

IV.3.1. Karakteristik Responden 59

IV.3.2. Berita TV One Tentang Bencana Alam 64

IV.3.3. Respon Masyarakat 74

IV.4. Pembahasan 81

BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan 83

V.2. Saran 84

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Operasional Variabel 18

2. Populasi dan Sampel 54

3. Jenis Kelamin 60

4. Usia Responden 60

5. Pendidikan Terakhir 61

6. Pekerjaan 62

7. Penghasilan 63

8. Berita di Televisi 64

9. Intensitas Menonton Berita 65

10.Minat Terhadap Berita di TV One 66

11.Topik Berita TV One 67

12.Pemberitaan Bencana Alam di TV One 68

13.Kebutuhan Informasi dari TV One 67

14.Intensitas Menonton Berita di Televisi 70

15.Ketertarikan Menonton Berita Bencana Alam di TV One 71

16.Narasumber di TV One 72

17.Berita TV One Dalam Memenuhi Kebutuhan 73

18.Pengetahuan Tentang Bencan Alam 74

19.Kebenaran Pemberitaan TV One 75

20.Perasaan Terhadap Dampak Bencana Alam 76

21.Akibat Pemberitaan di TV One 77

22.Respon Setelah Menyaksikan Pemberitaan di TV One 78 23.Dukungan Setelah Menonton Berita Bencana Alam di TV One 80


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Halaman

1. Model Lasswell 10

2. Model Teoritis 17


(10)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner

2. Fotron Cobol

3. Surat Keterangan Penelitian 4. Lembar Catatan Bimbingan 5. Biodata


(11)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Berita Tentang Bencana Alam dan Respon Masyarakat (Studi Deskriptif tentang Berita Televisi mengenai Bencana Alam dan Respon Masyarakat Di Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana berita televisi mengenai bencana alam dan respon masyarakat Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas,

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif yang hanya menggambarkan suatu situasi atau peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Peneliti mengambil sampel sebanyak 99 orang dari masyarakat di Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas. Jumlah tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus Taro Yamane, dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik sampel acak stratifikasi proporsional (proportional stratified random sampling).

Selain melalui buku-buku dan internet, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada para responden. Data yang masuk lawat kuesioner kemudian diedit lalu diberi kode pada jawaban kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel frekuensi dan menggunakan analisis tabel tunggal.

Berita yang ditayangkan oleh TV One seperti gunung merapi di Yogyakata, tsunami di Mentawai, banjir bandang di Wasior membuat masyarakat Indonesia terkejut dan berduka karena banyaknya korban jiwa, korban luka serta kerusakan fasilitas umum. Berita bencana alam yang ditayangkan setiap hari membuat seluruh lapisan masayarakat untuk membantu korban benca alam dalam bentuk kegiatan sosial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon masyarakat di Kelurahan Sitirejo III terhadap berita bencana alam cukup tinggi karena para responden mendukung pemberitaan tentang bencana alam di televisi dan sebagian besar responden setuju terhadap kegiatan-kegiatan sosial seperti menyumbang dalam bentuk uang melalui rekening bank, menjadi sukarela di daerah bencana, menyumbang pakaian bekas yang layak pakai, menyumbang sembako dan obat-obatan dan menggalang sumbangan kepada masyarakat untuk membantu para korban bencana alam.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Televisi sebagai media massa mempunyai banyak kelebihan dalam penyampaian pesan dibandingkan media massa lainnya, karena pesan yang disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan dan hidup, sangat cepat dan dapat menjangkau ruang yang sangat luas. Indonesia sebagai bangsa yang berkembang dengan luas wilayah terbentang sepanjang 3.977 mil di antara dan luas perairannya 3.257.483 km². Indonesia adalah yang memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni, yang menyebar disekitar tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6 141°45 saat ini terjadi akan lebih mudah mendapatkannya dari media khususnya televisi karena siaran televisi memberikan informasi yang aktual melalui program berita (http://ms.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia)

Berita televisi merujuk pada praktek penyebaran informasi terbaru khususnya televisi swasta. Acara berita di televisi dapat berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa jam dengan menyajikan perkembangan-perkembangan terbaru dari peristiwa lokal maupun intemasional.

.

Seperti informasi yang saat ini gencar-gencarnya di TV khususnya televisi swasta seperti Indosiar, MNC TV, Trans TV, ANTV, Global TV, RCTI, SCTV, TV


(13)

One, Metro TV dan Trans 7 adalah berita mengenai Bencana Alam. Lewat pemberitaan di televisi masyarakat luas dapat segera mengetahui dimana saja terjadi bencana alam dan apa saja akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam, ternyata banyak warga yang tewas, hilang dan luka baik ringan maupun berat, kehilangan harta benda, ternak, kelaparan karena dasyatnya bencana alam yang terjadi.

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan dari potensi ke tahap yang aktif, dan sebagai hasilnya akan mempengaruhi kegiatan manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: ”bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan”. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah ”alam” juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan


(14)

infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir.

Adapun beberapa peristiwa besar tentang bencana alam yang terjadi diseluruh dunia, seperti di Cina terjadi banjir Sungai Kuning (huang he flood) pada tahun 1931 merupakan bencana alam terbesar yang pernah tercatat dengan paling banyak memakan korban meninggal dunia dari abad kedua puluh. Perkiraan jumlah orang tewas dalam banjir pada tahun 1931 tersebut berkisar dari 1 sampai 4 juta orang. Kematian yang disebabkan oleh banjir yang dimaksud termasuk didalamnya korban karena tenggelam, penyakit, kelaparan, dan kekeringan. Sungai tersebut sering disebut ”China’s sorrow” karena jutaan orang telah dibunuh oleh banjir ini.

Pada tahun 18-20 september 1974, terjadi badai angin topan Fifi yang melanda negara Honduras. Badai topan Fifi telah menewaskan 10.000 orang dan mengakibatkan 60.000 orang kehilangan tempat tinggal. Topan itu juga membinasakan 60% industri pertanian di Negara Honduras ini yang menyebabkan kerusakan luar biasa dengan menyapu hasil panen selama setahun, terutama terhadap tanaman pisang yang senilai $150 juta yang mengakibatkan kelaparan dimana-mana. Topan Fifi berkecepatan 110 mil (75km/jam) dan curah hujan setinggi 2 kaki (60 cm) telah terjadi pada waktu itu, separuh topan Fifi bergerak melalui barat laut Honduras. Sehingga topan Fifi seharusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah Honduras untuk mengalokasikan lebih banyak dana dan upaya dalam bentuk tindakan dan persiapan, konservasi, pengelolaan batas air dan mendidik masyarakat agar tidak membangun rumah di daerah yang berbahaya.

Terdapat juga gempa bumi Tangshan Cina pada tanggal 21 Juli 1976. Gempa bumi Tangshan merupakan salah satu gempa paling mematikan pada abad ke dua puluh. Jumlah korban meninggal dunia sebanyak 655.000 jiwa dengan 7,1 skala


(15)

richter. Usaha pembangunan besar-besaran membutuhkan waktu hampir sepuluh tahun.. Aktivitas fisik dari daratan Tangshan selama gempa bumi adalah suatu bukti mengagumkan tentang kekuatan luar biasa di bawah permukaan bumi. Ratusan ribu penduduk yang sedang tidur diranjang tewas seketika, ratusan ribu luka-luka dan ribuan kematian akhirnya menyusul akibat luka dan penyakit. Kegagalan pemerintah dalam memperingatkan malapetaka semacam inilah yang membuat angka korban dan kerusakan fisik bertambah. Pemerintah Cina mencatat kekuatannya gempa sekitar 7,1 pada skala richter, meskipun beberapa sumber daftar mencatat 8,2. Itu adalah gempa pertama dalam sejarah terkini. Kemudian pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi Tsunami terdasyat yang pernah ada di Indonesia yaitu di Nanggroe Aceh Darussalam. Dimana menurut Media Center Lembaga Informasi Nasional (LIN) korban tewas mencapai 166.080 orang, korban hilang sebanyak 6.245 dan korban luka-luka 5.332 orang.

Di Indonesia peristiwa bencana alam yang aktual sekarang ini adalah letusan Gunung Merapi di Yogyakarta, banjir bandang di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, dan Tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera barat. Seperti yang terjadi di Yogyakarta yaitu masalah gunung merapi dimana Posisi Gunung Merapi berada di Sleman (DI Yogyakarta) dan memilki ketinggian puncak mencapai 2968 m. Gunung ini merupakan gunung teraktif di Indonesia. Sisi selatan Gunung Merapi berada dalam administrasi kabupaten Sleman (DI Yogyakarta) dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Magelang, Disisi barat, Kabupaten Boyolali disisi utara dan timur, serta Kabupaten klaten disisi Tenggara. kawasan hutan disekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.


(16)

Gunung Merapi memang telah berulang kali meletus, tercatat letusan-letusan merapi yang dampaknya besar tercatat tahun 1006, 1786, 1822, 1872, 1930 dan 2010. Letusan pada tahun 1872 merupakan sebagai letusan terkuat dalam catatan Geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4 dan letusan terbaru ini yaitu tahun 2010 diklaim memiliki kekuatan yang sama. Gunung ini dimonitor terus menerus oleh pusat pengamatan gunung merapi di kota Yogyakarta, dibandu dengan berbagai instrument geofisika telemetri disekitar gunung serta sejumlah pos pengamatan visual dan penataan kegempaan di Ngepos (Srumbung), Babadan, dan Kaliurang.

Akibat letusan Gunung Merapi, seluruh warga sekitar lereng gunung dengan radius 20 km dari lereng gunung harus mengungsi ketempat yang lebih aman yaitu tempat pengungsian yang telah disediakan pemerintah. Akibat meletusnya gunung merapi ini, banyak warga yang kehilangan harta benda mereka karena mereka tinggalkan demi menyelamatkan jiwa mereka. Adapun jumlah pengungsi akibat meletusnya Gunung Merapi ini sekitar 4.000.000 jiwa. para pengungsi tentu sangat mengharapkan adanya bantuan logistik, obat-obatan serta pakaian untuk bertahan hidup dilokasi pengungsian, karena bantuan yang diberikan pemerintah terbatas.

Dasyatnya letusan Gunung Merapi sehingga banyak memakan korban jiwa yaitu menurut BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) korban meninggal dunia sebanyak 275 orang, korban luka 218 dan 155 orang hilang. membuat perasaan ingin menolong antar sesama baik secara materil maupun moril muncul dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia, sehingga banyak sekali relawan – relawan dari berbagai lapisan masyarakat di Indonesia yang ingin langsung terjun kelapangan untuk menolong masyarakat yang terkena letusan Gunung Merapi


(17)

Selain itu kita ketahui pada tanggal 4 Oktober 2010 masalah banjir bandang yang melanda Wasior di Papua Barat telah menyebabkan ratusan orang tewas dan hilang. Menurut data dari BNPB (Badan Nasional Penaggulangan Bencana) mencatat bahwa total korban meninggal sebanyak 154, korban luka berat sebanyak 185, korban luka ringan sebanyak 535 serta 120 orang hilang. Tak terkira kerugian material yang ditimbulkan oleh. peristiwa yang penuh duka ini. Bencana ini juga memicu memicu perdebatan di tingkat elit pemerintahan dan masyarakat terkait peran ulah manusia sebagai penyebab bencana alam. Peran faktor alam seperti hujan dan memang dapat memicu longsor dan banjir bandang, dalam merespon bencana ini pemerintah mengirimkan bantuan pertolongan. Beberapa pemerintah asing seperti Amerika Serikat dan Jepang juga menyatakan siap memberi bantuan bila diperlukan. Dalam tragedi bencana banjir bandang ini ada berbagai polemik terkait penyebab terjadinya banjir bandang di kota Wasior ini, dimana Pemerintah melalui BNBP (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) bahkan Pressiden SBY sendiri mengatakan kalau banjir bandang yang melanda kota Wasior adalah karena disebabkan tekstur tanah yang terlalu gembur dan curah hujan yang tinggi, tetapi berbeda dengan WALHI yang mengatakan kalau yang mengakibatkan banjir bandang di Wasior adalah karena adanya pembalakan liar dan kondisi alam serta letak geografis daerah Wasior yang memang rawan bencana. Banjir bandang yang tingginya mencapai 3 meter ini sangat dasyat sehingga telah menghancurkan dan memporak-porandakan seluruh kota Wasior yang mengakibatkan banyak warga yang kehilangan tempat tinggal, luka-luka bahkan korban tewas.

Sedangkan pada tanggal 25 Oktober 2010 terjadi Tsunami yang melanda Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat. Tsunami yang melanda Kabupaten Mentawai terjadi akibat guncangan gempa bumi yang berkekuatan 7,2


(18)

SR. Tsunami itu menerjang 3 pulau yang ada di Mentawai yaitu : Pulau Pagai Utara, Pulau Pagai Selatan dan Pulau Supora Selatan. Berdasarkan data BNPB (Badan Nasional Penaggulangan Bencana), bencana Tsunami tersebut banyak memakan korban, yaitu korban meninggal dunia sebanyak 461, hilang sebanyak 43 orang, luka berat sebanyak 14 orang, pengungsi 7830 orang.

Pemberitaan bencana alam di televisi pastinya berpengaruh terhadap respon masyarakat yang menyaksikan berita tersebut. Respon itu sendiri adala h ”suatu po la perilaku, tendensi atau kesia pan ant is ipat if, prediksposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial’ (Azwar 2000). Respon juga suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Respon seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak pada objek tersebut (Berkowitz, 1972 dalam Azwar 2000). Pemahaman serta keyakinan terhadap suatu objek permasalahan dapat juga menentukan respon yang nantinya muncul. Penelitian ini ingin melihat bagaimana respon masyarakat tentang bencana alam seperti Gunung Merapi, Banjir Bandang Wasior dan Tsunami Mentawai. Apakah masyarakat bersikap peduli terhadap peristiwa tersebut setelah diberitakan dan bagaimana respon masyarakat setelah menyaksikan pemberitaan tersebut.

Peneliti memilih media TV One karena menurut peneliti sampai saat ini TV One masih terus memberitakan masalah bencana alam di Gunung Merapi, Wasior dan Mentawai kemudian TV One juga membuat suatu program acara yaitu SUN (satu untuk negeri) dimana program tersebut berfungsi untuk mengumpulkan dana dari masyarakat, perusahaan dan lembaga lainnya. Dana yang terkumpul kemudian langsung diserahkan kepada korban bencana alam atau masyarakat yang membutuhkan. Berdasarkan pengamatan berita-berita yang ditampilkan di TV One terlihat aktual, beritanya tajam maksudnya tajam menyoroti masalah Itu sampai


(19)

ke titik pangkalnya, kemudian terpercaya maksudnya bukan direkayasa tetapi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Peneliti memilih Kelurahan Sitirejo III sebagai lokasi penelitian karena masyarakat Kelurahan Sitirejo III terlihat begitu peduli dan tanggap terhadap bencana-bencana alam yang terjadi selama ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pemberitaan TV One tentang Bencana Alam dan respon masyarakat di Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas.

1.2. Perumusan masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana Respon masyarakat di Kelurahan Sitirejo III terhadap Pemberitaan TV One mengenai Bencana Alam ?

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membuat batasan-batasan masalah secara spesifik. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan situasi atau peristiwa

penelitian dan tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis dan membuat prediksi.

2. Penelitian hanya terbatas pada masalah pemberitaan di televisi tentang bencana alam mengenai Gunung Merapi, banjir bandang Wasior dan tsunami di Mentawai. 3. Penelitian ini dibatasi pada stasiun TV One, karena sampai saat ini stasiun TV

One masih aktif memberitakan dan menggalang dana untuk korban bencana alam serta TV One juga memiliki program acara SUN (satu untuk negeri)


(20)

dimana yang berfungsi untuk mengumpulkan dana dari masyarakat, perusahaan dan lembaga lainnya dan dana tersebut langsung diserahkan kepada korban bencana alam.

4. Objek penelitian adalah masyarakat di kelurahan Sitirejo III yang berusia 17 tahun keatas.

1.4. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui respon masyarakat Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas terhadap berita Bencana Alam.

2. Unt uk me ng et ahu i baga ima na TV One da la m me mbe r it aka n t ent ang Bencana Alam.

1.5. Manfaat penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian di Fisip USU khususnya jurusan ilmu komunikasi.

2. Secara t eorit is, penelit ian ini d iharapkan menambah pengetahuan peneliti khususnya yang berkaitan dengan masalah penelitian deskriptif.

3. Secara pribadi, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan peneliti khususnya tentang media TV dan masalah Bencana Alam.


(21)

1.6. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian disorot. Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berpikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi, 2002,39-40).

Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah komunikasi massa, teknologi komunikasi, media massa, televisi, berita dan S-O-R.

Unsur terpenting dari suatu media massa adalah berita, karena berita adalah produk yang orisinil dari suatu media hampir sejumlah isi media massa, baik cetak maupun elektronik adalah berita. Untuk mendefenisikan berita sangat sulit. Belum ada batasan yang memilaskan dari berita yang dapat meneakup seluruh segi, sifat, karakteristik dan jenis-jenisnya. Berita (News) berasal dari bahasa Latin yaitu Novus (Koval) yang berarti baru (New). Artinya berita selalu merupakan kejadian yang bersifat baru, yaitu baru diketahui oleh penerima berita.

Menurut Mitchel V. Charnley (dalam Saverin, 2007) berita adalah uraian peristiwa dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dan sudah disajikan melalui media massa periodik. Suatu perist iwa pendapat harus memenuhi tiga syarat agar berita disebut benar yaitu menarik, penting, dan masih baru.


(22)

1.6.1. Komunikasi Massa

Komunikasi adalah penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Proses penyampain ini berlangsung pada umumnya dengan menggunakan bahasa. Bahasa adalah lambang yang mewakili sesuatu, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Dalam teori komunikasi, yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengutip pendapat Bari paradigms Laswell yang menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang disajikan, yaitu ; komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Unsur sumber (who) mengundang pertanyaan mengenai pengendalian pesan. Unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran komunikasi (in which channel) menarik untuk mengkaji mengenai analisis media. Unsur penerima (to whom) banyak digunakan untuk studi analisis khalayak. Unsur pengaruh (with what effect) berhubungan eras dengan kajian mengenai efek pesan kepada khalayak. Oleh karena itu, model Laswell ini banyak diterapkan dalam komunikasi massa.

Gambar 1 Model Lasswell

Sumber: Tankard, (dalam Effendy, 2005 ; 4 )

Dalam perkembangannya, kegiatan komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan suatu media penghubung, sehingga pesan atas informasi dapat diterima secara serentak oleh khalayak ramai dalam suatu waktu. Kegiatan komunikasi seperti ini disebut komunikasi massa. Kaitan teori tersebut dengan penelitian ini yaitu ditinjau dari sisi media massa yaitu bahwasanya manajemen

Who Says

What

To Who In Which

Channel

With What Effect


(23)

televisi (Komunikator) menayangkan program acara berita (pesan) kepada khalayak (khalayak / masyarakat kelurahan Medan Baru) untuk dapat dinikmati (efek tertentu).

Sebagaimana lazimnya media massa modem menunjukkan bahwa seluruh system di mana pesan diproduksikan, dipilih, disiarkan dan ditanggapi dapat juga mengartikan komunikasi massa suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media dapat diterima secara serentak dan sesaat.

1.6.2. Teknologi Komunikasi

Teknologi Komunikasi adalah perangkat keras (hardware) dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses, dan saling tukar menukar informasi dengan individu-individu lainnya. Teknologi antara lain dapat diartikan sebagai penerapan ilmu pengetahuan dalam suatu bidang. Teknologi Komunikasi merupakan suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi.

Teknologi Telekomunikasi Terdiri dari sistem dan peralatan elektromagnetik untuk berkomunikasi jarak jauh. Contoh: Telepon, Radio, Televisi dan TV Kabel, Komputer dan Internet (Teknologi Informasi). Penerapan teknologi komunikasi ditentukan oleh sejauhmana teknologi komunikasi mampu membuka akses pada berbagai pelayanan dan jaringan informasi (Haryanto 2008).


(24)

Bentuk teknologi komunikasi adalah :

1. Komunikasi Suara

Merupakan bentuk komunikasi mempergunakan suara dan indera pendengaran dari tempat yang terpisah dengan jarak tertentu.

2. Komunikasi Tulisan dan Gambar

Merupakan komunikasi yang mengirimkan informasi berbentuk tulisan dan gambar.

3. Komunikasi Data

informasi berupa data dan berita yang dikirimkan dengan menggunakan komputer sebagai media pengirim dan media penerima informasi, serta dengan menggunakan jaringan telepon (public switched telephone network) atau menggunakan jaringan telepon khusus (leased line atau private line).

1.6.3. Media Massa

Media massa sendir i me mpunya i pengert ian saluran/med ia yang dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara,2002). Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi dan film bioskop yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk.


(25)

Media massa merupakan alat-alat dalam komunikas yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nuruddin,2007).

1.6.4. Televisi

Televisi dapat di katakan sebagai media komunikasi massa yang banyak dimiliki oleh masyarakat. ”Dibandingkan dengan media massa lainnya, televisi mempunyai sifat istimewa yaitu pada audio visualnya dalam menyampaikan pesan sifat audio visualnya yang tidak lain penayangannya yang mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas dengan modal audiovisual yang dimiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesannya. karena itulah televisi bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap perilaku dan sekaligus perubahan pola berfikir (Effendy, 2005 : 21).

Istilah Televisi sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1990 di kota Paris, yang saat itu dikota tersebut berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai negara. Hadirnya televisi mau tidak mau harus dapat diterima karena sudah merupakan suatu kebutuhan informasi bagi masyarakat agar kita tidak tertinggal oleh kemajuan peradapan teknologi, sekaligus mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di belahan dunia lain. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan media massa lainnya, hal ini terjadi karena mampu menampilkan gambar-gambar dan warna sesuai denga aslinya.


(26)

Menurut Effendy, televisi mempunyai daya tarik kuat yang disebabkan unsur kata-kata, musik, sound effect dan unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman, sedangkan pesawat yang kecil mungil itu dapat menghidangkan, selain film juga program menarik lainnya (Effendy, 2005, p.177)

Dengan demikian, kata televisi di sini diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem transmisi/pancaran, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah jadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya di tranmisikan melalui pemancar. Di pesawat televisi gelombang elektromagnetik di ubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat dinikmati di layar kaca.

1.6.5. Berita

Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termassa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu media untuk disiarkan atau dicetak yang dapat menarik -perhatian pembaca ataupun pendengar, entah karena ia luar biasa atau entah karena pentingnya, atau pula karena ia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan. Namun ada beberapa konsep berita yang dapat dikembangkan yaitu : berita itu dapat sebagai laporan tercepat, rekaman fakta-fakta objektif, dan ramalan (Effendy, 2005 : 131-134).

Menurut Mitchel V. Chamley (dalam Efendy, 2005:120), berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, Berta menyangkut kepentingan mereka.


(27)

Walaupun sukar untuk memberi batasan tentang defenisi berita, setidaknya kita dapat menentukan sesuatu yang berwatak berita. Adapun kualitas dasar untuk digolongkan sebagai berita. adalah :

1. Harus akurat (accurate) 2. Harus menarik (interesting) 3. Bersifat baru. (aktual)

4. Mengandung suatu penjelasan (explanation) 1.6.6. Teori S-O-R

Pada awalnya model teori ini dikenal sebagai model Stimulus-Responden (S-R) akan tetapi kemudian DeFleur menambahkan Organisms dalam bagiannya sehingga menjadi Stimulus-Organism-Response (S-O-R).

Teori S-O-R merupakan model penelitian yang beranjak dari anggapan bahwa organisms akan menghasilkan perilaku atau reaksi tertentu jika diberikan suatu kondisi stimulus tertentu kepadanya. Efek yang timbul adalah reaksi terhadap stimulus tersebut, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikan. Elemen-elemen utama dari model ini adalah pesan (stimulus), penerima/komunikan (organisms), dan efek (respon) (Effendy, 2005).

Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi media massa sebagai stimulus yang diberikan kepada individu yang menghasilkan respon tertentu yang sesuai dengan stimulus yang diberikan. Dalam, proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benar benar melebihi apa yang pernah is alami. Dalam mempelajari sikap yang bare tersebut ada tiga variabel yang harus diperhatikan, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.


(28)

Adapun respon yang ditimbulkan stimulus berupa perubahan sikap melalui tahap-tahap berikut :

1. Tahap kognitif.

Yaitu meliputi ingatan terhadap pesan, pengenalan terhadap pesan, dan pengetahuan terhadap pesan tersebut. Dalam hal ini dibahas bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.

2. Tahap afektif.

Meliputi kesediaan untuk mencari lebih banyak lagi informasi, evaluasi terhadap pesan, dan minat untuk mencoba. Dalam hal ini khlayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan lainya.

3. Tahap behavioral

Yaitu perubahan sikap terhadap pesan. Merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan. Misalnya adegan kekerasan di televisi membuat orang menjadi beringas.

Jika disederhanakan lagi maka dapat disebutkan bahwa model S-O-R yaitu merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti dan menerima (Efendy, 2005 ; 254-255).


(29)

1.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan adanya kerangka konsep ini merupakan bahan yang aka n menuntun dan merumuskan hipotesis pene lit ian (Nawawi 2002;40). Kerangka ko nsep merupakan kemampuan peneliti menyusun konsep operasional yang bertitik tolak pada kerangka teori dan tujuan penelitian. Dalam kerangka konsep, hanya dapat menunjukkan secara sistematis variable-variabe l penelitian yang menjadi kerangka operasional (Lubis, 2005;110-111).

Pembatasan konsep dalam penelitian tidak saja untuk menghindari salah satu maksud dalam memahami konsep penelitian dan membatasi penelitian, tetapi batasan konsep diperlukan untuk penjabaran komponen penelitian maupun indikator komponen (Burgin, 2005;92). Dalam penelitian ditetapkan kerangka konsep metodologi penelitian sebagai berikut :

a. Komponen Pemberitaan televisi tentang Bencana Alam

Komponen ini variabel operasionalnya yaitu : minat menonton berita, frekuensi menonton, durasi menonton, frekuensi penayangan berita, narasumber berita, topik berita.

b. Komponen Respon Masyarakat

Komponen ini variabel operasionalnya yaitu : organisme yang terdiri dari Kognitif, Afektif, Behavioral.

c. Karakteristik Responden

Komponen ini variabel operasionalnya yaitu : jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan.


(30)

Stimulus

Organisme : Kognitif

Afektif Behavioral

Respon Masyarakat 1.8. Model Teoritis

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat digambarkan model teoritis sebagai berikut :

Gambar 2 Model Teoritis


(31)

1.9. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat operasional variable yang berfungsi untuk kesamaan den kesesuaian dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

Operasional Variable

Variabel Teoritis Variabel Operasional Komponen pemberitaan TV One

tentang bencana alam

Frekuensi penayangan berita • Durasi penayangan berita • Materi berita

• Narasumber berita

• Topik berita tentang Bencana Alam Program acara

Komponen Organisme

respon • Kognitif

• Afektif • Behavioral

Karakteristik responden • Jenis kelamin

• Usia • Pendidikan • Pekerjaan • Penghasilan

1.10. Defenisi Operasional

Komponen Pemberitaan Televisi tentang Bencana Alam

• Frekuensi penayangan berita adalah intensitas atau seberapa sering TV One menayangkan berita tentang Bencana Alam.

• Duras i t a ya nga n ya it u la ma nya wakt u ya ng d iha biska n u nt uk menayangkan berita.


(32)

• Jenis penayangan yaitu program berita tayang berapa kali dalam sehari. Yakni pada pagi hari, s iang dan sore hari sehingga kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi dengan penayangan dalam sehari.

• Narasumber berita yaitu program berita yang menghadirkan narasumber, atau sumber yang dipercaya yang bisa diminta keterangan tentang topik permasalahan, yakni pemerintah.

• Topik berita yang menyita perhatian masyarakat karena sangat sering diberitakan dan dikupas sampai mendalam.

Satu Untuk Negeri, adalah suatu gerakan sosial kepedulian pada sesama yang digerakkan oleh segenap karyawan. Manajemen dan direksi TV One yang dibantu para relawan serta didukung oleh para pemirsa.

Kabar Petang, adalah program berita yang menyajikan peristiwa-peristiwa sepanjang hari. Disiarkan sepanjang hari pukul 17.30 WIB. Berisi rangkuman informasi setiap hari yang didalamnya terdapat berita tentang bencana alam.

Komponen Respon

Respon adalah suatu pola perilaku atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Respon juga suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Respon seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak pada objek tersebut (Berkowitz, 1972 dalam azwar 2002). Pemahaman serta keyakinan terhadap suatu objek permasalahan dapat juga menentukan respon yang nantinya muncul.


(33)

Respon masyarakat itu dapat terdiri dari :

• Kognitif yaitu meliputi ingatan terhadap pesan, pengenalan terhadap pesan, dan pengetahuan terhadap pesan tersebut.

• Afektif meliputi kesediaan untuk mencari lebih banyak lagi informasi, evaluasi terhadap pesan, dan minat untuk mencoba.

• Behavioral yaitu perubahan sikap terhadap pesan. Merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.

Karakteristik Responden

• Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan

• Usia yaitu usia responden saat mengisi kuisioner

• Pendidikan yaitu Latar belakang pendidikan dari responden

• Pekerjaan yaitu mata pencaharian dari responden

• Penghasila n ya it u besarnya penghasilan yang diterima keluarga (suami/isteri) rata-rata per bulan.


(34)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi Massa

II.I.I. Definisi Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan yang sebenarnya). Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan oleh media massa modern, misalnya : televisi, radio, majalah, surat kabar, film. Everest M. Rogers, berpendapat bahwa selain media massa modern, ada media massa tradisional yang meliputi teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun dan lain-lain (Effendy, 2005 :50).

Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media. Massa ditandai oleh komposisi yang selalu berubah dan berada pada batas wilayah yang selalu berubah pula. Ia tidak bertindak untuk dirinya sendiri, tetapi ”dikendalikan” untuk melakukan suatu tindakan. Para anggotanya heterogen dan banyak sekali jumlahnya, serta berasal dari lapisan sosial dan kelompok yang demografis. Meskipun demikian, dalam menentukan suatu objek perhatian tertentu mereka selalu bersikap sama dan berbuat sesuai dengan persepsi orang yang akan memanipulasi mereka.

Menggaris bawahi kenyaataan bahwa komunikasi massa mengandung aspek-aspek unik yang menurut kecenderungan bersifat sosialis dari psikologis, yang lebih normatif dari pada teori yang berkenaan dengan mikro proses komunikasi dan


(35)

komunikasi tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan masyarakat secara keseluruhan, maka komunikasi massa pun amat dipengaruhi oleh budaya dan peristiwa sejarah.

II.I.2. Ciri-ciri Komunikasi Massa

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, melainkan kumpulan orang-orang. Artinya gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana kita ketahui, sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakuan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.

Didalam sebuah sistem ada interpedensi, artinya komponen-komponen itu saling berkaitan dan berinteraksi secara keseluruhan. Tidak bekerjanya satu sama lain unsur akan mempengaruhi kinerja unsur-unsur yang lain. Eksistensi kesatuan (totalitas) itu dipengaruhi oleh komponen-komponennya, sebaliknya eksistensi masing-masing komponen itu dipengaruhi oleh kesatuannya.

dengan demikian, dalam sistem sebagai sebuah lembaga dalam komunikasi massa itu ada beberapa unsur yang membuat sesuatu itu akhirnya disebut sebagai lembaga. Sedang antara unsur dalam lembaga itu ada kerjasama satu sama lain. Tidak bekerjanya satu unsur akan menyebabkan tidak bekerjanya unsur yang lain. Oleh karena itu, berbagai unsur itu saling melengkapi, bekerjasama satu sama lain sehingga sempurnalah sesuatu itu dikatakan sebagai lembaga.

Didalam komunikasi massa, yang namanya komunikator itu media massa itu sendiri. Itu artinya, komunikatornya bukan orang per orang seperti seorang


(36)

wartawan misalnya. Wartawan adalah salah satu bagian dari sebuah lembaga. Wartawan adalah salah satu bagian dari sebuah lembaga. Wartawan sendiri bukan seorang komunikator dalam komunikasi massa, ia adalah seorang yang sudah dilembagakan (institusionalised person). Artinya berbagai sikap dan perilaku wartawan sudah diatur dan harus tunduk pada sistem yang sudah diciptakan dalam saluran komunikasi massa tersebut.

Komunikator dalam komunikasi massa itu lembaga disebabkan elemen utama komunikasi massa utama itu adalah media massa. Media massa hanya bisa muncul karena gabungan kerjasama dengan beberapa orang. Hal demikian berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain misalnya komunikasi antar pribadi. Orang terlibat dalam komunikasi ini punya inisiatif sendiri ketika mengadakan komunikasi tanpa aturan tertentu seperti yang diisyaratkan dalam komunikasi massa.

Dengan demikian komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidanya punya ciri sebagai berikut :

1. Kumpulan individu-individu.

2. Dalam komunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa.

3. Pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat.

4. Apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.

II.I.3. Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto, 2007:7) : a). Komunikator Terlembagakan

Menurut Wright, komunikasi massa itu melibatkan lembaga dan komunikator lainnya adalah lembaga media massa. Lembaga ini menyerupai sebuah sistem. Sistem adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, meyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.


(37)

b). Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural.

c). Komunikasinya Anonim dan Heterogen

Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.

d). Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khlayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Efendy mengartikan keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

e). Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Bersifat satu arah merupakan kelemahan komunikasi massa. Komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan media massa. Karena menggunakan media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan juga aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog lebih mendalam. Maka pada komunikasi massa tidak terjadi pengendalian arus informasi.

g). Stimulasi Alat Indera ”Terbatas”

Alat indera yang terbatas juga merupakan kekurangan dari komunikasi massa. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah pembaca hanya melihat. Pada radio siaran, khalayak hanya mendengar dan pada media televisi, film dan internet khalayak menggunakan indera pengelihatan dan pendengaran.


(38)

h). Umpan Balik Tertunda (delayed)

Komponen umpan balik (feedback) merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektifitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Tidak seperti komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, feedback dalam komunikasi massa dapat langsung diketahui. II.1.4. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa awalnya dicetuskan oleh Harold D Laswell pada tahun 1984. Tokoh ilmu komunikasi yang mendalami komunikasi politik ini menyebutkan, fungsi komunikasi massa secara umum adalah untuk pengawasan lingkungan hidup, pertalian dan penyebaran warisan sosial (Effendy, 2005:28).

Kemudian Sean MacBridge berpendapat bahwa fungsi komunikasi massa yaitu informasi, sosialis, motivasi perdebatan, pendidikan, memajukan kebudayaan, hiburan dan integrasi. Setelah itu Yoseph R Dominick (dalam Effendy, 2005:29) mempertegas fungsi komunikasi massa bagi masyarakat yaitu :

a. Surveillance (pengawasan), terdiri dari :

- Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan), yaitu fungsi yang terjadi ketika media massa menginformasikan tentang sesuatu yang berupa ancaman.

- Instrumental surveillance (pengawasan instrumental), yaitu penyebaran / penyampaian informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

b. Interpretation (interpretasi)

Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Tujuan penafsiran media ingin mengajak khalayak untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpersonal atau komunikasi kelompok.


(39)

c. Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Maka kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis dipertalikan atau dihubungkan kembali oleh media. d. Sosialisasi

Fungsi sosialisasi mengacu pada acara dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran khalayak dan memperlihatkan bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan.

e. Entertainment (hiburan)

Sulit dibantah bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak agar dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

II.1.5. Efek Komunikasi Massa

Efek dalam komunikasi merupakan hasil yang dicapai dari sebuah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Menurut Steven M. Chaffe (dalam Ardianto, 2004:49) efek media massa dapat dilihat dari beberapa pendekatan. Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan, perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif dan behavioral.


(40)

A). Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media massa itu sendiri. terdiri dari :

1. Efek Ekonomi

Kehadiran media massa ditengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa.

2. Efek Sosial

Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh misalnya kehadiran televisi dapat meningkatkan status dari pemiliknya.

3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari

Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi ke kantor, masyarakat kota akan lebih dahulu melihat siaran berita di televisi. 4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman

Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya.

5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu

Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.

B). Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada khalayak terdiri dari:

1. Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sikapnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Menurut Mc Luhan (Ardianto, 2007:52), media massa adalah perpanjangan alat indera manusia. Dengan media massa, khalayak memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah dikunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang telah diseleksi.

Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif maka media massa akan mempengaruhi citra tentang lingkungan sosial yang timpang, bias dan tidak cermat. Oleh karena itu muncullah apa yang disebut streotip yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah dan seringkali timpang dan tidak sepenuhnya benar.


(41)

yang dikehendaki oleh masyarakat. Banyak orang yang memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang suatu bidang yang diminatinya dari berita dan opini yang ditampilkan dalam media massa, sehingga media massa itu menjadi sumber informasi dan rujukan bagi pembaca.

2. Efek Afektif

Efek afektif kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Tujuan komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu sedih, gembira, marah dan sebagainya. Dengan kata lain efek afektif menekankan pada aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu.

3. Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan yang dapat diamati. Efek behavioral tidak sama pada setiap orang. Belajar dari media massa tidak tergantung hanya pada unsur stimulus yang ada pada media massa saja. Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya. Stimulus menjadi teladan untuk perilakunya.

II.2. Media Massa

II.2.1. Pengertian Media Massa

Dalam komunikasi massa, media massa merupakan alat atau sarana dalam pentransferan informasi. Dijelaskan pula bahwa media massa digunakan untuk menunjukkan penerapan suatu alat teknis (media) yang menyalurkan atau merupakan wadah komunikasi massa.

Dari pengertian tersebut media massa juga diartikan sebagai sarana penyampaian pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas, misalnya surat kabar. Secara umum media massa berfungsi sebagai alat yang bertujuan menyalurkan pesan kepada khalayak sehingga tampaklah bahwa media massa diperuntukkan untuk massa. Melalui media massa berbagai rangkaian peristiwa di masyarakat disajikan. Pada akhirnya peran yang dilakukan media massa baik sebagai toko informasi maupun institusi dengan demikian memiliki hubungan erat dengan kebutuhan manusia.


(42)

Salah satu kebutuhan manusia yang paling esensi, baik individu maupun masyarakat adalah kebutuhan untuk merancang dan mendapatkan informasi. Melalui informasi dapat menambah pemgetahuan dan memperluas cakrawala pemikiran.

Dalam hubungan seperti ini, media massa dapat dikatakan sebagai sumber dominan dalam penyebaran informasi karena dapat menjangkau khalayak secara luas dan banyak.

II.2.2. Fungsi Media Massa

Berbicara komunikasi massa, langsung dapat diidentifikasikan dengan media massa. Dimana media massa betujuan untuk memenuhi kebutuhan khalayak akan informasi.

Tujuan lain dari media massa adalah sebagai berikut : 1. Informasi

 Menyediakan informasi dan kondisi dalam masyarakat dan dunia.  Menunjukkan hubungan kekuasaan.

 Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan korelasi. 2. Korelasi

 Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna dan peristiwa dan informasi.

 Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan.  Melakukan sosialisasi.

 Membentuk kesepakatan.


(43)

3. Kesinambungan

 Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan yang khusus serta perkembangan budaya baru.

 Meningkatkan serta mengembangkan budaya baru. 4. Hiburan

 Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi  Meredakan ketegangan sosial.

5. Mobilisasi

 Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan, ekonomi, pekerjaan dan kadang-kadang dalam bidang agama (Mc Quail, 1994:70)

II.3. Motif Penggunaan Media

Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Berbedanya motif seseorang dalam menggunakan media menimbulkan perbedaan pula dalam tingkat kepuasan yang didapat individu dalam menggunakan media. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi semakin besar pula kemungkinan komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik oleh komunikan (Ardianto, 2007:81).

Ada beberapa motif individu dalam menggunakan media yaitu : 1. Kebutuhan Kognitif

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan serta pengertian tentang lingkungan kita. Kebutuhan ini timbul


(44)

karena adanya dorongan-dorongan seperti rasa ingin tahu dan penjelajahan pada diri sendiri.

2. Kebutuhan Afektif

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha memperkuat pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan pada diri sendiri.

3. Kebutuhan Integrasi Sosial

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia.

4. Kebutuhan Akan Pelarian

Yaitu berkaitan dengan hasrat untuk melarikan diri dari kenyataan, pelepasan emosi, ketegangan, masalah dan kebutuhan pribadi.

5. Kebutuhan Pribadi Secara Integratif

Yaitu berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual yang diperoleh dari hasrat akan harga diri.

Kelima motif tersebut yang menjadikan khalayak aktif dalam memilih atau menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Perbedaan motif akan mempengaruhi perbedaan pola khalayak dalam menggunakan media.

II.3.1. Kepuasan

Kepuasan berasal dari kata ”puas”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) puas dapat diartikan sebagai perasaan senang karena hasrat hatinya sudah terpenuhi. Kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman khayak setelah mengkonsumsi atau menggunakan media, khalayak merasa puas apabila harapannya terpenuhi atau akan sangat puas jika harapan khalayak terlampaui.

Kepuasan khalayak terhadap suatu program acara televisi tergantung dari kualitas acara itu sendiri. Khalayak akan merasa puas terhadap televisi yang


(45)

menayangkan program acara yang dapat memenuhi kebutuhannya. Kualitas acara itu baik jika khalayak paham, mengerti akan pesan yang disampaikan. Hal ini terjadi karena khalayak sangat selektif dalam memilih program acara yang dapat memberikan ia kepuasan yakni penerimaan pesan berupa informasi yang ia inginkan. Jadi ketika suatu program acara tidak memberikan kepuasan yang diinginkan khalayak, maka ia akan mencari dari media lain.

Umumnya hasil yang diperoleh seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkannya maka akan timbul rasa puas. Demikian juga jika acara berita televisi bisa memberikan informasi yang sangat dibutuhkan khalayak maka akan menimbulkan efek kepuasan dikalangan penontonnya.

II.3.2. Sikap Manusia

Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang paling penting banyak didefinisikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar tetapi ada pula yang melihat sikap sebagai kesiapan saraf (neural settings) sebelum memberikan respons (Aswar, 2000). Dari definisi kita dapat menyimpulkan beberapa hal, pertama sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi atau kelompok.

Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari (dalam Azwar, 2000:286).


(46)

Ketiga, sikap relatif menetap. Berbagai studi menunjukkan bahwa sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan.

Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif. Sehingga Bem memberikan definisi sederhana :”Attitudes are like and dislike”.

Kelima, sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil dari belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah (Rakhmat:2004:39).

Pengertian sikap telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Dalam Azwar (2002) definisi-definisi sikap adalah sebagai berikut :

a). Kimbal Young (1945)

Menyatakan sikap merupakan suatu presdiposisi mental untuk melakukan suatu tindakan.

b). Sherif (1956)

Menyatakan bahwa sikap menentukan keikhlasan perilaku dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. c). Thurstone

Berpandangan bahwa sikap merupakan suatu tingkah efek, baik itu bersifat positif maupun aspek-aspek psikologis.

II.4. Uraian Mengenai Televisi II.4.1. Sejarah Televisi

Televisi merupakan media massa elektronik yang diciptakan manusia dengan menggunakan prinsip-prinsip radio karena televisi lahir sesudah radio. Istilah televisi terdiri dari dua kata yakni ”tele” dan ”visi”, tele berarti jauh dan visi berarti penglihatan. Segi jauhnya ditransmisikan dengan prinsip-prnsip radio, sedangkan penglihatan diwujudkan dengan kamera sehingga menjadi gambar baik dalam bentuk gambar hidup, bergerak maupun diam (still picture).

Kemajuan yang pesat dalam pertelevisian telah mencapai taraf yang begitu memuaskan bagi manusia seperti sekarang adalah berkat ditemukannya alat yang


(47)

disebut iconoscope (”icon” berarti gambar, ”scopein” berarti melihat) oleh Dr.Vladimir K. Zwarklyin dari Rusia pada tahun 1920. Iconoscope merupakan alat semacam pistol listrik yang digunakan untuk melakukan peradapan terhadap gambar dari suatu objek yang diambil lensa kamera. Segaris demi segaris namun cepat sehingga bagi orang yang melihatnya bagaikan gambar yang berkesinambungan.

Iconoscope yang berupa lampu terdapat didalam kamera elektronik yang fungsinya mengubah gambar menjadi getaran listrik, kemudian ditransmisikan setelah ditangkap oleh pesawat penerima. Dalam pesawat penerima proses perubahan getaran listrik menjadi gambar yang sama dengan yang diambil kamera dengan alat yang dinamakan kenescipe. Dengan bantuan alat tersebut maka muncullah gambar-gambar dari objek yang diambil kamera.

II.4.2. Sejarah Televisi di Indonesia

Media televisi di Indonesia bukan lagi dilihat sebagai barang mewah seperti ketika pertama kali ada. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat nusantara untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan televisi pertama di Indonesia yang mengudara pada tanggal 19 Agustus 1962 dengan studionya yang sederhana di kompleks Senayan Jakarta. Dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jepang dan negara-negara yang lain di Eropa, Indonesia termasuk negara yang relatif baru dalam bidang televisi. Tetapi bila dibandingkan dengan beberapa negara Asia, seperti Malaysia dan Singapura, Indonesia sudah terlebih dahulu (Effendy,2005:190).


(48)

Sejak tahun 1973 sampai dengan tahun 1978, TVRI mengembangkan diri dengan mendapat tambahan lima buah stasiun penyiaran dan 77 buah pemancar dan 11 stasiun penghubung. Dipenghujung tahun 1980 tercatat 9 stasiun penyiaran yang dimiliki TVRI dengan dilengkapi 124 stasiun pemancar dan stasiun penghubung (Effendy,2005:191).

Pada tanggal 18 Agustus 1988 hadir dalam dunia pertelevisian di Indonesia sebuah stasiun televisi yang dikelola oleh pihak swasta yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Kemudian kehadiran RCTI disusul lahirnya Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV) pada tanggal 18 Agustus 1990. Siaran yang dikelola dan dipancarkan oleh kedua stasiun televisi swasta ini pada waktu ini belum dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat dan hanya ditayangkan di Jakarta dan sekitarnya.

Pada awal tahun 1991 hadir pula stasiun televisi swasta lain dengan mengmbil tema pendidikan yaitu televisi pendidikan Indonesia. Pada awal berdirinya stasiun televisi ini mengudara secara nasional dan dapat diterima oleh seluruh wilayah Indonesia. Siaran secara nasional ini hanya berlangsung pada pagi hingga siang hari.

Dengan kehadiran TVRI, RCTI, SCTV dan TPI, televisi banyak mengalami perbaikan dan kemajuan, baik dalam mutu siaran maupun waktu penayangan. Kemudian untuk lebih meningkatkan mutu siarannya maka pada pertengahan tahun 1993, RCTI mengudara secara nasional dan membangun transmisi di beberapa kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan, Batam dan lain-lain. Kemudian stasiun televisi bertambah lagi dengan kehadiran ANTV, Indosiar, Trans TV, TV One, Trans 7, Metro TV, serta MNC TV yang dahulu bernama TPI. Sehingga sampai saat ini telah ada 11 stasiun televisi yang mengudara secara nasional.


(49)

II.4.3. Daya Tarik Televisi

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat dibanding media massa lainnya, kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsut kata-kata, musik dan sound effect, maka televisi selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi rasio, juga melebihi film bioskop sebab segalanya dapat dinikmati dirumah dengan aman dan nyaman. Pesawat televisi juga dapat menghidangkan selain film juga program menarik lainnya (Effendy, 2005:177).

II.5. Berita

Berita ialah informasi yang baru, menarik perhatian, mempengaruhi (effect) orang banyak yang mempunyai kekuatan untuk membangkitkan selera yang mengikutinya (Robert tyell). Ada beberapa ungkapan yang sering digunakan untuk merumuskan apa yang disebut sebagai berita. Salah satu yang sangat terkenal adalah apa yang ditemukan oleh Jhon B. Bogart, kepala desk kota koran New York sun. Hampir seabad yang lalu Bogart menemukan kata-kata yang sering di kutip dari barbagai kesempatan pembahasan mengenai berita yaitu : ”When a dog bites a man,

that's not news. But when a man bites a dog that is news” (“Jika ada anjing

menggigit orang, itu bukan berita. Namun kalau ada orang menggigit anjing, itu baru berita”).

Dalam bahasa inggris berita itu disebut news, yang dapat diartikan sebagai cerita tentang peristiwa yang datang dari empat penjuru mata angin yaitu : North (Utara), East (Timur), West (Barat), South (Selatan).


(50)

Penelitian yang dilakukan oleh Robinson dan Levy 1986 (dalam Idris 1987:150), menyatakan bahwa berita itu efektif karena kompetisi antar sumber berita pun semakin tajam. Kebanyakan bukti diperoleh dari hasil eksperimen dan survei yang menyangkut pengetahuan tentang berita yang menunjukkan rendahnya daya ingat dan pemahaman serta dari hasil penelitian pengetahuan masyarakat menyangkut peristiwa dan masalah yang terkandung dalam berita.

Efek yang ditimbulkan berita adalah berupa tambahan pengetahuan informasi faktual jangka waktu pendek, juga pembentukan cara pandang terhadap gambaran dunia dan masyarakat yang berjangka waktu panjang serta kerangka berfikir untuk menafsirkan berbagai peristiwa. Berita memiliki kecenderungan yang normatif dan dirancang untuk didayagunakan untuk membentuk dan menunjang nilai-nilai dan pandangan-pandangan tertentu.

Mekanisme efek yang ditimbulkan dari berita adalah hal yang mendorong orang untuk memetik pelajaran dari berita (kemampuannya untuk memberikan informasi) ialah imbalan personal yang muncul karena adanya kepuasan setelah mengetahui informasi menarik dan bermanfaat juga karena adanya kemampuan sumber berita. Imbalan tersebut dapat berwujud meningkatnya partisipasi sosial dan kemungkinan menurunnya rasa ketidakpastian. Beberapa hal lain yang dikaitkan dengan efek berita dapat disebut sebagai berikut : suplai yang cukup, kemampuan berkomunikasi, hubungan antar pribadi yang mendukung perolehan pengetahuan, keterlibatan dalam pembicaraan menyangkut masalah kemasyarakatan.

Berita dapat dibagi menjadi beberapa macam tergantung dari segi melihatnya, seperti :

1. Sifat kejadian. 2. Cakupan isi berita.


(51)

3. Bentuk penyajian berita (terbagi 2 yaitu berita langsung dan berita komprehensif).

Berita langsung biasanya ditulis dengan gaya piramida terbalik dimana semua yang dianggap penting diletakkan pada lead atau intro (Idris 1987:140).

Piramida terbalik

Piramida terbalik diperlukan agar khalayak yang biasanya selalu sibuk bekerja tetap bisa mengetahui peristiwa yang terjadi. Gaya piramida terbalik juga memudahkan para redaktur, produser atau penyunting untuk mendorong bagian berita yang kurang penting terletak dibagian bawah.

II.5.1. Unsur-unsur Berita

Ada sejumlah unsur penting yang umunya ada pada sebuah berita, seperti yang akan kita telaah berikut ini (Wibowo, 1997:95) :

1. Baru, kebaruan adalah unsur penting dalam sebuah berita. Karena iu berita dalam bahasa Inggris disebut dengan news (berawal dari kata new yaitu baru).

2. Penting, unsur penting biasanya dimiliki oleh sebuah kejadian atau keadaan yang bernilai berita. Penting bisa dikaitkan dengan orang yang menyampaikan pernyataan, misalnya sebuah kebijakan baru yang di umumkan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono biasanya akan menjadi topik yang hangat dan dibicarakan oleh media massa dinegeri ini.

3. Relevan, relevan disini maksudnya adalah pemirsa merasa mendapatkan sesuatu yang berharga dari berita tersebut sehingga mereka bisa memiliki pemahaman mengenai hal yang diberitakan dan tahu bagaimana menyikapinya.


(52)

4. Mengandung kebenaran, unsur penting lainnya yang harus dimiliki oleh sebuah berita adalah unsur kebenaran. Artinya berita tersebut merupakan sebuah kejadian yang faktual, sesuatu yang betul-betul terjadi dan bukan fiksi, khalayan atau rekayasa dari si pembuat berita.

Permintaan akan berita berasal dari berbagai tempat yang terbesar. Permintaan tersebut berlangsung secara berkesinambungan dan pasti. Berita biasanya diberikan oleh pengirim tanpa tujuan apa-apa kecuali untuk memenuhi permintaan itu. Namun berita bisa saja berupa propaganda, informasi salah dan informasi yang menyimpang (distorsi) atau berita yang tidak informatif.

Berita terdiri dari : 1. Gambar

Gambar merupakan unsur pertama dalam berita televisi. Gmabar itulah yang menjadi kekuatan berita televisi karena gambar itu berbicara bahkan kadang lebih berbicara dari pada naskah atau audio. Tetapi gambar berita televisi harus memiliki sejumlah unsur agar menjadi lebih menarik yakni:

a. Aktualitas

Gambar televisi harus mengandung unsur aktual, maksudnya gambar yang ditampilkan dalam berita harus aktual atau paling baru, kalau bisa gambar yang belum pernah ditayangkan oleh stasiun-stasiun televisi lain.

b. Sinkronisasi

Gambar berita televisi harus sinkron dengan peristiwa yang diinformasikan agar sesuai antara naskah dengan gambar.

c. Simbolis

Gambar simbolis bukan berarti gambar yang sesungguhnya tetapi hanya menggambarkan kejadian yang diberitakan. Ini terjadi karena gambar yang sesungguhnya sulit didapat. Sedangkan kalau berita itu sangat penting maka harus diusahakan untuk tayang walaupun gambar yang sinkron dan aktual tidak tersedia.


(53)

d. Ilustrasi

Ilustrasi ialah gambar yang dibuat atau reayasa berdasarkan suatu peristiwa yang memang terjadi, tetapi gambarnya yang aktual, sinkron dan simbolis tidak tersedia. Ilustrasi itu bisa berupa gambar hidup, animasi atau grafik.

e. Dokumentasi

Dokumentasi gambar adakalanya diperlukan kalau peristiwa itu sangat penting sementara tidak tersedia gambarnya yang yang aktual, sinkron dan simbolis. Dokumentasi gambar berita televisi ada beberapa macam seperti : dokumentasi peristiwa, dokumen simbolis, dokumentasi foto dan dokumentasi profil.

f. Estetika

Gambar berita televisi harus bersifat estetis supaya enak dipandang mata. Estetika itu meliputi komposisi, fokus dan warna, tetapi estetika gambar berita tidak mutlak. Dalam kondisi darurat unsur estetika dapat diabaikan.

2. Naskah

Naskah berita televisi sebagaimana berita pada umumnya juga harus memenuhi unsur berita 5W+1H (What, Who, Where, When, Why dan How).

Dilihat dari bentuk penyajiannya naskah berita televisi terbagi dua (Idris, 1987) yaitu :

 Naskah reading adalah berita yang seluruh isinya mulai dari lead sampai tubuhnya dibaca oleh presenter.

Voice over ialah naskah berita yang leadnyadibaca presenter sedangkan

tubuhnya di dubbling yaitu dibaca dengan direkam oleh orang lain, biasanya reporter atau siapapun yang suaranya cukup baik.


(54)

3. Audio / Suara

Audio tidak kalah pentingnya dibanding dengan naskah dan gambarnya namun jika tidak ada bunyi maka bisa jadi berita tersebut tidak jelas maksudnya. Ada dua unsur audio dalam berita televisi yaitu :

 Atmosfir adalah suasana dari suatu peristiwa yang gambarnya diberitakan. Suatu atmosfir sangat penting menyertai suatu gambar karena tanpa atmosfir sebuah gambar akan kehilangan rohnya.

 Narasi Audio adalah suatu operator, baik berdasarkan naskah dan suara sumber yang diwawancarai. Naskah ini sangat penting sebab kalau wartawan melaporkan suatu berita dengan susunan kata yang tidak jelas atau kacau maka beritanya akan kabur.

II.6. Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response)

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi yang dikemukakan oleh De fleur yaitu berangkat dari asumsi bahwa setiap orang dapat memfragmasikan stimulus yang diterima dan dibentuk .

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah pesan (stimulus,S), komunikan (Organism,O) dan efek (response, R) (Effendy, 2005:254-255):

a) Pesan (stimulus,S), stimulus atau pesan yang dimaksud disini adalah isi berita tentang bencana alam dan pesan-pesan yang disampaikan oleh stasiun TV One. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti dan


(55)

kemampuan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

b) Komunikan (Organism, O), yang menjadi sasaran penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas.

c) Efek (Respone, R), berupa tingkat respon masyarakat kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas sebagai yang ditujukan terhadap perangsang yang bersifat kontroversif.

Hovland beranggapan bahwa proses dari perubahan sikap adalah sama dengan proses belajar. Dalam mempelajari yang baru ada tiga variabel penting yang menunjang proses belajar tersebut yaitu :

1. Perhatian 2. Pengertian 3. Penerimaan

Gambar 3 Model S-O-R Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

Stimulus Organism :

1. Perhatian 2. Pengertian 3. Penerimaan

Response (Perubahan Sikap


(56)

Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa respon ataupun perubahan sikap bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada organisme dapat berdampak diterima atau ditolak. Komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila organism memberikan perhatian terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya sampai pada proses organisme tersebut memikirkannya hingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya.

Adapun respon yang ditimbulkan stimulus berupa perubahan sikap melalui tahap-tahap berikut :

4. Tahap Kognitif.

Yaitu meliputi ingatan terhadap pesan, pengenalan terhadap pesan, dan pengetahuan terhadap pesan tersebut. Dalam hal ini dibahas bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.

5. Tahap Afektif.

Meliputi kesediaan untuk mencari lebih banyak lagi informasi, evaluasi terhadap pesan, dan minat untuk mencoba. Dalam hal ini khlayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan lainya.

6. Tahap Behavioral

Yaitu perubahan sikap terhadap pesan. Merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan. Misalnya adegan kekerasan di televisi membuat orang menjadi beringas.


(57)

Jika disederhanakan lagi maka dapat disebutkan bahwa model S-O-R yaitu merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti dan menerima (Efendy, 2005 ; 254-255).


(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Deskriptif Lokasi Penelitian

Daerah yang dipilih oleh peneliti adalah kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas. Penduduk Kelurahan Sitirejo III seluruhnya berstatus warga negara Indonesia. Kelurahan Sitirejo III terdiri dari 9 lingkungan dan setiap lingkungan dipimpin oleh seorang kepala lingkungan (kepling). Kantor Kelurahan Sitirejo III terletak dijalan Selamat Gang Samosir No.3, dengan jumlah pegawai sebanyak 6 orang serta luas kelurahan yaitu seluas 400 km2 terdiri dari 11.806 jiwa. Berdasarkan batas wilayah maka kelurahan Sitirejo III mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sudirejo II Kecamatan Medan Kota


(59)

Keadaan Penduduk

Masyarakat Kelurahan Sitirejo III memiliki perbedaan mata pencarian yang membuat adanya status sosial ekonomi mereka. Berikut adalah mata pencarian masyarakat Kelurahan Sitirejo III :

1. Buruh / swasta 340

2. Pegawai Negeri 175

3. Pengrajin 15

4. Pedagang 35

5. Penjahit 20

6. Tukang batu -

7. Tukang kayu 8

8. Peternak -

9. Nelayan -

10.Montir -

11.Dokter 7

12.Sopir 25

13.Pengemudi Bajaj -

14.Pengemudi becak 25

15.TNI/Polri 19

16.Pengusaha 5


(60)

Karakteristik Penduduk

Berikut ini adalah gambaran kondisi penduduk di Kelurahan Sitirejo III : a. Penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan adalah hal terpenting yang harus diperoleh setiap individu. Tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Sitirejo III meliputi tamat SD/sederajat sebanyak 1158 jiwa, tamat SMP/sederajat sebanyak 1099 jiwa, tamat SMA/sederajat sebanyak 1705, tamat D-1 sebanyak 65 jiwa, tamat D-3 sebanyak 136 jiwa, tamat S-1 sebanyak 75 jiwa, tamat S-2 sebanyak 75 dan tamat S-3 sebanyak S-10 jiwa.

b. Penggolongan masyarakat berdasarkan agama

Masyarakat Kelurahan Sitirejo III memiliki keanekaragaman agama. Agama Islam merupakan agama mayoritas dimana jumlah penganutnya 9.705 jiwa, agama Kristen Protestan sebanyak 1.960 jiwa, agama Kristen Khatolik sebanyak 16 jiwa, agama Hindu sebanyak 25 jiwa dan agama Budha 0 jiwa.

c. Sarana peribadatan

Di Kelurahan Sitirejo III dijumpai tempat peribadatan antara lain Mesjid sebanyak 6 buah, Mushola sebanyak 2 buah, Gereja sebanyak 2 buah, Wihara sebanyak 0 buah dan Kuil sebanyak 0 buah.


(1)

II. Berita Stasiun TV One Tentang Bencana Alam 6. Apakah anda tertarik menonton berita di televisi ?

1. Sangat Tertarik

2. Tertarik 8

3. Tidak Tertarik

7. Stasiun televisi mana yang senang anda tonton untuk mendapatkan berita ? - Metro TV (...) - ANTV (...)

- TV One (...) - Global TV (...) 9 - Indosiar (...) - RCTI (...)

- MNC TV (...) - SCTV (...) - Trans TV (...) - Trans 7 (...) - TVRI (...) - Deli TV (...)

Catatan : Buat rangking / urutan sesuai dengan pilihan stasiun yang paling sering anda tonton.

8. Berapa kali anda menonton program berita di televisi dalam sehari? 1. 4-6 kali sehari ( Sangat sering)

2. 2-4 kali sehari (Sering) 10 3. 1-2 kali sehari (Jarang)

9. Bagaimana minat anda terhadap berita bencana alam yang di siarkan oleh TV One?

1. Sangat berminat

2. Berminat 11 3. Tidak berminat


(2)

10. Menurut anda apakah berita tentang bencana alam yang diberitakan di TV One merupakan topik yang penting?

1. Sangat penting 12 2. Penting

3. Tidak penting

11. Dari pemberitaan tentang bencana alam tersebut, apakah anda paham tentang isi pesannya ?

1. Sangat paham 13

2. Paham

3. Tidak paham

12. Bagaimana menurut anda tentang pemberitaan di TV One mengenai bencana alam?

1. Sangat baik

2. Baik 14

3. Tidak baik

13. Apakah anda merasa kebutuhan informasi tentang bencana alam terpenuhi setelah menyaksikan berita-berita yang ditayangkan TV One ?

1. Sangat terpenuhi

2. Terpenuhi 15

3. Tidak terpenuh

14. Berapa jam rata-rata dalam per hari, waktu yang anda habiskan untuk menonton program berita di televisi?

1. Kurang dari 30 menit

2. 30-45 menit 16


(3)

15. Hal apa yang membuat anda tertarik menonton berita bencana alam di TV One?

1

17

18 19 20 21 16. Khususnya tentang berita bencana alam, menurut anda bagaimana narasumber

yang ditampilkan oleh di TV One ?

1. Sangat sesuai 22

2. Sesuai 3. Tidak sesuai

17. Apakah berita-berita tentang bencana yang ditampilkan TV One sudah memenuhi kebutuhan anda?

1. Sangat memenuhi

2. memenuhi 23

3. Tidak memenuh

No Uraian Sangat tertarik Tertarik Tidak tertarik 1 Materi berita

2 Presenter berita

3 Aktualitas berita

4 Format acara

5 Manfaat dari berita tersebut


(4)

III. Respon Masyarakat Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas 18. Dari pemberitaan TV One tentang bencana alam tersebut, apakah pengetahuan

anda khususnya tentang masalah bencana alam bertambah ? 1. Sangat bertambah

2. Bertambah 24

3. Tidak bertambah

19. Apakah anda yakin mengenai kebenaran pemberitaan TV One tentang bencana alam ?

1. Sangat yakin

2. Yakin 25

3. Tidak Yakin

20. Dari program berita TV One tersebut, kita menyaksikan dampak-dampak bencana alam terhadap masyarakat luas, apakah anda juga merasakan dampak tersebut?

1. Sangat merasakan 26

2. Merasakan 3. Tidak merasakan

21. Pemberitaan TV One tentang bencana alam membuat publik terkejut, karena dari pemberitaan tersebut dikatakan bencana alam mengakibatkan banyak memakan korban jiwa, luka parah dan lainya. Apakah anda tersentuh dengan pemberitaan tersebut?

1. Sangat tersentuh 27 2. Tersentuh


(5)

22. Setelah anda menyaksikan pemberitaan TV One tentang bencana alam apa respon yang anda lakukan ?

28

29

30

31

32

23. Apakah anda mendukung pemberitaan tentang bencana alam di TV One ? 1. Sangat mendukung

2. Mendukung 33

3. Tidak mendukung

24. Apa saran anda terhadap berita benca alam yang ditayangkan oleh stasiun TV One?

... ... ...

NO Uraian Sangat

setuju

Setuju Tidak setuju 1 Menjadi sukarela di daerah

bencana

2 Menyumbang dalam bentuk

uang melalui rekening bank

3 Menyumbang pakaian bekas yang layak pakai

4 Menyumbang sembako dan obat-obatan

5 Menggalang sumbangan kepada masyarakat


(6)

BIODATA

Nama

: Rocky Irvan Panggabean

Tempat/Tanggal Lahir

: Medan, 10 Juli 1988

Alamat

: Jl. Selamat No. 93-S

Medan 20219

Agama

: Kristen Protestan

Telepon

: (061) 7864567

Pendidikan

: - SD Prabhudi PWKI Medan

-

SMP Santa Maria Medan

-

SMA Methodist-1 Medan

-

Departemen Ilmu Komunikasi

Anak ke

: 3 dari 4 bersaudara

Nama Orang Tua

:

-

Ayah

: Ir. Irwan Panggabean


Dokumen yang terkait

Perancangan Jalur Evakuasi Jika Terjadi Bencana Alam Gunung Meletus Menggunakan Macromedia Flash 8.0

1 76 70

Berita Penyerangan Jamaah Ahmadiyah (Analisis Framing Tentang Pemberitaan Penyerangan Jamaah Ahmadiyah Pada Majalah Tempo dan Sabili)

3 52 102

Gambaran Resilience pada Remaja Korban Bencana Alam di Rumah Anak Madani

2 67 81

Respon masyarakat kelurahan perwira terhadap siaran dakwah kamis qalbu di radio M2 88.2 FM Bekasi

0 5 102

RESPON MASYARAKAT TERHADAP RISIKO BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI DI DESA TEGALMULYO KECAMATAN Respon Masyarakat Terhadap Risiko Bencana Erupsi Gunungapi Merapi Di Desa Tegalmulyo Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten.

0 1 16

RESPON MASYARAKAT TERHADAP RISIKO BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI DI DESA TEGALMULYO KECAMATAN Respon Masyarakat Terhadap Risiko Bencana Erupsi Gunungapi Merapi Di Desa Tegalmulyo Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten.

0 1 10

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN Respon Masyarakat Terhadap Bencana Banjir Di Kawasan Rawan Banjir Desa Gadingan Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 1 15

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN Respon Masyarakat Terhadap Bencana Banjir Di Kawasan Rawan Banjir Desa Gadingan Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

1 11 13

Konstruksi berita bencana alam dalam newsticker (Studi Analisis Wacana Kritis Berita Bencana Merapi Yogyakarta di tvOne) azhmy

1 6 231

Tentang Bencana Alam dan Penyebabnya

0 0 7