Faktor-faktor yang Memengaruhi Waktu Terjadinya Menopause pada Wanita Usia 40–55 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI WAKTU TERJADINYA MENOPAUSE PADA WANITA USIA 40 – 55 TAHUN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGSA BARAT

TESIS

OLEH

EVA SULISTIANY 117032215/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI WAKTU TERJADINYA MENOPAUSE PADA WANITA USIA 40 – 55 TAHUN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGSA BARAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

EVA SULISTIANY 117032215/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI WAKTU TERJADINYA MENOPAUSE PADA WANITA USIA 40-55 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGSA BARAT Nama Mahasiswa : Eva Sulistiany

Nomor Induk Mahasiswa : 117032215

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Sudi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si) (

Ketua Anggota

Asfriyati S.K.M, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah Diuji

pada Tanggal : 28 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes

2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si 3. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si


(5)

PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI WAKTU TERJADINYA MENOPAUSE PADA WANITA USIA 40 - 55 TAHUN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGSA BARAT

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2013

Eva Sulistiany 117032215/IKM


(6)

ABSTRAK

Menopause merupakan akhir dari usia reproduksi pada seorang wanita. Wanita yang memasuki masa menopause akan mengalami penurunan tingkat kadar hormon estrogen yang menyebabkan wanita tersebut mengalami keluhan-keluhan yang mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan dapat menurunkan kualitas hidupnya. Wanita memasuki masa menopause pada rentang waktu yang berbeda-beda, yaitu berada pada usia 45–50 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi waktu terjadinya menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini melibatkan wanita usia 40–55 tahun yang menopause sebanyak 112 orang dengan penarikan sampel menggunakan tekhnik accidental sampling serta data dikumpulkan dengan metode wawancara. Analisis data yang dilakukan dengan analisis bivariat menggunakan uji chi-square pada tingkat kemaknaan ⍺=0,05 dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu terjadinya menopause pada wanita usia 40-55 tahun termasuk dalam kategori normal (58%), usia menarche < 14 tahun (67%), tidak menikah (88,4%), paritas < 2 (74,1%), tidak pernah memakai kontrasepsi (67,9%), tidak mempunyai kebiasaan merokok (89,3%), tidak pernah mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan reproduksi (93,75%) dan mengkonsumsi fitoestrogen < 30 mg/hari (70,5%). Uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa konsumsi fitoestrogen memiliki pengaruh yang paling besar dibandingkan usia menarche dan paritas terhadap waktu terjadinya menopause (OR=4,004).

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Langsa Barat agar melakukan sosialisasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi waktu terjadinya menopause melalui penyuluhan-penyuluhan.


(7)

ABSTRACT

Menopause is the end of a reproductive-aged of woman. A woman who reaches menopause period will experience the decrease in estrogen hormone level which causes her to experience complaints that disturb her daily activities or can even lower her quality of life. Women reach menopause period in different span of time, from 45 to 50 years old.

The objective of the research was to know some factors which influence the incident of menopause in the working area of Langsa Barat Health Center. The type of the research was a survey with descriptive analytic method and cross sectional design. The samples comprised 112 women of 40 to 55 years old who had reached menopause period, using accidental sampling technique. The data were gathered by conducting interviews and analyzed by using bivariate analysis with chi square test at the significance level α=0.05 and multivariate analysis using the multiple logistic regression tests.

The result of the research showed the normal incident of menopause (58%), the age of menarche <14 years (67%), unmarried ((88.4%), parity <2 (74.1%), never used contraception (67.9%), not used to smoking (89.3%), never have history of disease (93.75%), and consuming phytoestrogen <30 mg/day (70.5%). Statistic test with multiple logistic regression showed that phytoestrogen consumption had more dominant influence than the age of menarche and parity on the time of the incident of menopause (OR=4.004)

It is recommended that the management of Langsa Barat Health Center should socialize the factors which influence the incident of menopause through counseling.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Faktor-faktor yang Memengaruhi Waktu Terjadinya Menopause pada Wanita Usia 40–55 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan, dukungan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany. Y. Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Asfriyati, S.K.M, M.Kes selaku Anggota Komisi Pembimbing yang penuh


(9)

perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan dan arahan mulai dari penyusunan proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Ketua Komisi Penguji dan dr. Yusniwarti Yusad, M.Si selaku Anggota Komisi Penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

6. Ibu-ibu yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

8. dr. Novita Soviati, selaku Kepala Puskesmas Langsa Barat yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Kedua orang tua penulis, Ayahanda H. M. Amin Nyak Polem dan Ibunda Hj. Nurhayati beserta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan, bantuan dan doanya.

10. Ibunda Hafsah yang telah memberikan dukungan dan doanya.

11. Suami tercinta Abangda Lukman Hakim dan ananda tercinta Saskia Ulfa Sari yang telah memberikan dukungan, bantuan dan doanya.

12. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011 khususnya Minat Studi Kesehatan Reproduksi yang telah memberikan dukungan dan do’anya.


(10)

Hanya Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, September 2013 Penulis

Eva Sulistiany 117032215/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Eva Sulistiany, lahir di Sigli pada tanggal 21 Februari 1971, anak kedua dari delapan bersaudara, dari pasangan Ayahanda H. M. Amin Nyak Polem dan Ibunda Hj. Nurhayati. Penulis menikah pada tahun 2001 dengan Abangda Lukman Hakim dan pada tahun 2008 dikarunia seorang putri yang bernama Saskia Ulfa Sari.

Penulis memulai pandidikan Sekolah Dasar di SD YPDP Pangkalan Berandan pada tahun 1978-1983, selanjutnya Sekolah Menengah Pertama di SMP YPDP Pangkalan Susu, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri Pangkalan Berandan, setelah itu melanjutkan ke D III Keperawatan di AKPER Dep. Kes Banda Aceh dan tamat tahun 1992. Kemudian pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selesai pada tahun 2003. Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Prodi Keperawatan Langsa sejak tahun 1996 sampai saat ini.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak bulan September 2011.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Hipotesis... 8

1.5 Manfaat Penelitian... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1 Menopause... 9

2.1.1 Batasan Usia Menopause... 9

2.1.2 Klasifikasi Menopause... 11

2.1.3 Proses Menopause... 13

2.2 Perubahan yang Terjadi pada Masa Menopause... 14

2.2.1 Perubahan Fisik pada Masa Menopause... 14

2.2.2 Perubahan Psikologis pada Masa Menopause... 18

2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Menopause... 19

2.4 Landasan Teori... 26

2.5 Kerangka Konsep... 28

BAB 3. METODE PENELITIAN... 29

3.1 Jenis Penelitian... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 29

3.2.1 Lokasi... 29

3.2.2 Waktu Penelitian... 29

3.3 Populasi dan Sampel... 29

3.3.1 Populasi... 29

3.3.2 Sampel... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data... 30

3.5 Metode Pengukuran... 31


(13)

BAB 4. HASIL PENELITIAN... 35

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 35

4.2 Data Demografi... ... 36

4.3 Karakteristik Responden... 38

4.4 Analisis Univariat... 39

4.5 Analisis Bivariat... 43

4.6 Analisis Multivariat... 48

BAB 5. PEMBAHASAN... 51

5.1 Waktu Terjadinya Menopause... 51

5.2 Pengaruh Menarche terhadap Waktu Terjadinya Menopause... 52

5.3 Pengaruh Status Perkawinan terhadap Waktu Terjadinya Menopause... 54

5.4 Pengaruh Paritas terhadap Waktu Terjadinya Menopause... 55

5.5 Pengaruh Pemakaian Kontrasepsi terhadap Waktu Terjadinya Menopause... 56

5.6 Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Waktu Terjadinya Menopause... 57

5.7 Pengaruh Riwayat Penyakit terhadap Waktu Terjadinya Menopause... 59

5.8 Pengaruh Konsumsi Fitoestrogen terhadap Waktu Terjadinya Menopause... 61

5.9 Perubahan-perubahan pada Masa menopause... 63

5.9.1 Perubahan Fisik pada Masa Menopause... 63

5.9.2 Perubahan Psikologis pada Masa Menopause... 67

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 71

6.1 Kesimpulan ... 71

6.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA... 73 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Kandungan Fitoestrogen per 100 gram Bahan Makanan... ... 25 3.2 Definisi Operasional Variabel, Cara Pengukuran dan Hasil Ukur... 31 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja

Puskesmas Langsa Barat Tahun 2012 ... 37 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja

Puskesmas Langsa Barat ... 38 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Terjadinya Menopause di

Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013 ... 40 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian Kontrasepsi di Wilayah

Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013... 40 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Wilayah

Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013... ... 41 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit di Wilayah Kerja

Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013 ... 41 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Fitoestrogen di Wilayah

Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013... ... 41 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Fisik pada Masa

Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013 ... 42 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Psikologis pada Masa

Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013 ... 43 4.10 Pengaruh Usia Menarche terhadap Waktu Terjadinya Menopause di

Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013 ... 44 4.11 Pengaruh Status Perkawinan terhadap Waktu Terjadinya Menopause di


(15)

4.12 Pengaruh Paritas terhadap Waktu Terjadinya Menopause di Wilayah

Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013 ... 45

4.13 Pengaruh Pemakaian Kontrasepsi terhadap Waktu Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013 ... 45

4.14 Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Waktu Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013 ... 46

4.15 Pengaruh Riwayat Penyakit terhadap Waktu Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013 ... 47

4.16 Pengaruh Konsumsi Fitoestrogen terhadap Waktu terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013 ... 47

4.17 Pemilihan Kandidat Model untuk Multivariat ... 49

4.18 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda ... 49


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 80

2. Master Tabel ... 85

3. Hasil Uji Statistik ... 100

4. Surat Izin Survei Pendahuluan. ... 120

5. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 121


(17)

ABSTRAK

Menopause merupakan akhir dari usia reproduksi pada seorang wanita. Wanita yang memasuki masa menopause akan mengalami penurunan tingkat kadar hormon estrogen yang menyebabkan wanita tersebut mengalami keluhan-keluhan yang mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan dapat menurunkan kualitas hidupnya. Wanita memasuki masa menopause pada rentang waktu yang berbeda-beda, yaitu berada pada usia 45–50 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi waktu terjadinya menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini melibatkan wanita usia 40–55 tahun yang menopause sebanyak 112 orang dengan penarikan sampel menggunakan tekhnik accidental sampling serta data dikumpulkan dengan metode wawancara. Analisis data yang dilakukan dengan analisis bivariat menggunakan uji chi-square pada tingkat kemaknaan ⍺=0,05 dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu terjadinya menopause pada wanita usia 40-55 tahun termasuk dalam kategori normal (58%), usia menarche < 14 tahun (67%), tidak menikah (88,4%), paritas < 2 (74,1%), tidak pernah memakai kontrasepsi (67,9%), tidak mempunyai kebiasaan merokok (89,3%), tidak pernah mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan reproduksi (93,75%) dan mengkonsumsi fitoestrogen < 30 mg/hari (70,5%). Uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa konsumsi fitoestrogen memiliki pengaruh yang paling besar dibandingkan usia menarche dan paritas terhadap waktu terjadinya menopause (OR=4,004).

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Langsa Barat agar melakukan sosialisasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi waktu terjadinya menopause melalui penyuluhan-penyuluhan.


(18)

ABSTRACT

Menopause is the end of a reproductive-aged of woman. A woman who reaches menopause period will experience the decrease in estrogen hormone level which causes her to experience complaints that disturb her daily activities or can even lower her quality of life. Women reach menopause period in different span of time, from 45 to 50 years old.

The objective of the research was to know some factors which influence the incident of menopause in the working area of Langsa Barat Health Center. The type of the research was a survey with descriptive analytic method and cross sectional design. The samples comprised 112 women of 40 to 55 years old who had reached menopause period, using accidental sampling technique. The data were gathered by conducting interviews and analyzed by using bivariate analysis with chi square test at the significance level α=0.05 and multivariate analysis using the multiple logistic regression tests.

The result of the research showed the normal incident of menopause (58%), the age of menarche <14 years (67%), unmarried ((88.4%), parity <2 (74.1%), never used contraception (67.9%), not used to smoking (89.3%), never have history of disease (93.75%), and consuming phytoestrogen <30 mg/day (70.5%). Statistic test with multiple logistic regression showed that phytoestrogen consumption had more dominant influence than the age of menarche and parity on the time of the incident of menopause (OR=4.004)

It is recommended that the management of Langsa Barat Health Center should socialize the factors which influence the incident of menopause through counseling.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang perempuan dan suatu proses alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus menstruasi yang terakhir tetapi kepastiannya baru diperoleh jika seorang wanita sudah tidak mengalami siklus haidnya selama minimal 12 bulan. Hal ini disebabkan karena pembentukan hormon estrogen dan progesteron dari ovarium wanita berkurang, ovarium berhenti “melepaskan” sel telur sehingga aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti sama sekali. Pada masa ini terjadi penurunan jumlah hormon estrogen yang sangat penting untuk mempertahankan faal tubuh (Proverawati dan Sulistyawati, 2010)

Walaupun menopause merupakan proses alami yang dialami setiap wanita, namun bagi sebagian wanita, masa menopause merupakan saat yang paling menyedihkan dalam hidup. Ada banyak kekhawatiran yang menyelubungi pikiran wanita ketika memasuki fase ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 75% wanita yang mengalami menopause merasakan menopause sebagai masalah atau gangguan, sedangkan 25% lainnya tidak mempermasalahkannya (Aprilia dan Puspitasari, 2007).


(20)

Wanita yang mengalami menopause merasakan pergeseran dan perubahan-perubahan fisik dan psikis yang mengakibatkan timbulnya satu krisis dan dimanifestasikan dalam simptom-simptom psikologis antara lain adalah depresi, murung, mudah tersinggung, mudah jadi marah, mudah curiga dan diliputi banyak kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung dan gelisah. Gejala-gejala ini akan muncul atau kadang tidak ada sama sekali. Kondisi ini tergantung individual masing-masing (Kartono, 1992).

Hasil penelitian yang dilakukan Delavar dan Hajjahmadi (2011) di Iran Utara terdapat lima gejala yang paling umum pada wanita menopause adalah gampang tersinggung (72,1%), nyeri sendi (70,6%), nyeri punggung (61,2%), hot flushes

(49,3%) dan sakit kepala (49,2%). Menurut Kusmiran (2011) menopause juga mempengaruhi sepertiga dari kehidupan wanita. Permasalahan yang menyebabkan kematian pada wanita menopause adalah penyakit jantung. Satu dari dua wanita meninggal setelah postmenopause karena penyakit jantung atau stroke, satu dari dua puluh wanita meninggal karena kanker payudara. Shimp dan Smith (2000) menyatakan bahwa penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian bagi wanita di Amerika Serikat dimana lebih dari 53% wanita postmenopause akan meninggal akibat penyakit jantung dan lebih dari 90% pasien yang terkena osteoporosis adalah wanita postmenopause.

Setiap tahunnya sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. Pada tahun 1990, sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun ke atas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause. Jumlah ini


(21)

diperkirakan akan meningkat menjadi 1,2 miliar pada tahun 2030, dengan jumlah wanita yang memasuki menopause sebanyak 47 juta setiap tahunnya (Hill, 1996).

Menurut WHO (2003) terdapat sekitar 600 juta orang di dunia berusia 60 tahun ke atas. Jumlah ini akan berlipat ganda pada tahun 2025 dan pada tahun 2050 akan mencapai dua miliar, sebagian besar dari mereka akan berada di negara berkembang. Pada tahun 2025, di negara-negara seperti Brazil, China dan Thailand, proporsi orang tua akan di atas 15% dari populasi, sementara di Kolombia, Indonesia dan Kenya akan meningkat hingga 400% selama 25

Pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia mencapai 203,46 juta orang yang terdiri dari 101,64 juta pria dan 101,8 juta wanita dan jumlah wanita yang berusia di atas 50 tahun dan diperkirakan telah memasuki usia menopause sebanyak 15,5 juta orang serta pada tahun 2020 diperkirakan jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause adalah 30,3 juta orang (Baziad, 2003) selain itu diperkirakan penduduk Indonesia akan meningkat pada tahun 2025 menjadi 270,54 juta orang dan jumlah wanita yang berusia di atas 50 tahun diperkirakan sebanyak 34,4 juta orang (Bappenas, 2008).

tahun ke depan.

Sampai akhir abad ke-21 di Indonesia akan dijumpai sekitar 8-10% lansia dan wanita lebih banyak dibandingkan dengan kaum pria. Dalam perjalanan hidupnya seorang wanita yang mencapai umur sekitar 45 tahun, mengalami penuaan indung telur, sehingga tidak sanggup memenuhi estrogen (Manuaba, 2009).

Data Badan Pusat Statistik Aceh menggambarkan pada tahun 2011 jumlah penduduk di Provinsi Aceh sebanyak 4,6 juta jiwa dengan jumlah wanita yang


(22)

berusia 50 tahun ke atas sebanyak 388.609 jiwa dan menurut Bappenas (2008) diperkirakan pada tahun 2020 wanita Aceh yang berusia 50 tahun ke atas berjumlah 463.700 jiwa.

Tidak ada perhitungan yang tepat mengenai mengenai usia pastinya seorang wanita akan mengalami menopause, hal ini tergantung dari setiap individu. Menurut Yatim (2001) rata-rata seorang wanita memasuki masa menopause berbeda pada setiap ras. Meskipun dalam satu ras, tetap tidak sama pada setiap orang. Wanita Eropa (ras Kaukasus) mengalami menopause usia 47,49-50,2 tahun, wanita ras Negro pada usia 49,31 tahun, wanita ras Melanesia adalah usia 47,3 tahun dan wanita ras Asia mengalami menopause pada usia 44 tahun.

Penelitian yang dilakukan Pokoradi dkk (2011) menggambarkan bahwa wanita Inggris mengalami menopause alami rata-rata pada usia 49 tahun dan mengalami menopause karena proses pembedahan rata-rata usia 42,4 tahun. Menurut Morgan dan Hamilton (2009) terdapat 6% wanita mengalami menopause pada usia 35 tahun, 25% pada usia 44 tahun dan 75% pada usia 50 tahun, serta 94% pada usia 55 tahun.

Begitu juga menurut Proverawati dan Sulistyawati (2010) bahwa rata-rata wanita mengalami menopause berada pada usia sekitar 45-50 tahun dan hal itu tidak jauh berbeda dengan penelitian Safitri (2009) di Kelurahan Titi Papan Kota Medan rata-rata usia menopause adalah 45,2 tahun, penelitian Setiasih (2003) pada wanita di Pusat Pembinaan Lanjut Usia Desa Cimari Jawa Barat, yang menemukan rata-rata


(23)

usia menopause 47,4 tahun dan penelitian Anggraini (2001) di Kecamatan Kartasura yang menemukan rata-rata usia menopause 49,7 tahun.

Wanita usia menopause akan banyak mengalami risiko kesehatan karena berkurangnya estrogen, maka sudah sepantasnya perhatian besar diberikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah mengatur gaya hidup yang lebih sehat dengan memperhatikan gizi seimbang, menghindarkan stress, mengawasi tekanan darah dan olahraga teratur (Fairus dan Prasetyowati, 2011).

Penduduk kota Langsa pada tahun 2011 berjumlah 152.355 jiwa dengan wanita yang berusia 50 tahun ke atas sebanyak 12.754 jiwa (Dinas Kesehatan Kota Langsa, 2011). Puskesmas Langsa Barat yang merupakan bagian dari Dinas Kesehatan Kota Langsa, pada tahun 2012 memiliki jumlah penduduk sebanyak 18.981 jiwa dan jumlah wanita yang berusia 40–55 tahun sebanyak 1.725 jiwa. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat diperoleh data bahwa dari 20 orang wanita berusia 45-55 tahun yang diambil dari 10 desa (masing-masing desa sebanyak 2 orang) terdapat sebanyak 2 orang (10%) belum menopause dan sebanyak 18 orang (90%) telah menopause, diantaranya usia menopause <45 tahun sebanyak 2 orang (11,11%) dan usia menopause >50 tahun sebanyak 9 orang (50%).

Pada wanita usia menopause >50 tahun terdapat usia menarche ≥14 tahun (33,33%), menikah (66,67%), jumlah anak ≥2 orang (77,78%), menggunakan kontrasepsi (33,33%), tidak mempunyai kebiasaan merokok (100%), tidak mempunyai riwayat penyakit (100%) serta pada wanita usia menopause <45 tahun


(24)

terdapat usia menarche <14 tahun (50%), jumlah anak <2 orang (100%), tidak menggunakan kontrasepsi (100%), mempunyai kebiasaan merokok (50%), mempunyai riwayat penyakit (50%). Sementara bila dilihat dari pola makan, terdapat sebesar 66,67% yang mengkonsumsi sayuran, buah-buahan dan jenis kacang-kacangan (termasuk tahu dan tempe) <3 kali seminggu.

Banyak hal yang dapat memengaruhi menopause, diantaranya faktor usia sewaktu mendapat haid pertama (menarche), status pernikahan, jumlah anak, pemakaian kontrasepsi dan merokok (Kasdu, 2002) sedangkan menurut Baziad (2003) memasuki usia menopause lebih awal dijumpai pada wanita kembar dizigot

atau wanita yang siklus haid yang pendek, wanita nullipara, wanita dengan diabetes mellitus (NIDDM), perokok berat, kurang gizi, wanita vegetarian, wanita dengan sosioekonomi rendah dan wanita yang hidup pada ketinggian >4000 m. Selain itu Kusmiran (2011) juga menyebutkan bahwa faktor-faktor seperti genetik, merokok, pengangkatan ovarium dan kemoterapi memengaruhi menopause.

Penelitian yang dilakukan Paola dkk (2006) menemukan bahwa rentang siklus menstruasi yang pendek (p=0,01), penggunaan kontrasepsi oral yang pendek (p=0,03), indeks massa tubuh ≤27 kg/m² ( p=0,02), paritas <2 (p=0,04), tingkat pendidikan yang rendah (p=0,01) dan mempunyai riwayat merokok (p=0,05) berhubungan dengan terjadinya usia menopause dini. Begitu juga penelitian yang dilakukan Pokoradi dkk (2011) menggambarkan bahwa kebiasaan merokok, pernah menggunakan kontrasepsi oral, sterilisasi, adanya riwayat endometriosis dan


(25)

pernah menggunakan terapi hormon pengganti berhubungan terjadinya menopause dini.

Mengingat banyak faktor yang memengaruhi menopause dan terbatasnya data yang ada maka penulis hanya meneliti beberapa faktor yaitu usia menarche, status perkawinan, paritas, pemakaian kontrasepsi, kebiasaan merokok, riwayat penyakit dan konsumsi fitoestrogen pada wanita usia 40–55 tahun di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah rata-rata wanita yang mendapatkan menopause terjadi pada saat usia 45–50 tahun, tetapi pada studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat terdapat wanita dengan usia menopause di luar dari rata-rata, maka untuk itu perlu diketahui faktor-faktor apakah yang memengaruhi waktu terjadinya menopause pada wanita di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor (usia menarche, status perkawinan, paritas, pemakaian kontrasepsi, kebiasaan merokok, riwayat penyakit dan konsumsi fitoestrogen) yang memengaruhi waktu terjadinya menopause pada wanita di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat.


(26)

1.4 Hipotesis

Faktor-faktor (usia menarche, status perkawinan, paritas, pemakaian kontrasepsi, kebiasaan merokok, riwayat penyakit dan konsumsi fitoestrogen) berpengaruh terhadap waktu terjadinya menopause.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi Puskesmas Langsa Barat dalam membuat perencanaan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi pada masa menopause sehingga diharapkan wanita tepat waktu saat memasuki menopause.

2. Sebagai acuan bagi Puskesmas Langsa Barat untuk memberikan penyuluhan tentang faktor-faktor yang memengaruhi waktu terjadinya menopause sehingga diharapkan wanita memahami dan siap menghadapi menopause.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menopause

Istilah menopause pertama kali digunakan pada tahun 1872. Istilah ini berasal dari kata Yunani yaitu meno yang berarti bulan dan paussis yang berarti jeda. Pada saat itu, dunia kedokteran barat melihat menopause sebagai krisis medis yang berpotensi menyebabkan berbagai penyakit mulai dari diare hingga diabetes (Clark, 2005).

Menopause didefinisikan secara klinis sebagai waktu dimana seorang wanita tidak mengalami menstruasi selama satu tahun, yang diawali dengan tidak teraturnya periode menstruasi dan diikuti dengan berhentinya periode menstruasi. Menopause merupakan fase dalam kehidupan seorang wanita yang ditandai dengan berhentinya masa subur (Northrup, 2006).

Menurut Winkjosastro (2008) menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang.

2.1.1 Batasan Usia Menopause

Menopause terjadi pada usia yang bervariatif, rata-rata usia menopause 45-50 tahun dan pada dewasa ini ada kecendrungan untuk terjadinya menopause pada


(28)

umur yang lebih tua (Sibagariang dkk, 2010) dan Manuaba (1993) juga berpendapat bahwa rata-rata usia menopause 45–50 tahun.

Menopause terjadi pada akhir suatu siklus yang dimulai pada masa remaja dengan munculnya menarche. Secara umum, wanita barat pertama kali mendapat menstruasi pada usia 12 tahun, sedangkan haid berakhir pada usia 45 sampai 53 tahun. Relatif sedikit wanita mulai menopause pada usia 40 tahun dan beberapa mengalaminya setelah berusia 53 tahun (Reitz, 1993).

Amigomi dkk (2000) dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa rata-rata wanita Itali mulai menopause pada usia 50,2 tahun dan hasil penelitian Reynolds dan Obermeyer (2003) mengambarkan rata-rata wanita menopause di Maroko pada usia 48,4 tahun, selain itu Oya dan Mellem (2004) melaporkan bahwa wanita di kota Ankara Turki rata-rata menopause pada usia 47 tahun serta Reynolds dan Obermeyer (2005) mendapatkan hasil rata-rata wanita menopause di Spanyol saat usia 51,7 tahun serta di Amerika pada usia 52,6 tahun. Sementara wanita Cina rata-rata mengalami menopause pada usia 50 tahun (Li, 2012).

Menurut Syaifuddin (2009) menopause terjadi pada usia 45-50 tahun. Pada masa menopause, siklus haid menjadi tidak teratur, ovulasi tidak terjadi selama beberapa siklus, selama beberapa bulan atau beberapa tahun dan terhenti sama sekali.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usia seorang wanita akan mengalami menopause sangat bervariatif. Hal ini sangat bergantung pada berbagai faktor yang memengaruhinya, namun dapat dikatakan rata-rata seorang wanita akan mengalami menopause sekitar pada usia 45 sampai 50 tahun (Kasdu, 2002).


(29)

2.1.2 Klasifikasi Menopause

Seorang wanita mengalami menopause dalam waktu yang berbeda-beda, dapat terjadi cepat ataupun lambat tergantung jenis menopause yang dialaminya. Menopause dapat dibagi dalam empat jenis yaitu :

1. Menopause Alamiah

Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara usia empat puluh lima dan lima puluh, pada diri wanita yang paling tidak mempunyai satu indung telur. Durasinya, dalam kebanyakan kasus adalah lima sampai sepuluh tahun, meskipun seluruh proses itu kadang-kadang memerlukan waktu tiga belas tahun. Selama itu, menstruasi dapat berhenti selama beberapa bulan dan kemudian kembali, dimana durasi, intensitas, dan alirannya dapat bertambah atau berkurang (Northrup, 2006). 2. Menopause Prematur

Menopause prematur terjadi agak lebih cepat dibanding menopause alamiah, yaitu pada wanita di usia tiga puluhan atau awal empat puluhan yang mempunyai setidak-tidaknya satu indung telur. Kira-kira satu di antara seratus wanita menyelesaikan transisi menopause pada usia empat puluh atau lebih muda lagi, mungkin mempunyai penyakit yang memberi pengaruh buruk pada fungsi-fungsi reproduksi yang berkaitan dengan hormon. Durasi biasanya lebih pendek daripada menopause alamiah, satu sampai tiga tahun. Karena transisi berlangsung lebih cepat dan karena perubahan awal itu sering terkait dengan kondisi fisik yang sudah ada sebelumnya, maka ada beberapa wanita yang menjalani menopause prematur membutuhkan suplemen hormon selama masa penyesuaian (Northrup, 2006).


(30)

3. Menopause Terlambat

Menopause terlambat adalah menopause yang terjadi pada usia 55 tahun ke atas. Salah satu faktor yang memungkinkan seorang wanita akan mengalami keterlambatan menopause adalah apabila memiliki kelebihan berat badan. Sebagian besar estrogen dibuat didalam endometrium, akan tetapi sejumlah kecil estrogen juga dibuat di bagian tubuh yang lain, termasuk di sel-sel lemak. Apabila seorang wanita mengalami obesitas maka wanita tersebut akan memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dalam seluruh masa hidupnya (Fox-Spencer dan Brown, 2007).

4. Menopause Buatan

Menopause buatan dapat terjadi secara mendadak, disebabkan karena operasi pengangkatan atau gangguan pada fungsi reproduksi (termasuk pengangkatan indung telur atau gangguan pada aliran darah ke indung telur), oleh radiasi atau kemoterapi, atau oleh pemberian obat-obatan tertentu yang dapat mempercepat menopause atau karena alasan-alasan medis. Bahkan pengikatan tuba telah terbukti dapat menurunkan kadar progesteron selama paling sedikit satu tahun setelah prosedur dijalankan.

Perkiraan mutakhir menyebutkan bahwa kira-kira ada satu diantara empat wanita Amerika yang akan memasuki menopause buatan. Karena tidak ada kemungkinan bagi penyesuaian gradual pada penurunan hormon, gejala-gejala menopause buatan dapat terjadi sangat parah dan melemahkan. Hampir bisa dipastikan, terapi suplemen hormon dipilih untuk meringankan ketidaknyamanan fisik (Northrup, 2006).


(31)

Beberapa penelitian yang memperlihatkan adanya dampak menopause dini dan terlambat adalah penelitian Hsieh (2006) menghasilkan bahwa usia pada saat menopause juga merupakan faktor risiko terhadap kanker payudara. Wanita dengan perbedaan usia menopause setiap 5 tahun memiliki risiko 17% lebih tinggi terkena kanker payudara dan penelitian Le dkk (2012) di Vietnam menghasilkan bahwa menopause terlambat secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko terjadinya kanker.

2.1.3 Proses Menopause

Secara endokrinologis, wanita mengalami proses menua sejak di kandungan. Sejumlah 7.000.000 sel telur (folikel) terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia 20 minggu dan berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan folikel bayi wanita tinggal 500.000 sampai 1.000.000 lagi dan dalam perjalanan waktu akan terus berkurang jumlahnya. Sebagian wanita yang usia 35 tahun masih memiliki 100.000 folikel, sedangkan wanita yang lain pada usia yang sama hanya memiliki 10.000 folikel. Setiap wanita yang masih mengalami haid, meskipun sudah tidak teratur, ovariumnya masih memiliki lebih kurang 1000 folikel dan kemungkinan hamil selalu ada (Baziad, 2003).

Semakin meningkat usia, maka semakin menurun jumlah folikel pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan karena keluarnya sel telur dari ovarium pada setiap menstruasi. Lama kelamaan produksi ovarium terus berkurang hingga sekitar usia 50 tahun dan akhirnya menstruasi berhenti yang disebut dengan peristiwa menopause (Kasdu, 2002).


(32)

2.2 Perubahan yang Terjadi pada Masa Menopause 2.2.1 Perubahan Fisik pada Masa Menopause

Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause : 1. Ketidakteraturan Siklus Haid

Setiap wanita akan mulai mengalami siklus haid yang tidak teratur, dapat menjadi lebih panjang atau lebih pendek sampai akhirnya berhenti.

2. Gejolak Rasa Panas (hot flushes)

Terdapat sekitar 40% wanita mengeluh bahwa siklus haidnya tidak teratur. Keadaan ini meningkat sampai 60% pada waktu 1-2 tahun menjelang haid berhenti total atau menopause (Baziad, 2003)

Arus panas biasanya timbul pada saat darah mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti. Kira-kira 60% wanita mengalami arus panas. Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik di sekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot flushes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit disertai pula oleh keringat yang banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat mengganggu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi (Reitz, 1993).

3. Jantung berdebar-debar.

Dalam beberapa penelitian masa menopause diikuti dengan jantung yang berdebar–debar karena pada masa ini kadar estrogen menurun sehingga peluang


(33)

terkena serangan jantung sekitar 20 kali lebih sedikit dari pria. Peluang ini dapat berkurang jika berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan mempertahankan berat badan dalam jangkauan yang diinginkan, serta diet terkendali (Jones, 2005).

4. Perubahan pada Mulut

Perubahan yang terjadi pada indra pengecapan adalah hilangnya kepekaan pada lidah dalam merasakan sesuatu. Terkadang makanan asin dirasakan tawar atau sebaliknya. Sementara di pihak lain gigi menjadi lebih mudah patah, dalam hal ini menjaga kebersihan dan pemeriksaan gigi teratur akan memperbaiki keadaan (Wahyunita dan Fitrah, 2010)

5. Kekeringan Vagina

Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa dan orgasme (Kasdu, 2002).

Menurut Shimp dan Smith (2000) atrofi vagina dapat terjadi dari 3 sampai 6 bulan setelah menopause, dan gejala vagina ini sering dialami dalam waktu 5 tahun dari menopause. Setelah menopause, cairan vagina hanya ada sedikit dan gairah seksual mulai berkurang.

6. Perubahan Kulit

Salah satu fungsi estrogen adalah untuk menjaga elastisitas kulit sehingga saat fungsi ovarium menurun yang berakibat langsung menurunnya kadar estrogen dalam


(34)

tubuh mengakibatkan jaringan lemak bawah kulit akan menipis, kulit akan berkerut, tidak elastis lagi dan tipis. Daerah yang paling sering terlihat gejala ini adalah sekitar wajah, leher dan tangan (Wahyunita dan Fitrah, 2010).

7. Keringat Berlebihan

Cara kerjanya belum diketahui secara pasti, tetapi pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur thermostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri (Kasdu, 2002).

8. Susah Tidur (Insomnia)

Beberapa wanita mengalami kesulitan saat tidur, mungkin perlu ke kamar mandi di tengah malam, kemudian menemukan dirinya tidak dapat tidur kembali.

Hot flushes juga dapat menyebabkan wanita terbangun dari tidur (Proverawati dan Sulistyawati, 2010).

9. Penambahan Berat Badan.

Rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan dan bekerja lebih sedikit sehingga terjadi penambahan berat badan (Jones, 2005).

10. Nyeri Otot dan Sendi

Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi. Pemeriksaan radiologik umumnya tidak ditemukan kelainan. Sebagian wanita, nyeri sendi erat kaitannya dengan perubahan hormonal yang terjadi yang mengakibatkan menurunnya


(35)

aliran darah dan sintesis kalogen sehingga dengan sendirinya tulang rawan ikut rusak. Kejadian ini meningkat dengan meningkatnya usia (Baziad, 2003).

11. Penyakit

Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause. Apabila dilihat dari sudut pandang medik ada dua perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein didalam tulang (osteoporosis). Penyakit jantung merupakan permasalahan yang meliputi jantung dan sistem pembuluh darah yang mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Didalamnya termasuk angina, serangan jantung dan stroke. Selain itu dapat mengalami peningkatan kadar kolesterol setelah menopause dan penumpukan kolesterol LDL yang dapat mempersempit dan menyumbat pembuluh arteri sehingga meningkatkan risiko terkena penyakit jantung (Fox-Spencer dan Brown, 2007).

Menurut Shimp dan Smith (2000) Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kematian bagi wanita di Amerika Serikat dimana lebih dari 53% wanita pascamenopause akan meninggal akibat penyakit jantung dan juga data menunjukkan bahwa lebih dari 90% pasien yang terkena osteoporosis adalah wanita pascamenopause.

Wanita mengalami osteoporosis biasanya dalam 5 sampai 10 tahun setelah menopause. Dalam tahun-tahun tersebut, lebih banyak terjadi osteoporosis pada pergelangan paha dan juga pada tulang belakang, sehingga menyebabkan sakit punggung (Jones, 2005).


(36)

Selain itu penyakit kanker juga lebih sering terjadi pada orang yang berusia lanjut. Semakin lama kehidupan maka semakin besar kemungkinan penyakit itu menyerang. Misalnya kanker payudara, kanker rahim dan kanker ovarium. Kanker payudara lebih umum terjadi pada wanita yang telah melampaui masa menopause (Yatim, 2001).

2.2.2 Perubahan Psikologis pada Masa menopause

Beberapa keluhan psiklogis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu :

1. Kecemasan

Kecemasan yang dialami oleh wanita menopause adalah rasa khawatir tentang perubahan yang terjadi, kehidupan pribadi dan ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan seorang diri. Cemas karena berpikir bahwa akan menjadi beban keluarga/keluarga lain (Wahyunita dan Fitrah, 2010).

2. Mudah Tersinggung

Gejala ini mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu sebelumnya dianggap tidak mengganggu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan prilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan prilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya (Yatim, 2001).


(37)

3. Depresi

Depresi ditandai dengan adanya kehilangan minat dan kesenangan yang semula dinikmati, munculnya perasaan bersalah, mengalami kesulitan untuk konsentrasi, terjadi penurunan nafsu makan sehingga berat badan menurun, muncul pikiran-pikiran tentang kematian bahkan usaha bunuh diri (Kusumawardhani, 2006).

Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu. Beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi mendalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit dihindarkan (Manuaba, 1998).

4. Stress

Stress dapat terjadi karena tibanya masa pensiun, berkurangnya peran sebagai orang tua, kehilangan pasangan hidup, penurunan aktifitas fisik dan sosial akibat dari dampak penyakit-penyakit degeneratif (Kusumawardhani, 2006).

2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Menopause

Ada beberapa faktor yang memengaruhi menopause seorang wanita, antara lain:

1. Usia Saat Haid Pertama (Menarche)

Menarche adalah haid pertama yang dialami oleh wanita. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menunjukkan rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun dengan usia menarche termuda di bawah 9 tahun dan tertua 20 tahun


(38)

(Kemenkes RI, 2010). Menurut Fox-Spencer (2007) menarche biasanya dimulai pada usia 12-13 tahun. Perbedaan usia terjadinya menarche dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hormonal, genetik, bentuk badan, keadaan gizi, lingkungan, aktivitas fisik dan rangsangan psikis (Anggraini, 2001).

Usia mulai terjadinya menarche telah turun dari 15 tahun seabad yang lalu, menjadi 12,5 tahun pada saat sekarang. Penurunan ini diyakini karena nutrisi anak yang lebih baik. Hipotesis yang dikemukakan adalah bahwa semakin banyaknya jumlah lemak tubuh memungkinkan semakin besarnya aromatisasi androgen menjadi estrogen. Peningkatan cepat kadar estrogen menimbulkan umpan balik positif terhadap hipotalamus dan kelenjar hipofisis sehingga terjadi sentakan peninggian

Luteininzing Hormone (LH) yang mengawali terjadinya menarche (Jones, 2002).

Menurut Manuaba (2010) menopause ada hubungan dengan menarche. Wanita yang pubertas prekok akan mengalami menopause lebih cepat. Hal ini disebabkan karena degenerasi oosit lebih cepat, menjadi atresia dan tidak berfungsi.

Penelitian Setiasih (2003) menghasilkan usia menarche dengan menopause menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (p=0,0001). Hasil dari penelitian Li dkk (2012) menemukan bahwa wanita yang menarche <14 tahun akan memasuki menopause lebih awal (p<0,05).

2. Status Perkawinan

Keadaan seorang wanita yang tidak menikah diduga mempengaruhi perkembangan reproduksinya. Mereka akan mengalami masa menopause lebih muda atau lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang telah menikah (Kasdu, 2002).


(39)

Hasil penelitian Reynolds dan Obemeyer (2001) memperlihatkan bahwa wanita yang tidak menikah akan memasuki usia menopause yang lebih awal dibandingkan wanita yang menikah.

Wanita menikah cenderung lebih aktif melakukan aktivitas seksual dibandingkan wanita yang tidak menikah. Wanita yang aktif secara seksual setidaknya sekali seminggu menunjukkan tingkat estrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita kurang aktif secara seksual (Cutler dkk, 1986).

3. Paritas

Menurut Leveno (2009) kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario yang berarti menghasilkan. Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas. Paritas dapat dikelompokkan menjadi nullipara (wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali), primipara (wanita yang telah melahirkan satu kali) dan

multipara (wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali).

Bila dilihat dari hubungan antara paritas dan menopause, menurut Baziad (2003) wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali (nullipara) lebih awal memasuki menopause dibandingkan wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali (multipara) yang akan mengalami menopause lebih lambat.

Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama wanita tersebut memasuki masa menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan


(40)

persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga dapat memperlambat penuaan tubuh (Yatim, 2001).

Pada penelitian yang dilakukan Paola dkk (2006) menghasilkan bahwa wanita yang mempunyai anak kurang dari 2 beresiko memasuki menopause lebih awal (p=0,04). Begitu juga pada penelitian Mufidah (2011) menghasilkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan usia menopause, dimana makin sering wanita melahirkan maka makin lama mengalami menopause (p=0,024).

4. Pemakaian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi (Mochtar, 1998). dan pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur (Kasdu, 2002).

Wahyuni (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis pemakaian alat kontrasepsi dengan kecepatan menopause (p=0,003) dimana menopause lebih lambat terjadi pada wanita yang memakai jenis kontrasepsi hormonal. Begitu juga penelitian Celentano dkk (2003) menggambarkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral akan mempengaruhi usia menopause.

Pemberian pil kontrasepsi pada usia >35 tahun ternyata memberikan nilai positif seperti siklus haid menjadi teratur dan keluhan premenstrual sindrom (PMS) menjadi berkurang dan cara kerja estrogen dalam pil kontrasepsi adalah mempengaruhi ovulasi, perjalanan sel telur atau implantasi. Selain itu penambahan


(41)

estrogen dalam pil bertujuan untuk menjamin berlangsungnya siklus haid. Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat Follicle Stimulating Hormone dan Luteinizing Hormone (Baziad, 2008). Pada wanita usia perimenopause haid tidak berhenti selama wanita tersebut memakai kontrasepsi hormonal. Perdarahan terus terjadi selama wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita itu tidak mengalami keluhan klimakterium. Untuk menentukan diagnosis menopause, pil kontrasepsi harus segera dihentikan (Baziad, 2003).

5. Merokok

Merokok biasanya dilakukan pria namun beberapa wanita mulai meniru gaya hidup ini. Wanita mulai mencoba rokok pada saat remaja sekitar usia 10-14 tahun dan hal itu dipakai untuk mengatasi stress, menghilangkan kecemasan dan menenangkan jiwa remajanya yang bergejolak dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan (Aditama, 2011).

Menurut Tagliaferri (2007) gaya hidup seorang wanita dapat mempengaruhi ketika dia mengalami menopause, salah satu diantaranya adalah merokok. Wanita yang merokok menjalani menopause dua tahun lebih awal daripada bukan perokok. Caldwell (2001) membagi perokok menjadi dua bagian yaitu perokok ringan mengisap rokok <11 batang sehari dan perokok berat mengisap rokok ≥11 sehari.

Parazzini (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa wanita yang merokok akan lebih awal memasuki menopause dibandingkan wanita yang tidak


(42)

merokok (p<0,05). Begitu juga penelitian Safitri (2009) menghasilkan bahwa merokok mempunyai hubungan dengan usia menopause, dimana wanita yang merokok akan lebih cepat memasuki usia menopause (p=0,011). Hardy dkk (2000) menyatakan hal ini disebabkan karena rokok memiliki efek toksik pada fungsi ovarium dan mempercepat tingkat atresia pada

6. Riwayat Penyakit

folikel.

Menurut Fox-Spencer dan Brown (2007) menjalani pengobatan dengan radioterapi atau kemoterapi dapat menyebabkan menopause lebih awal. Selain itu menurut Kusmiran (2011) pengangkatan ovarium juga dapat memicu menopause dini karena wanita tersebut akan kekurangan estrogen. Berbagai alasan dilakukan pengangkatan ovarium diantaranya adalah adanya kanker ovarium dan endometriosis (suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar rahim misalnya di ovarium, vagina dan kandung kemih) (Fox-Spencer dan Brown, 2007) dan dari penelitian yang dilakukan Pokoradi dkk (2011) menghasilkan bahwa wanita yang mempunyai riwayat endometriosis lebih awal memasuki menopause dibandingkan wanita tanpa riwayat endometriosis.

7. Konsumsi Fitoestrogen

Konsumsi pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang dimakan atau diminum penduduk atau seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan hayati (Deptan, 2002). Salah satu makanan yang dibutuhkan wanita dalam menunjang kesehatan reproduksinya adalah makanan yang mengandung fitoestrogen. Fitoestrogen adalah bahan tanaman yang mengandung zat yang mirip estrogen.


(43)

Bahan tanaman ini banyak terdapat di lingkungan dan sudah sering dikonsumsi untuk kebutuhan sehari di masyarakat. Fitoestrogen dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : isoflavon, coumestan dan lignan. Isoflavon merupakan fitoestrogen yang sering digunakan di masyarakat (Rishi, 2002). Sumber tanaman kaya fitoestrogen yang biasanya digunakan adalah kedelai. Berbagai produk olahan berbahan dasar kedelai seperti tahu, tempe dan kecap telah lama dihasilkan oleh masyarakat Indonesia (Martadisoebrata dkk, 2005) dan penelitian Thompson dkk (2006) juga menghasilkan bahwa makanan yang mengandung lebih tinggi fitoestrogen terdapat pada jenis kedelai dibandingkan fitoestrogen yang ada pada sayuran dan buah-buahan, sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Kandungan Fitoestrogen per 100 gram Bahan Makanan No. Bahan Makanan Total Kandungan Fitoestrogen (µg)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Tahu Tempe Susu Kedelai Brokoli Kol Buncis Wortel Jagung Selada Labu Bayam Tomat Apel Pisang Anggur Jeruk Strawberri Semangka 27.150 18.307 2.957 94.1 80.0 16.6 3.8 9.0 9.7 5.3 4.2 9.6 4.9 2.6 9.6 19.0 51.6 2.9 Sumber : Thompson dkk, 2006


(44)

Penggunaan fitoestrogen yang bersumber pada makanan diyakini merupakan cara aman untuk mempertahankan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh wanita. Konsumsi fitoestrogen 30-50 mg/hari diperlukan untuk mendatangkan efek biologis yang menyehatkan tubuh (Sethcell, 1998). Beberapa studi epidemiologi menunjukkan konsumsi fitoestrogen dapat meringankan gejala menopause, mengurangi keluhan panas yang umumnya dialami wanita yang memasuki menopause, mencegah kehilangan massa tulang/osteoporosis, menurunkan risiko terjadinya kanker payudara dan penyakit jantung (Hughes, 2003).

Penelitian Muljati dkk (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara jumlah tahu yang dikonsumsi dengan usia menopause dimana

p=0,010 dan dinyatakan bahwa wanita yang kurang mengkonsumsi fitoestrogen memiliki resiko tinggi untuk menopause dini.

2.4 Landasan Teori

Menurut Baziad (2003) saat masuknya wanita dalam fase menopause sangat berbeda-beda. Wanita di Eropa tidak sama usia menopausenya dengan wanita di Asia. Faktor genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause. Wanita kembar dizigot, wanita dengan siklus haid memendek, nullipara, perokok

berat, wanita dengan diabetes mellitus (NIDDM), wanita kurang gizi, wanita vegetarian, sosioekonomi rendah dan wanita yang hidup pada ketinggian

>4000 m akan memasuki menopause lebih awal dibandingkan wanita


(45)

alkohol. Kusmiran (2011) juga mengungkapkan bahwa selain faktor genetik dan merokok, pengangkatan ovarium dan kemoterapi juga dapat memengaruhi menopause.

Sementera itu menurut Fox-Spencer dan Brown (2007) seorang wanita akan mengalami menopause dini apabila memiliki kelainan kromosom, pernah menjalani histerektomi, kemoterapi, memiliki riwayat keluarga yang mengalami menopause dini dan perokok. Kasdu (2002) menyatakan bahwa usia seorang wanita yang akan mengalami menopause sangat bervariatif. Hal ini sangat tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah menarche, faktor psikis, jumlah anak, usia melahirkan, pemakaian kontrasepsi, kebiasaan merokok, sosial ekonomi dan pendidikan.

Menurut Winkjosastro (2008) umur waktu terjadinya menopause juga dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu keturunan, kesehatan umum dan pola kehidupan. Manuaba dkk (2010) menyatakan bahwa riwayat keluarga dengan menopause relatif muda, menarche yang prekok dan wanita perokok akan mempercepat terjadinya menopause. Adapun faktor-faktor yang memperlambat menopause adalah wanita yang memiliki kelebihan berat badan, hal ini disebabkan karena cadangan kolesterol dan lemak yang cukup tinggi serta keadaan sosial ekonomi tinggi yang dapat menyebabkan pemenuhan diet yang baik dan vitamin cukup sehingga vaskularisasi bertambah baik.


(46)

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang ada, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa variabel independen (menarche, status perkawinan, paritas, pemakaian kontrasepsi, merokok, riwayat penyakit dan konsumsi fitoestrogen) dapat memengaruhi variabel dependen (waktu terjadinya menopause).

Faktor-faktor yang Memengaruhi : 1. Menarche

2. Status Perkawinan 3. Paritas

4. Pemakaian Kontrasepsi 5. Merokok

6. Riwayat Penyakit 7. Konsumsi Fitoestrogen

Waktu Terjadinya Menopause 1. Normal


(47)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional dimana melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (Machfoedz, 2008).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh wanita berusia 40-55 tahun yang menopause dan terdaftar sebagai penduduk di wilayah Puskesmas Langsa Barat pada tahun 2013.

3.3.2 Sampel

Besarnya sampel dalam penelitian ini didapat dengan rumus Lemeshow :

�= 〔Z₁₋α̸₂�P₀(1−P₀) + Z₁₋ᵦ�Pₐ(1− Pₐ)〕² (Pₐ − Pₒ)²


(48)

dimana,

α = tingkat kemaknaan = 5% Z₁₋�̸₂ (nilai baku normal α=0,05 ) adalah 1,96

β = power = 10%, Z₁₋ᵦ( nilai baku normal pada β=0,10 ) adalah 1,282

Po = proporsi di populasi yaitu proporsi wanita yang mengalami menopause normal sebesar 0,63 (Masruroh, 2012).

Pa = perkiraan proporsi di populasi yaitu proporsi perbedaan sebesar 0,78.

Pa-Po = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi sebesar 0,15.

Sehingga :

�= 〔1,96�(0,63)(0,37) + 1,282�(0,78)(0,22)〕² (0,78‒ 0,63)²

�= 〔 (0,9463) + (0,5311)〕²

0,0225 n = 97

Berdasarkan rumus di atas diperoleh sampel minimal sebanyak 97 orang. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 112 orang dan penarikan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling. Adapun kriteria inklusi adalah wanita yang mengingat usia menarche

3.4 Metode Pengumpulan Data


(49)

3.5 Metode Pengukuran

Definisi operasional variabel, cara ukur dan hasil ukur dirangkum dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel, Cara Pengukuran dan Hasil Ukur Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur

Variabel Dependen Waktu terjadinya menopause Variabel Independen Menarche Status perkawinan Paritas Pemakaian kontrasepsi Merokok Riwayat penyakit Konsumsi fitoestrogen Saat responden mengalami berhentinya menstruasi selama minimal 12 bulan, dengan batasan normal adalah usia 45–50 tahun. Usia responden pada saat mengalami menstruasi pertama kali.

Status responden dalam ikatan pernikahan.

Jumlah semua anak yang

pernah dilahirkan responden.

Suatu cara pengendalian fertilitas secara hormonal yang pernah digunakan oleh responden untuk mencegah kehamilan. Status responden yang berhubungan dengan kebiasaan mengisap rokok.

Penyakit yang berkaitan dengan alat reproduksi sehingga responden mengalami menopause diantaranya

endometriosis, kanker ovarium, kanker rahim. Banyaknya fitoestrogen yang dikonsumsi. Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara - Normal - Tidak normal

- <14 tahun - ≥14 tahun - Menikah - Tidak menikah

- ≥2 orang

- <2 orang - Pernah - Tidak pernah

- Tidak merokok - Merokok

- Tidak pernah menderita

penyakit - Pernah

menderita penyakit

- ≥30 mg/hari


(50)

3.6 Metode Analisis Data

Metode Analisa data yang digunakan adalah 1. Analisis univariat

Analisa ini bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi variabel independen yaitu menarche, status perkawinan, paritas, pemakaian kontrasepsi, merokok, riwayat penyakit dan konsumsi fitoestrogen serta data variabel dependen yaitu waktu terjadinya menopause pada wanita usia 40-55 tahun di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat.

2. Analisis bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat ⍺=0,05. Pengambilan keputusan adalah jika ⍺<0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen, tetapi apabila ⍺>0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut.

3. Analisis multivariat

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik berganda yaitu untuk melakukan prediksi seberapa jauh nilai variabel dependen bila nilai variabel independen berubah. Regresi logistik berganda digunakan jika parameter dari suatu hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen ingin diestimasikan sehingga diperoleh persamaan regresi logistik berganda sebagai berikut :


(51)

�= 1

1 +�⁻⁽ᵅ⁺ᵇ¹ˣ¹⁺ᵇ²ˣ²⁺ᵇ³ˣ³⁺ᵇ⁴ˣ⁴⁺ᵇ⁵ˣ⁵⁺ᵇ⁶ˣ⁶⁺ᵇ⁷⁺˟⁷⁾ dimana :

p = nilai probabilitas waktu terjadinya menopause

ɑ = konstanta b₁,₂,..,₇ = nilai beta

X₁ = variabel menarche

X₂ = variabel status perkawinan

X3 X

= variabel paritas 4

X

= variabel pemakaian kontrasepsi 5

X

= variabel merokok 6

X₇ = variabel konsumsi fitoestrogen = variabel riwayat penyakit

e = bilangan alamiah yang besarnya 2,718

Penentuan variabel yang layak masuk sebagai kovariat dalam analisis regresi

logitik berganda adalah variabel pada analisis bivariat yang mempunyai nilai

p<0,25. Variabel tidak diturutkan dalam pengolahan data apabila pada analisis bivariat ditemukan p>0,25 (Dahlan, 2008).

Hasil analisis regresi logistik berganda dapat disimpulkan dengan melihat nilai p pada tingkat kepercayaan 95%, bila variabel mempunyai nilai p>0,05 berarti tidak memiliki pengaruh yang bermakna dan dikeluarkan dari model analisis regresi logistik berganda, variabel yang mempunyai nilai p<0,05 berarti memiliki pengaruh


(52)

yang bermakna. Penentuan variabel yang paling dominan berpengaruh dinyatakan dengan nilai β yang paling tinggi.


(53)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Langsa Barat terletak di Jalan Prof. A. Majid Ibrahim di Desa Birem Puntong Kota Langsa dan merupakan salah satu Puskesmas yang berada di wilayah pemerintahan Kota Langsa. Apabila ditinjau dari segi geografi, letak wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat sangat strategis, berada di jalan utama sehingga mudah dijangkau baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat terdiri dari sepuluh desa yaitu Desa Seurigit, Simpang Lhee, Lhok Banie, Paya Bujok Beuramo, Paya Bujok Teungoh, Birem Puntong, Alue Dua, Timbang Langsa, Bakaran Batee dan Serambi Indah dengan luas wilayah ± 48,91 km2

Puskesmas Langsa Barat memiliki 1 Puskesmas keliling, 1 Puskesmas Pembantu, 10 Polindes dan 1 kendaraan dinas. Dalam memberikan pelayanan kesehatan Puskesmas juga memiliki 10 poli yaitu poli umum, poli anak, kesehatan . Wilayah-wilayah tersebut dibatasi oleh beberapa kecamatan yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Birem Bayeun dan Selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Langsa Kota dan Kecamatan Langsa Baro, di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka dan Kecamatan Langsa Baro dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Langsa Barat.


(54)

ibu dan anak (KIA), poli usila, Unit Gawat Darurat (UGD), poli gigi, laboratorium, apotek, dan ruang kartu.

Visi Puskesmas Langsa Barat adalah tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat, lingkungan sehat, prilaku sehat, cakupan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan yang optimal.

Misi pembangunan kesehatan yang diselengggarakan Puskesmas Langsa Barat adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :

1. Menyelenggarakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

4.2 Data Demografi

Data demografi yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat meliputi data usia dan jenis kelamin.


(55)

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2012

No. Usia Jenis Kelamin Total

Pria Wanita

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 0–4 tahun 5–9 tahun 10–14 tahun 15–19 tahun 20–24 tahun 25–29 tahun 30–34 tahun 35–39 tahun 40–44 tahun 45–49 tahun 50–55 tahun 55–59 tahun 60–64 tahun 65–69 tahun 70–74 tahun 75 + 796 970 960 931 870 867 658 678 605 497 426 383 180 133 84 58 861 1.003 1.012 1.052 910 975 752 708 676 622 427 396 178 157 85 71 1.657 1.973 1.972 1.983 1.780 1.842 1.410 1.386 1.281 1.119 853 779 358 290 169 129

Jumlah 9.096 9.885 18.981

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat berusia 15–19 tahun sebanyak 1.983 orang, jumlah pria terbanyak pada kelompok usia 5–9 tahun berjumlah 1.003 orang dan jumlah wanita terbanyak pada kelompok usia 15–19 tahun berjumlah 1.052 orang. Sementara wanita yang berusia 40–55 tahun sebanyak 1.725 orang. Apabila dilihat dari piramida penduduk maka menggambarkan bentuk piramida ekspansif dimana sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Hal ini menunjukkan banyaknya tingkat kelahiran.


(56)

4.3 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi suku bangsa, pendidikan terakhir yang telah dilalui, pekerjaan, usia menopause, usia menarche, status perkawinan dan paritas.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013

No. Karakteristik Responden n %

1. 2. 3. 4. Suku Bangsa Aceh Jawa Padang Batak Pendidikan

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD Tamat SD/sederajat

Tamat SMP/sederajat Tamat SMA/sederajat

Tamat Diploma/Perguruan Tinggi Pekerjaan PNS Guru Pedagang Petani IRT Usia Menopause 40 tahun 41 tahun 42 tahun 43 tahun 44 tahun 45 tahun 46 tahun 47 tahun 48 tahun 49 tahun 50 tahun 51 tahun 52 tahun 53 tahun 76 22 11 3 11 56 17 21 7 5 8 8 3 88 1 10 1 1 13 6 6 9 6 12 26 11 8 2 67,9 19,6 9,8 2,7 9,8 50,0 15,2 18,7 6,3 4,5 7,1 7,1 2,7 78,6 0,9 8,9 0,9 0,9 11,6 5,4 5,4 8,0 5,4 10,7 23,2 9,8 7,1 1,8


(57)

Tabel 4.2 (Lanjutan)

No. Karakteristik Responden n %

5.

6.

7.

Usia Menarche <14 tahun

≥14 tahun

Status Perkawinan Menikah

Tidak Menikah Paritas

≥2 orang

<2 orang

75 37 99 13 83 29

67,0 33,0 88,4 11,6 74,1 25,9

Jumlah 112 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar suku bangsa responden adalah suku Aceh sebanyak 76 orang (67,9%), pendidikan responden sebagian besar berada pada tingkat tamat SD/sederajat sebanyak 56 orang (50%) dan terdapat 88 orang (78,6%) yang hanya menjadi ibu rumah tangga saja, mengalami menopause pada usia 50 tahun (23,2%) dengan rata-rata usia menopause 47,63 tahun, mengalami menarche pada usia <14 tahun sebanyak 75 orang (67%) dengan rata-rata usia menarche 12,94 tahun atau 13 tahun, tidak menikah sebanyak 13 orang (11,6%) dan paritas ≥2 sebanyak 83 orang (74,1%).

4.4 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel waktu terjadinya menopause, pemakaian kontrasepsi, kebiasaan merokok, riwayat penyakit dan konsumsi fitoestrogen, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut :


(58)

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013

No. Waktu terjadinya Menopause n %

1. 2.

Normal Tidak Normal

65 47

58,0 42,0

Jumlah 112 100,0

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat sebesar 42% responden yang mengalami waktu terjadinya menopause tidak normal. Adapun responden yang mengalami menopause lebih cepat (usia menopause <45 tahun) sebanyak 26 orang dan yang mengalami menopause lebih lambat (usia menopause >50 tahun) sebanyak 21 orang.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013

No. Pemakaian Kontrasepsi n %

1. 2.

Pernah Tidak Pernah

36 76

32,1 67,9

Jumlah 112 100,0

Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 32,1% responden yang pernah memakai kontrasepsi hormonal, meliputi 28 responden memakai kontrasepsi pil dan 8 responden memakai kontrasepsi suntik serta tidak terdapat responden yang memakai implant. Sementara itu terdapat 67,9% responden yang tidak memakai kontrasepsi hormonal dengan alasan karena tidak mengetahui tentang kontrasepsi, tidak diizinkan suami, tidak cocok dan jumlah anak masih sedikit.


(59)

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013

No. Kebiasaan Merokok n %

1. 2. Tidak Merokok Merokok 100 12 89,3 10,7

Jumlah 112 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 12 orang (10,7%).

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013

No. Riwayat Penyakit n %

1. 2. Tidak pernah Pernah 105 7 93,75 6,25

Jumlah 112 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa terdapat responden yang mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksi yaitu sebesar 6,25% meliputi jenis penyakit yang diderita adalah endometriosis dan rhematoid arthritis masing-masing sebanyak 2 orang dan responden yang menderita diabetes mellitus sebanyak 3 orang.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Fitoestrogen di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013

No. Konsumsi Fitoestrogen n %

1. 2.

≥30 mg/hari <30 mg/hari

33 79

29,5 70,5

Jumlah 112 100,0

Pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi fitoestrogen <30 mg/hari yaitu sebanyak 79 orang (70,5%).


(60)

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Fisik pada Masa Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013

No. Perubahan Fisik Ya Tidak

n % n %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Haid tidak teratur menjelang menopause Rasa panas pada wajah

Penurunan keinginan seksual

Rasa sakit pada saat hubungan seksual Keinginan buang air kecil meningkat Adanya perubahan pada kulit

Berat badan bertambah Cepat lelah

Keringat yang banyak pada malam hari Sulit tidur

Jantung berdebar-debar Nyeri tulang dan otot

Hilangnya kepekaan pada lidah

92 85 93 65 84 101 74 101 75 98 94 101 36 82,1 75,9 83,0 58,0 75,0 90,2 66,1 90,2 67,0 87,5 83,9 90,2 32,1 20 27 19 47 28 11 38 11 37 14 18 11 76 17,9 24,1 17,0 42,0 25,0 9,8 33,9 9,8 33,0 12,5 16,1 9,8 67,9 Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang mengalami ketidakteraturan haid menjelang menopause sebanyak 82,1%, rasa panas pada wajah sebesar 75,9%, penurunan keinginan seksual sebanyak 83%, rasa sakit pada saat hubungan seksual sebesar 58%, keinginan buang air kecil meningkat sebanyak 75%, adanya perubahan pada kulit sebanyak 90,2%, penambahan berat badan sebanyak 66,1%, cepat lelah sebesar 90,2%, adanya keringat yang banyak pada malam hari sebanyak 67%, sulit tidur sebanyak 87,5%, jantung berdebar-debar sebanyak 83,9%, nyeri tulang dan otot sebanyak 90,2% dan merasakan hilangnya kepekaan pada lidah sebanyak 32,1%. Perubahan fisik yang paling banyak dirasakan responden pada masa menopause adalah perubahan pada kulit, cepat lelah dan nyeri tulang dan otot masing-masing sebesar 90,2%.


(61)

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Psikologis pada Masa Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013

No. Perubahan Psikologis Ya Tidak

n % n %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Adanya kecemasan Mudah tersinggung Merasa takut menjadi tua Merasa tidak dibutuhkan lagi Merasa sudah tidak cantik lagi Ingatan menurun

Suasana hati tidak menentu Susah berkosentrasi 97 91 65 68 67 98 104 103 86,6 81,3 58,0 60,7 59,8 87,5 92,9 92,0 15 21 47 44 45 14 8 9 13,4 18,8 42,0 39,3 40,2 12,5 7,1 8,0 Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden merasakan adanya kecemasan sebesar 86,6%, mudah tersinggung sebanyak 81,3%, merasa takut menjadi tua sebesar 58%, merasa tidak dibutuhkan lagi sebesar 60,7%, merasa sudah tidak cantik lagi sebanyak 59,8%, ingatan menurun sebesar 87,5%, suasana hati tidak menentu sebesar 92,9% dan susah berkosentrasi sebesar 92%. Perubahan psikologis yang paling banyak dirasakan responden pada masa menopause adalah suasana hati tidak menentu sebesar 92,9%.

4.5 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar variabel independen (usia menarche, status perkawinan, paritas, pemakaian kontrasepsi, kebiasaan merokok, riwayat penyakit dan konsumsi fitoestrogen) terhadap variabel dependen (waktu terjadinya menopause) dengan menggunakan uji Chi-Square pada


(62)

Tabel 4.10 Pengaruh Usia Menarche terhadap Waktu Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013

Menarche

Waktu Terjadinya Menopause

Total

p Normal Tidak Normal

n % n % n %

<14 tahun

≥14 tahun 49 16

65,3 43,2 26 21 34,7 56,8 75 37 100

100 0,026 Dari hasil analisis pengaruh usia menarche terhadap waktu terjadinya menopause diperoleh bahwa terdapat responden yang usia menarche <14 tahun yang mengalami waktu terjadinya menopause secara tidak normal sebanyak 26 orang (34,7%) dan responden dengan usia menarche ≥14 tahun mengalami waktu terjadinya menopause secara tidak normal sebanyak 21 orang (56,8%).Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan nilai p=0,026 (⍺<0,05), yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia menarche terhadap waktu terjadinya menopause.

Tabel 4.11 Pengaruh Status Perkawinan terhadap Waktu Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013

Status Perkawinan

Waktu Terjadinya Menopause

Total

p Normal Tidak Normal

n % n % n %

Menikah Tidak Menikah 62 3 62,6 23,1 37 10 37,4 76,9 99 13 100

100 0,007 Hasil analisis pengaruh status perkawinan terhadap waktu terjadinya menopause diperoleh bahwa responden yang menikah dan mengalami waktu menopause tidak normal sebanyak 37 orang (37,4%) serta responden yang tidak menikah dan mengalami waktu terjadinya menopause tidak normal sebanyak 10


(63)

orang (76,9%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan nilai p=0,007, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status perkawinan terhadap waktu terjadinya menopause.

Tabel 4.12 Pengaruh Paritas terhadap Waktu Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013

Paritas

Waktu Terjadinya Menopause

Total

p Normal Tidak Normal

n % n % n %

≥2 orang <2 orang 55 10 66,3 34,5 28 19 33,7 65,5 83 29 100

100 0,003 Dari hasil analisis pengaruh paritas terhadap waktu terjadinya menopause diperoleh bahwa responden dengan paritas ≥2 yang mengalami waktu terjadinya menopause tidak normal sebanyak 28 orang (33,7%) dan responden dengan paritas <2 yang mengalami waktu terjadinya menopause secara tidak normal sebanyak 19 orang (65,5%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

menunjukkan nilai p=0,003, berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas terhadap waktu terjadinya menopause.

Tabel 4.13 Pengaruh Pemakaian Kontrasepsi terhadap Waktu Terjadinya Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013 Pemakaian

Kontrasepsi

Waktu Terjadinya Menopause

Total

p Normal Tidak Normal

n % n % n %

Pernah Tidak pernah 27 38 75,0 50,0 9 38 25,0 50,0 36 76 100

100 0,012 Dari hasil analisis pengaruh pemakaian kontrasepsi terhadap waktu terjadinya menopause diperoleh bahwa responden yang pernah memakai kontrasepsi dan


(1)

Analisis Multivariat

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 112 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 112 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 112 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Normal 0

Tidak normal 1

Categorical Variables Codings

Frequency

Parameter coding (1) Konsumsi Fitoestrogen >= 30 mg/hari 33 ,000

< 30 mg/hari 79 1,000 Status perkawinan Menikah 99 ,000 Tidak menikah 13 1,000

Paritas >= 2 orang 83 ,000

< 2 orang 29 1,000

Pemakaian Kontrasepsi Pernah 36 ,000

Tidak pernah 76 1,000

Kebiasaan Merokok Tidak perokok 100 ,000

Perokok 12 1,000

Riwayat Penyakit Tidak pernah 105 ,000

Pernah 7 1,000

Menarche < 14 tahun 75 ,000


(2)

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Waktu Terjadinya Menopause Percentage Correct Normal Tidak normal

Step 0 Waktu Terjadinya Menopause

Normal 65 0 100,0

Tidak normal 47 0 ,0

Overall Percentage 58,0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant -,324 ,191 2,868 1 ,090 ,723

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 0 Variables kmenarche(1) 4,964 1 ,026

kmenikah(1) 7,380 1 ,007 kparitas(1) 8,914 1 ,003

kkb(1) 6,269 1 ,012

krokok(1) 1,479 1 ,224

kpenyakit(1) 5,868 1 ,015

kfito(1) 8,273 1 ,004


(3)

Block 1: Method = Forward Stepwise (Likelihood Ratio)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 8,879 1 ,003

Block 8,879 1 ,003

Model 8,879 1 ,003

Step 2 Step 6,478 1 ,011

Block 15,358 2 ,000

Model 15,358 2 ,000

Step 3 Step 7,808 1 ,005

Block 23,166 3 ,000

Model 23,166 3 ,000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 143,480a ,076 ,103

2 137,002b ,128 ,172

3 129,194b ,187 ,251

a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.

b. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 ,000 0 .

2 2,891 2 ,236


(4)

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Waktu Terjadinya Menopause = Normal

Waktu Terjadinya Menopause = Tidak normal

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 55 55,000 28 28,000 83

2 10 10,000 19 19,000 29

Step 2 1 42 40,486 12 13,514 54

2 13 14,514 16 14,486 29

3 7 8,514 14 12,486 21

4 3 1,486 5 6,514 8

Step 3 1 16 17,015 3 1,985 19

2 9 7,809 2 3,191 11

3 26 23,856 9 11,144 35

4 1 1,177 2 1,823 3

5 6 7,697 14 12,303 20

6 7 7,447 17 16,553 24

Classification Tablea

Observed

Predicted

Waktu Terjadinya Menopause Percentage Correct Normal Tidak normal

Step 1 Waktu Terjadinya Menopause

Normal 55 10 84,6

Tidak normal 28 19 40,4

Overall Percentage 66,1

Step 2 Waktu Terjadinya Menopause

Normal 55 10 84,6

Tidak normal 28 19 40,4

Overall Percentage 66,1

Step 3 Waktu Terjadinya Menopause

Normal 51 14 78,5

Tidak normal 14 33 70,2

Overall Percentage 75,0


(5)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a kparitas(1) 1,317 ,454 8,398 1 ,004 3,732 1,532 9,095

Constant -,675 ,232 8,457 1 ,004 ,509

Step 2b kmenarche(1) 1,095 ,438 6,241 1 ,012 2,990 1,266 7,061 kparitas(1) 1,480 ,476 9,666 1 ,002 4,393 1,728 11,169 Constant -1,097 ,302 13,234 1 ,000 ,334

Step 3c kmenarche(1) 1,230 ,461 7,133 1 ,008 3,421 1,387 8,438 kparitas(1) 1,356 ,484 7,839 1 ,005 3,882 1,502 10,034 kfito(1) 1,387 ,528 6,905 1 ,009 4,004 1,423 11,268 Constant -2,148 ,543 15,643 1 ,000 ,117

a. Variable(s) entered on step 1: kparitas. b. Variable(s) entered on step 2: kmenarche. c. Variable(s) entered on step 3: kfito.

Model if Term Removed

Variable

Model Log Likelihood

Change in -2 Log

Likelihood df

Sig. of the Change Step 1 kparitas -76,180 8,879 1 ,003 Step 2 kmenarche -71,740 6,478 1 ,011

kparitas -73,709 10,417 1 ,001

Step 3 kmenarche -68,377 7,561 1 ,006

kparitas -68,759 8,323 1 ,004


(6)

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 1 Variables kmenarche(1) 6,461 1 ,011

kmenikah(1) 1,357 1 ,244

kkb(1) 2,170 1 ,141

krokok(1) 1,179 1 ,278 kpenyakit(1) 3,931 1 ,047

kfito(1) 6,441 1 ,011

Overall Statistics 19,352 6 ,004 Step 2 Variables kmenikah(1) 2,749 1 ,097

kkb(1) 3,320 1 ,068

krokok(1) ,779 1 ,377

kpenyakit(1) 2,120 1 ,145

kfito(1) 7,419 1 ,006

Overall Statistics 13,522 5 ,019 Step 3 Variables kmenikah(1) 1,398 1 ,237

kkb(1) 2,795 1 ,095

krokok(1) ,067 1 ,796

kpenyakit(1) 2,317 1 ,128 Overall Statistics 6,595 4 ,159


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Usia Menikah Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

19 88 123

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 16

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 2

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 9

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 18

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 4

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 21

Faktor-faktor yang Memengaruhi Waktu Terjadinya Menopause pada Wanita Usia 40–55 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat

0 0 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause - Faktor-faktor yang Memengaruhi Waktu Terjadinya Menopause pada Wanita Usia 40–55 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat

0 0 20

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI WAKTU TERJADINYA MENOPAUSE PADA WANITA USIA 40 – 55 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGSA BARAT TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehat

0 0 16