5.8 Pengaruh Konsumsi Fitoestrogen terhadap Waktu Terjadinya Menopause
Pada analisis univariat didapatkan bahwa wanita usia 40–55 tahun di wilayah kerja Puskesmas Langsa Barat yang mengkonsumsi fitoestrogen sebesar
≥30 mghari sebesar 29,5 dan 30 mghari sebesar 70,5. Hasil analisis pengaruh konsumsi fitoestrogen terhadap waktu terjadinya menopause diperoleh bahwa dari
33 wanita usia 40–55 tahun yang mengkonsumsi fitoestrogen ≥30 mghari terdapat
sebesar 21,2 mengalami waktu terjadinya menopause tidak normal dan dari 79 wanita usia 40–55 tahun yang mengkonsumsi fitoestrogen 30 mghari terdapat
50,6 yang mengalami waktu terjadinya menopause tidak normal. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan nilai
p=0,004, berarti ada hubungan yang signifikan antara konsumsi fitoestrogen terhadap waktu terjadinya menopause. Analisis multivariat dengan menggunakan uji
regresi logistik berganda menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara konsumsi fitoestrogen terhadap waktu terjadinya menopause dengan nilai
p=0,009 α=0,05 dan OR=4,004 dengan 95 CI=1,423-11,268. Kemungkinan wanita
usia 40–55 tahun yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi fitoestrogen 30 mghari akan mengalami waktu terjadinya menopause dengan tidak normal 4,004
kali lebih tinggi dibanding wanita usia 40–55 tahun yang mengkonsumsi fitoestrogen ≥30 mghari.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ilyas 2000 di kelurahan Cibabat Bandung bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi fitoestrogen dengan usia
menopause p0,05. Bahan makanan yang dipilih dalam penelitian ini adalah kripik
Universitas Sumatera Utara
tempe. Menurut AlRasyid 2007 satu porsi hidangan makanan tradisional terbuat dari kedelai dapat memberikan sekitar 25–60 mg isoflavon. Pada tempe kedelai
mentah didapati kandungan 3,1 mg isoflavongram proteinnya. Sebagian besar negara Asia, konsumsi isoflavon diperkirakan antara
25–45 mghari. Jepang merupakan negara yang mengkonsumsi isoflavon terbesar, diperkirakan konsumsi harian orang Jepang adalah 200 mghari. Di negara-negara
Barat konsumsinya kurang dari 5 mg isoflavon per hari. Oleh karena itu wanita Asia tidak memperlihatkan keluhan berlebihan pada saat menopause dan lebih sedikit
menderita penyakit kronis Proverawati dan Sulistyawati, 2010. Menurut Agria dkk 2011 jenis makanan yang baik untuk wanita menopause
adalah makanan yang mengandung fitoestrogen, misalnya kacang kedelai dan juga makanan yang mengandung vitamin D seperti ikan tuna, salmon, minyak ikan, telur
dan susu. Dari hasil penelitian yang menunjukkan dari 33 wanita usia 40–55 tahun yang
mengkonsumsi fitoestrogen ≥30 mghari terdapat sebesar 78,8 mengalami waktu
terjadinya menopause secara normal, hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar wanita usia 40–55 tahun yang mengkonsumsi fitoestrogen
≥30 mghari berada di Desa Bakaran Batee dan Alue Dua. Hasil wawancara dengan bidan koordinator
Puskesmas Langsa Barat diketahui bahwa kedua desa ini merupakan desa yang menghasilkan tempe dan tahu di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Barat.
Bahan pangan yang berkualitas untuk dikonsumsi pada masa menopause adalah tempe dan tahu. Tempe merupakan hasil fermentasi kacang kedelai yang telah
Universitas Sumatera Utara
terbukti banyak mengandung fitoestrogen. Tempe bukan saja baik untuk dikonsumsi oleh wanita menopause tetapi baik juga untuk menjaga kesehatan tulang, bermanfaat
untuk mencegah anemia, menurunkan kadar kolesterol dan menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Tempe juga bermanfaat untuk mengurangi psikovasomotor
khusunya hot flush. Seperti halnya tempe, tahu juga merupakan makanan olahan kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Tempe dan tahu
adalah makanan bergizi dengan harga yang mudah terjangkau.
5.9 Perubahan-perubahan pada Masa Menopause 5.9.1 Perubahan-perubahan Fisik pada Masa Menopause