Dampak pembuangan lumpur ke sungai Porong merubah kualitas sungai

Pengamatan tersebut menunjukkan bahwa alam sungai membutuhkan air dengan volume yang sangat besar untuk dapat membawa lumpur ke arah hilir. Kondisi ini hanya dapat dijumpai pada musim penghujan. Mengingat saat ini asumsi telah berganti menjadi semburan abadi maka perlu dipikirkan langkah untuk mengalirkan lumpur, tidak hanya di musim penghujan namun juga saat musim kemarau dalam kondisi minim air sungai. Tim dari Puslitbang Geologi Kelautan 2006 menemukan bahwa aliran lumpur tidak bergerak ke arah muara Kali Porong. Penyebabnya adalah sifat fisik dari lumpur yang cenderung lebih cepat mengendap ketimbang laju dari aliran arus menuju muara selama perubahan siklus pasang menuju surutnya laut. 218

10. Dampak pembuangan lumpur ke sungai Porong merubah kualitas sungai

Berbagai pihak sebelumnya telah menyatakan kandungan lumpur di Sidoarjo berbahaya dan pembuangannya ke Sungai Porong dan atau lingkungan lainnya akan berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan hidup dan Sungai Porong. Pendapat para ahli itu mempunyai dua kesimpulan besar yaitu yang setuju pembuangan dan yang tidak setuju pembuangan ke Kali Porong. Berbagai pihak yang telah menyatakan kandungan lumpur Porong berbahaya dan pembuangannya berdampak negatif terhadap lingkungan hidup, antara lain: 218 Delyuzar Ilahude, Institut Geologi Kelautan, 9 November 2006 Universitas Sumatera Utara a Bapedalda Jatim dan KLH pada tanggal 4 Juni 2006 menunjukkan bahwa kualitas air lumpur, yang ditunjukkan oleh parameter BOD, COD, Phenol, Amonia, TDS, dan TSS, melampaui baku mutu. b Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Sidoarjo sesuai suratnya No.523.2927404.3.12 2006 tanggal 14 Juni 2006 menunjukkan bahwa kandungan Nitrit NO2, Hidrogen Sulfida H2S dan Timbal Pb dalam lumpur Sidoarjo melampaui ambang batas maksimum yang dianjurkan untuk petambak, sehingga air yang digunakan tidak layak membahayakan untuk budidaya ikanudang. c Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Sidoarjo melalui suratnya No.523.31170404.3.122006 tanggal 19 Juni 2006 menyatakan bahwa saluran airsungai merupakan sumber pengairan bagi petambak udang dan bandeng, dan menyatakan LBI untuk tidak membuang lumpur ke sungai atau saluran air, mengingat potensi kerugian bagi petambak. d Wakil Bupati Sidoarjo, sebagaimana dikutip dari Tempo Interaktif tanggal 3 Juli 2006, mengakui bila pembuangan pembuangan lumpur ke pesisir Sidoarjo akan mempengaruhi tingkat pencemaran air di tambak warga sekitarnya. e Dewan Lingkungan Sidoarjo, berdasarkan hasil penelitian Laboratorium Kualitas Air Jasa Tirta I Mojokerto, pada tanggal 6 Juli 2006 menyatakan bahwa air di sekitar lokasi lumpur tidak baik untuk dikonsumsi, bahkan disinyalir bisa memicu timbulnya penyakit kanker, kebodohan, gatal-gatal, dan ISPA. Selain itu air tersebut mengandung logam berat TembagaCu, Sulfida H2S dan Phenol yang melebihi standar maksimum. Universitas Sumatera Utara f Wahana Lingkungan Hidup Walhi pada tanggal 21 Agustus 2006 menyatakan bahwa tidak ada teknologi yang bisa memisahkan lumpur dan keanekaragaman hayati di laut cukup tinggi, serta banyak nelayan yang hidup dari hasil laut. Pendapat di atas menyatakan bahwa beberapa parameter kualitas kandungan lumpur berada di atas baku mutu lingkungan dan tidak layak bagi kehidupan manusia. Hal ini terbukti dari terjadinya rembesar air lumpur yang telah menjangkau sumur-sumur warga di kawasan sekitar semburan, sehingga air sumur menjadi tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk mengatasi hal ini, LBI membantu warga masyarakat sekitar dengan menyediakan air bersih untuk Desa- desa Renokenongo, Jatirejo, Siring, Besuki dan Kedungbendo. Namun demikian, pendapat lain menyatakan bahwa lumpur tersebut dan pembuangannya ke sungailaut relatif tidak berbahaya bagi lingkungan hidup. 1 Pada tanggal 14 Juni 2006 LBI, berdasarkan hasil pengujian LD50 atas sampel lumpur yang dilaksanakan oleh Bogor Laboratory, menyatakan bahwa lumpur relatif tidak berbahaya. Kajian dari Core Laboratory menunjukkan bahwa parameter TCLP dalam lumpur Porong tidak termasuk limbah B3 dan hasil uji LC50 bahwa lumpur Porong tidak berbahaya dan tidak beracun bagi biota akuatik. 2 Prof. Kusumadinata, Guru Besar Fakultas Geologi ITB, menyatakan bahwa lumpur Sidoarjo merupakan material kuno yang berasal dari endapan Selat Madura Pikiran Rakyat, 6 September 2006. Universitas Sumatera Utara 3 Hasil diskusi pakar di BPPT yang diselenggarakan pada tanggal 12 September 2006 yang menyatakan bahwa lumpur Sidoarjo merupakan jenis endapan laut dengan kedalaman pengendapan antara 4000-6000 kaki. 4 Hasil kajian KLH yang menyatakan bahwa sifat reaktif lumpur bersifat low hazard dan tidak termasuk limbah B3 bahan berbahaya dan beracun. Seperti diketahui bahwa keputusan pembuangan lumpur ke Sungai Porong diambil pada tanggal 15 September berdasarkan keputusan Bupati Sidoarjo dengan pertimbangan kemanusiaan dan kemungkinan kontinuitas luapan lumpur. Mendasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa lumpur Porong relatif aman bagi lingkungan dan keputusan Bupati tersebut, maka Timnas PSLS menyusun asumsi ini dalam Rencana Kerja per 18 September 2006. Hal ini terlihat dari pencantuman pendapat tersebut dalam rencana kerja. Keputusan Bupati ini ditanggapi Daru Setyo Rini Manajer Program dan Penelitian Lembaga Kajian dan Konservasi Lahan BasahEcoton pada 17 September 2006 yang menegaskan bahwa: a Kadar garam dari air lumpur yang sangat tinggi mematikan biota air tawar, ikan dan binatang lain, serta tumbuhan dan tanaman di sawah b Partikel lumpur yang sangat halus menyebabkan sedimentasi dan kekeruhan air. c Kadar garam lumpur 38-40 per mililiter ml, sedangkan salinitas airtawar 0-1 per ml. Ikan air tawar pun hanya mampu bertahan pada salinitas di bawah 7 per ml. Universitas Sumatera Utara d Sebelum titik pipa pembuangan air lumpur, sungai didominasiserangga dari ordo Hemiptera seperti Micronecta sp dan remis Corbicula javanica serta beberapa jenis keong Gastropoda. Namun, setelah pipa pembuangan, di Sungai Porong hanya ditemukan kerang dan keong.

11. Dampak pembuangan lumpur menurunkan kualitas air di sungai Porong