kekayaan. Namun tidak setiap perbuatan yang menimbulkan perikatan merupakan perjanjian, perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, sumber lain dari
perikatan adalah undang-undang. Jadi ada perikatan yang lahir dari perjanjian dan ada perikatan yang lahir dari undang-undang. Sumber-sumber perikatan yang
tercakup dalam undang-undang diperinci lagi, yang dibedakan antara undang- undang saja dengan undan-undang yang berhubungan dengan perbuatan orang.
Sumber perikatan yang berkaitan dengan perbuatan manusia diperinci lagi, yakni dibedakan antara perbuatan yang halal dan perbuatan melanggar hukum.
B. Unsur-Unsur Perjanjian
Berdasarkan perumusan pasal 1313 KUH Perdata, Abdul Kadir Mehammad menyatakan bahwa perjanjian mengandung unsur-unsur sebagai
berikut:
10
1. Pihak-pihak
Dalam suatu perjanjian paling sedikit ada dua pihak yang bertindak sebagai subjek perjanjian. Para pihak dapat terdiri dari orang pribadi atau badan
hukum . Dalam mengadakan suatu perikatan, para pihak harus bebas menyatakan kehendaknya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak manapun,
tidak ada penipuan dari salah satu pihak dan tidak ada kekhilafan pihak-pihak yang bersangkutan. Selain itu juga harus telah dewasa dan cakap untuk
melakukan hubungan hukum.
11
2. Persetujuan antara para pihak
10
Ibid., hal. 80.
11
Abdul Kadir Muhammad II, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011, hal. 233.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sebelum membuat suatu perjanjian atau dalam membuat perjanjian para pihak memiliki kebebasan untuk mengadakan tawar menawar di antara mereka. Apa
yang ditawarkan oleh pihak yang satu diterima oleh pihak yang lainnya. Yang ditawarkan itu umumnya mengenai syarat-syarat dan objek perjanjian. Dengan
disetujuinya syarat-syarat dan objek perjanjian tersebut maka timbullah persetujuan. Persetujuan inilah yang menjadi salah satu syarat timbullnya
perjanjian. 3.
Adanya tujuan yang akan dicapai Tujuan mengadakan perjanjian terutama untuk memenuhi kebutuhan para
pihak dalam perjanjian, dalam hal ini kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan perjanjian dengan pihak lain. Dalam mencapai tujuannya
tersebut, para pihak terikat dengan ketentuan bahwa tujuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.
4. Adanya prestasi yang harus dilaksanakan.
5. Dengan adanya persetujuan maka para pihak dalam suatu perjanjian
mempunyai hak dan kewajiban tertentu, yang satu dengan yang lainnya secara timbal balik. Pemenuhan kewajiban oleh para pihak sesuai dengan syarat-
syarat dalam perjanjian tersebut dinamakan prestasi. Menurut pasal 1234 KUH Perdata prestasi tersebut dapat berupa memberikan sesuatu, berbuat
sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu. Pada perikatan untuk memberikan sesuatu prestasinya berupa menyerahkan sesuatu barang atau memberikan kenikmatan
atas suatu barang. Berbuat sesuatu adalah setiap prestasi untuk melakukan sesuatu yang bukan berupa memberikan sesuatu misalnya melukis, dan tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berbuat sesuatu adalah jika dalam perjanjian para pihak berjanji untuk tidak melaksanakan perbuatan tertentu, misalnya tidak akan menutup jalan setapak.
5. Ada bentuk tertentu
Perjanjian dapat dibuat dalam bentuk lisan maupun tertulis, perjanjian yang dibuat dalam bentuk tertulis dapat berupa akta otentik maupun akta dibawah
tangan sesuai dengan ketentuan yang ada. Perjanjian dalam bentuk lisan, artinya perjanjian dibuat dengan kata-kata yang jelas maksud dan tujuannya
sehingga dapat dipahami para pihak. Bentuk perjanjian perlu ditentukan mengingat kekuatan mengikat dan kekuatan pembuktian yang dimiliki oleh
bentuk-bentuk perjanjian tersebut. 6.
Adanya syarat-syarat tertentu Dalam isi suatu perjanjian terdapat syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
oleh para pihak. Dari syarat-syarat para pihak dapat mengetahui hal-hal yang menjadi hak maupun kewajibannya., misalnya mengenai barangnya,
haraganya dan juga syarat pelengkap atau tambahan, misalnya mengenai cara pembayarannya, cara penyerahannya dan lain-lain.
Jika unsur-unsur suatu perjanjian yang telah dijelaskan sebelumnya diamati dan uraikan, maka unsur-unsur tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
12
1. Unsur Esensialia
Adalah unsur perjanjian yang selalu harus ada di dalam suatu perjanjian, unsur mutlak, dimana tanpa adanya unsur tersebut, perjanjian tak mungkin
12
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Citra Aditya Bakti : Bandung, 2001, hal. 67.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ada. Tanpa keberadaan unsur tersebut maka perjanjian yang dimaksudkan untuk dibuat dan diselenggarakan para pihak akan menjadi beda sehingga
unsur esensialia seharus menjadi pembeda antara suatu perjanjian dengan perjanjian lainnya.
13
2. Unsur Naturalia
Misalnya dalam perjanjian yang riil, syarat penyerahan objek perjanjian merupakan essensialia, sama seperti bentuk
tertentu merupakan essensialia dari perjanjian formil.
Adalah unsur yang pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu, setelah unsur esensialianya diketahui secara pasti. Misalnya dalam perjanjian yang
mengandung unsur esensialia jual beli, pasti akan terdapat unsur naturalia berupa kewajiban dari penjual untuk menanggung kebendaan yang dijual
dari cacat sembunyi-sembunyi.
14
3. Unsur Accidentalia
Adalah unsur perjanjian yang ditambahkan oleh para pihak, atau dengan kata lain merupakan ketentuan-ketentuan yang dibuat para pihak
untuk mempermudah pelaksanaan kontrak walaupun bukan merupakan syaarat utama. Misalnya dalam perjanjian jual beli unsur utama atau
essensialianya adalah pembayaran, namun para pihak dapat menambahkan penentuan tempat dan waktu pembayaran dalam perjanjian jual beli untuk
mempermudah pelaksanaan perjanjian itu sendiri.
13
Kartini Muljadi Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal.86.
14
Ibid., hal.8.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
C. Syarat Sahnya Perjanjian