Penyelesaian kredit bermasalah melalui PUPNBUPN

Adapun tata cara dalam penanganan melalui tindakan seperti di atas begitu pula dengan syarat-syaratnya, terlebih dahulu harus ditetapkan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional dengan persetujuan Menteri Keuangan. 63

1. Penyelesaian kredit bermasalah melalui PUPNBUPN

Kredit bernasalah terutamanya golongan kredit macet pada bank milik Negara merupakan salah satu bentuk yang dikategorikan sebagai piutang negara karena bank milik negara merupakan salah satu badan yang secara langsung atau tidak langsung dikuasai negara. Dengan demikian, sesuai dengan ketentuan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara, penyelesaian kredit bank milik negara dapat diusahakan melalui Panitia Urusan Piutang Negara. Panitia ini merupakan suatu panitia interdepartemental, yang anggotanya terdiri atas wakil Departemen Keuangan; Departemen Hankam; Kejaksaan Agung; dan dari Bank Indonesia. Sedangkan struktur organisasinya terdiri atas PUPN pusat, wilayah, dan cabang. Dalam menjalankan tugasnya, Panitia Urusan Piutang Negara PUPN berpedomanpada ketentuan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 tentang Panitia Urusan Piutang Negara dan Badan Urusan Piutang Negara. Di dalam ketentuan tersebut disebutkan bahwa PUPN mempunyai tugas : 64 63 Ibid., hlm.562. 64 Ibid. Universitas Sumatera Utara a. Membahas pengurusan piutang Negara, yaitu utang kepada negara yang harus dibayar kepada negara, yakni instansi- instansi pemerintah atau badan-badan usaha negara yang modal atau kekayaannya sebagian atau seluruhnya milik negara, baik di pusat maupun di daerah. b. Melakukan pengawasan terhadap piutang-piutang, kredit-kredit yang telah dikeluarkan oleh instansi-instansi pemerintah atau badan-badan usaha negara baik di pusat maupun di daerah. Pengurusan piutang negara oleh PUPN dimaksudkan untuk menyelamatkan keuangan negara secara cepat, efektif, dan efesien. Mekanisme penanganan piutang negara oleh PUPN, yaitu apabila piutang negara tersebut telah diserahkan pengurusannya kepada pemerintah atau bank milik negara tersebut. Piutang yang diserahkan adalah piutang yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum, tetapi yang penanggung utangnya tidak melunasi sebagaimana mestinya. Apabila kita mengacu pada mekanisme penyelesaian pengurusan piutang negara secara khusus, pada dasarnya pengurusan piutang negara dari kredit macet tersebut juga tidak jauh berbeda, yaitu paling tidak melalui tahapan : 65 1. Setelah dirundingkan oleh panitia dengan penanggung utang dan diperoleh kata sepakat tentang jumlah utangnya yang masih harus dibayar, termasuk bunga uang, denda, serta biaya- 65 Ibid., hlm. 563. Universitas Sumatera Utara biaya yang bersangkutan dengan piutang ini, oleh ketua panitia dan penanggung utangpenjamin utang dibuat pernyataan bersama yang memuat jumlah dan kewajiban penanggung utang untuk melunasinya. 2. Pernyataan bersama ini mempunyai kekuatan pelaksanaan, seperti suatu putusan hakim yang telah berkekuatan hukum pasti. Dengan demikian, PUPN mempunyai kewenangan parate executie. 3. Pelaksanaannya dilakukan oleh ketua panitia dengan suatu surat paksa melalui cara penyitaan, pelelangan barang-barang kekayaan penanggung utangpenjamin utang dan penyanderaan terhadap penanggung utangpenjamin utang, dan pernyataan lunas piutang negara. Dalam hal penyitaan khususnya terhadap kekayaan yang tersimpan di lembaga perbankan, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 4 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 376KMK.091995, maka PUPN dapat melakukannya tanpa memerlukan izin terlebih dahulu dari Menteri Keuangan. Adapun hasil dari penyitaan tersebut untuk digunakan pembayaran atau pelunasan utang penanggung utangpenjamin utang. Meskipun PUPN tidak memerlukan izin untuk penyitaan tersebut, PUPN tetap harus memperhatikan ketentuan mengenai rahasia bank sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Universitas Sumatera Utara Dalam penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada PUPN, maka kerahasiaan bank tersebut dikecualikan. Maksudnya, bahwa untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada PUPN, pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat PUPN untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur. Izin tersebut diberikan secara tertulis berdasarkan permintaan tertulis dari ketua PUPN. Pelaksanaan pemberian izin atas permohonan pembukaan kerahasiaan bank menyangkut PUPN telah diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3182KEPDIR tanggal 31 Desember 1998 tentang Persyaratan dan Tata cara Pemberian Izin atau Perintah Membuka Rahasia Bank. Dalam masalah piutang negara ini selain penanganan secara interdepartemental oleh PUPN, juga dilakukan oleh suatu badan yang khusus di bawah Departemen Keuangan, yaitu Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara BUPLN sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 tentang Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara. Adapun tugasnya adalah sebagai pelaksana teknis, operasianal dari keputusan-keputusan yang diambil oleh PUPN sebagaimana ditentukan oleh Pasal 2 ayat 5 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 294KMK.091993 tentang Panitia Urusan Piutang Negara. BUPLN Universitas Sumatera Utara sebagai badan yang dipimpin oleh seorang kepala yang mempunyai kedudukan setingkat dengan Direktur Jenderal. Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara menurut Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991, suatu badan yang mempunyai tugas penyelenggaran pengurusan piutang negara dan lelang, baik yang berasal dari penyelenggaraan pelaksanaan tugas Panitia Urusan Piutang Negara maupun pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas pokoknya sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 di atas, maka BUPLN mempunyai fungsi sebagai berikut : 66 a. Perumusan kebijaksanaan teknis dan pembinaan di bidang pengurusan piutang negara dan lelang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Perumusan rencana dan pelaksanaan registrasi, verifikasi, pembukuan, penetapan, penagihan, danatau eksekusi terhadap pengurusan piutang negara. c. Perumusan rencana dan pelaksanaan pelelangan serta penggalian potensi lelang. d. Memberikan pertimbangan mengenai usul penghapusan piutang negara berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 66 Ibid., hlm. 564. Universitas Sumatera Utara e. Pengamanan teknis yuridis dan operasional atas pelaksanaan tugas Badan Piutang dan Lelang Negara sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan Menteri Keuangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fungsi tersebut di atas tidaklah jauh berbeda dengan ketentuan sebelumnya yang tercantum dalam Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976. Pelimpahan pengurusan penyelesaian kredit macet kepada BUPLN selambat-lambatnya tiga bulan setelah jatuh tempo yang tercantum dalam dokumen-dokumen perpanjangan jangka waktu pelunasan kredit. Pengurusan penyelesaian kredit ini dapat juga karena inisiatif BUPLN sendiri, jadi tidak menunggu pelimpahan dari pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara saja. Pengurusan atas inisiatif sendiri tersebut atas dasar pemikiran bahwa sifat pengurusan dan penagihan piutang macet adalah untuk maksud mengamankan keuangan atau kekayaan negara, maka BUPLN wajar untuk mengurus dan menagih piutang tersebut. Setalah pengurusan kredit ditangan BUPLN, bukan lagi pemerintah Bank atau Badan Usaha Milik Negara yang menjadi pihak yang berpiutang, melainkan negaralah yang menjadi pihak yang berpiutang. Sebagai akibat dari pola pemikiran tersebut, maka dalam menghadapi debitur, BUPLN bertindak sebagai penguasa yang melaksanakan wewenang yang bersifat hukum publik. Oleh karena itu, kedudukan Universitas Sumatera Utara debitur dan BUPLN tidak dalam posisi yang sejajar serta tidak bersifat hukum perdata. Dalam hal si penanggung utang mempunyai kekayaan yang tersimpan pada bank, maka BUPLN berwenang untuk melakukan pemblokiran atas kekayaan tersebut. Dalam pelaksanaan pemblokiran BUPLN harus membuat berita acara pemblokiran yang disaksikan oleh pimpinan bank atau pejabat bank yang berwenang dan tindakan dari berita acara dimaksud disampaikan pula kepada pimpinan bank yang bersangkutan. Pemblokiran dapat dicabut dan untuk itu perlu dituangkan pula dalam berita acara. BUPLN dalam menjalankan kewenangan untuk pemblokiran ini tetap harus memperhatikan kerahasiaan bank. Namun, untuk pelaksanaan kewenangannya diberikan pengecualian, yaitu bahwa untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada BUPLN, kerahasiaan bank tersebut dikecualikan. Maksudnya, bahwa untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada BUPLN, pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat BUPLN untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur. Izin tersebut diberikan secara tertulis berdasarkan permintaan tertulis dari kepala BUPLN.

2. Penyelesaian kredit bermasalah melalui badan peradilan