Penyelesaian seperti itu dipandang dari segi kegiatan usaha yang selalu berpedoman cepat dan berbiaya murah kondisinya bertentangan
dengan kedua asas tersebut. Dengan demikian, dikembangkan suatu penyelesaian yang bersifat informal dengan memenuhi kecepatan yang
diharapkan serta berbiaya murah. Atas tuntutan seperti itu maka dikembangkanlah penyelesaian melalui arbitrase.
3. Penyelesaian kredit bermasalah melalui arbitrase
Dasar penyelesaian sengketa melalui arbitrase sekarang telah mempunyai landasan yang kuat, yaitu berupa peraturan perundang-
undangan mengenai arbitrase, sebagaimana dimuat dalam Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. Pengertian arbitrase menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor
30 Tahun 1999, yaitu cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Penyelesaian melalui arbitrase ini dapat dijalankan apabila dalam
perjanjian kredit sebelum timbul sengketa sebelum timbulnya kredit bermasalah telah dimuat klausul arbitrase atau suatu perjanjian
arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbulnya kredit bermasalah tersebut.
Cara penyelesaian melalui lembaga arbitrase ini dilakukan melalui lembaga arbitrase, yaitu suatu badan yang dipilih oleh para pihak yang
Universitas Sumatera Utara
bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu. Penggunaan lembaga arbitrase dalam penyelesaian sengketa
perdagangan termasuk dalam menyelesaikan sengketa perkreditan didasarkan pada beberapa keuntungan tertentu yang tidak diperoleh
dari penyelesaian selain arbitrase. Diantara keuntungan tersebut, yaitu penyelesaiannya relatif tidak
memerlukan waktu yang lama dan dengan sifatnya yang tertutup ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 maka
diharapkan nama baik para pihak terjaga. Di dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999,
disebutkan beberapa kelebihan dari penyelesaian sengketa melalui arbitrase, yaitu para pihak dapat memilih arbiter yang menurut
keyakinannya mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan
adil; para pihak dapat menetukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase; serta
putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan melalui tata cara prosedur para pihak dan dengan melalui tata
cara prosedur sederhana saja ataupun langsung dapat dilaksanakan. Namun, penyelesaian melalui arbitrase ini pun ada kelemahannya,
yaitu tidak adanya kemungkinan untuk meminta sita jaminan konservatoir, seperti halnya pada gugatan perdata biasa.
Universitas Sumatera Utara
Hal-hal yang berkaitan dengan cara penyelesaian sengketa arbitrase, menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, diantaranya :
68
a. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat dilakukan
dengan menggunakan lembaga arbitrase nasional atau internasional berdasarkan kesepakatan para pihak dan
dilakukan menurut peraturan dan acara dari lembaga tersebut, kecuali ditetapkan lain oleh para pihak Pasal 34.
b. Pemeriksaan sengketa dalam arbitrase harus diajukan secara
tertulis, tetapi dapat juga secara lisan apabila disetujui para pihak atau dianggap perlu oleh arbiter atau majelis arbitrase
Pasal 36. c.
Arbiter atau majelis arbitrase terlebih dahulu mengusahakan perdamaian antara pihak yang bersengketa Pasal 45 ayat 1 .
d. Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu
paling lama 180 hari sejak arbiter atau majelis abitrase terbentuk, tetapi dapat diperpanjang apabila diperlukan dan
disetujui para pihak Pasal 48. e.
Putusan arbitrase harus memuat kepala putusan yang berbunyi “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA “; nama singkat sengketa; uraian singkat sengketa; pendirian para pihak; nama lengkap dan alamat
68
Ibid., hlm.571
Universitas Sumatera Utara
arbiter; pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau majelis arbitrase mengenai keseluruhan sengketa; pendapat tiap-tiap
arbitrase dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam majelis arbitrase; amar putusan; tempat dan tanggal putusan; dan tanda
tangan arbitrase atau majelis arbitrase Pasal 54 ayat 1 . f.
Dalam putusan ditetapkan suatu jangka waktu putusan tersebut harus dilaksanakan Pasal 54 ayat 4 .
g. Apabila pemeriksaan sengketa telah selesai, pemeriksaan
segera ditutup dan ditetapkan hari sidang untuk mengucapkan putusan arbitrase Pasal 55 dan diucapkan dalam waktu paling
lama tiga puluh hari setelah pemeriksaan ditutup Pasal 57. h.
Dalam waktu paling lama empat belas hari setelah putusan diterima, para pihak dapat mengajukan permohonan kepada
arbiter atau majelis arbitrase untuk melakukan koreksi terhadap kekeliruan administratif danatau menambah danatau
mengurangi sesuatu tuntutan putusan Pasal 58. Ketentuan-ketentuan prosedur di atas dimaksudkan untuk menjaga
agar jangan sampai penyelesaian sengketa melalui arbitrase menjadi berlarut-larut sehingga dalam arbitrase tidak terbuka upaya hukum
banding, kasasi, ataupun peninjauan kembali.
4. Penyelesaian kredit bermasalah melalui BPPN