arbiter; pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau majelis arbitrase mengenai keseluruhan sengketa; pendapat tiap-tiap
arbitrase dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam majelis arbitrase; amar putusan; tempat dan tanggal putusan; dan tanda
tangan arbitrase atau majelis arbitrase Pasal 54 ayat 1 . f.
Dalam putusan ditetapkan suatu jangka waktu putusan tersebut harus dilaksanakan Pasal 54 ayat 4 .
g. Apabila pemeriksaan sengketa telah selesai, pemeriksaan
segera ditutup dan ditetapkan hari sidang untuk mengucapkan putusan arbitrase Pasal 55 dan diucapkan dalam waktu paling
lama tiga puluh hari setelah pemeriksaan ditutup Pasal 57. h.
Dalam waktu paling lama empat belas hari setelah putusan diterima, para pihak dapat mengajukan permohonan kepada
arbiter atau majelis arbitrase untuk melakukan koreksi terhadap kekeliruan administratif danatau menambah danatau
mengurangi sesuatu tuntutan putusan Pasal 58. Ketentuan-ketentuan prosedur di atas dimaksudkan untuk menjaga
agar jangan sampai penyelesaian sengketa melalui arbitrase menjadi berlarut-larut sehingga dalam arbitrase tidak terbuka upaya hukum
banding, kasasi, ataupun peninjauan kembali.
4. Penyelesaian kredit bermasalah melalui BPPN
69
69
Penyelesaian melalui BPPN hanya berlangsung saat lembaga tersebut masih ada, yaitu sampai tahun 2004. kini perjalanannya merupakan bagian sejarah perbankan Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Penanganan piutang negara oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional terbatas pada piutang yang terjadi karena proses penyehatan
perbankan. Hal demikian karena Badan Penyehatan Perbankan Nasional itu sendiri sebagai lembaga yang bersifat sementara didirikan
untuk penyehatan perbankan. Dengan demikian, piutang negara yang ditanganinya hanya menyangkut piutang negara yang berasal dari
kredit yang ada pada bank dalam penyehatan. Badan Penyehatan Perbankan Nasional dalam menangani piutang
negara dapat melakukan penagihan piutang yang sudah pasti berasal dari bank dalam penyehatan. Yang dimaksud piutang bank dalam
penyehatan termasuk juga piutang yang sudah dialihkan kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional.
Pelaksanaan penagihan melalui cara-cara sebagai berikut :
70
Penerbitan surat paksa dilakukan apabila debitur melalaikan kewajiban membayar atau kewajiban lainnya berdasarkan
a. Penerbitan surat paksa Penerbitan surat paksa secara formal sekurang-kurangnya harus
mengikuti ketentuan yang diatur dalam Pasal 56 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999. Dengan memenuhi formalitas
yang ada, maka surat paksa tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
70
Ibid., hlm. 571.
Universitas Sumatera Utara
dokumen kredit, dokumen pemberian hak jaminan, pernyataan yang telah dibuat sebelumnya, danatau dokumen lainnya; dan
kepada debitur danatau penanggung utang telah disampaikan surat pemberitahuan atau peringatan melalui surat tercatat untuk
membayar atau dokumen lain yang dipersamakn dengan itu oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional.
b. Penyitaan Dalam waktu satu hari setelah diterimanya surat paksa, Badan
Penyehatan Perbankan Nasional berwenang melakukan eksekusi atas kekayan milik debitur. Penyitaan dapat dilakukan terhadap
seluruh kekayaan milik debitur termasuk kekayaan milik debitur yang berada dalam penguasaan pihak ketiga dan dikecualikan
kekayaan milik debitur yang berupa barang-barang bergerak yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.
Surat penyitaan harus memenuhi ketentuan formal yang ditentukan pada Pasal 58 ayat 3 dan dilakukan oleh juru sita dengan dibantu
dua orang saksi dan dituangkan dalam Berita Acara Penyitaan yang ditandatangani oleh juru sita dan dua orang saksi tersebut.
Berita Acara Penyitaan tersebut harus didaftarkan pada kantor pendaftaran untuk dicatat oleh pejabat kantor pendaftaran yang
berwenang pada buku pendaftaran yang terkait tentang adanya penyitaan tersebut.
c. Pelelangan
Universitas Sumatera Utara
Penjualan kekayaan milik debitur yang telah disita dilakukan melalui pelelangan. Pembagian hasil penjualan dilaksanakan
berdasarkan ketentuan hak memperoleh pemenuhan pembayaran lebih dahulu yang berlaku atas piutang negara, sesuai prundang-
undangan yang berlaku. Badan Penyehatan Perbankan Nasional mempunyai kewenangan
yang besar karena upaya hukum apapun yang belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap tidak mencegah atau menunda
pelaksanaan tindakan hukum yang dilakukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional.
Badan Penyehatan Perbankan Nasional dapat menerbitkan surat pencabutan sita atas barang yang dilakukan penyitaan, dalam hal
utang debitur telah dibayar lunas yang dibuktikan dengan surat tanda lunas yang dikeluarkan oleh Badan Penyehatan Perbankan
Nasional atau dalam hal telah tercapai kesepakatan lain dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional.
Selanjutnya, kantor pendaftaran mencatat pencabutan blokir danatau pengangkatan sita eksekusi atas permintaan debitur yang
disertai dengan surat pencabutan sitanya. Kewenangan yang dimiliki oleh Badan Penyehatan Perbankan
Nasional seperti dalam penanganan kredit bermasalah ini merupakan sesuatu yang bersifat lex specialis derogat lex generalis
terhadap peraturan perundang-undangan lainya, maka
Universitas Sumatera Utara
penerapannya perlu dilandasi dengan kehati-hatian serta menjunjung asas keterbukaan. Pemberian kewenangan khusus
demikian karena besarnya jumlah uang negara yang harus dipulhkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian bab-bab terdahulu dalam penulisan skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Yang menyebabkan terjadinya hubungan antara pihak bank dengan
nasabah ialah suatu perjanjian yang berarti para pihak dalam hal ini bank dan nasabah mempunyai hak dan kewajiban. Dengan
demikian akibat dari suatu perjanjian tersebut ialah mengikat bagi para pihak yang membuatnya, yang dalam hal ini terkandung asas
kebebasan berkontrak dimana semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. 2.
Wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian kredit dengan jaminan deposito ialah suatu bentuk pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat
pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Dalam hal ini wanprestasi itu terjadi ketika pihak debitur melakukan
perbuatan yang dilarang dalam perjanjian atau dikatakan tidak lagi memenuhi perikatan, maka ia dikatakan wanprestasi. Berkenaan
dengan itu perbedaannya terletak terhadap apa yang menjadi objek dari jaminan yang diberikan pada perjanjian kredit, dalam hal ini
ialah simpanan deposito.
Universitas Sumatera Utara