2. Berdasarkan Perjanjian Internasional PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG

terhadap kehormatannya, terutama terhadap perkosaan, perbudakan seksual dan atau berbagai bentuk pelecehan dan kekerasan seksual lainnya. Protokol II Konvensi Jenewa mengenai perlindungan penduduk Sipil dalam konflik Bersenjata Internal, dalam Pasal 4 ayat 2 e juga secara jelas mengatur mengenai perkosaan : “………… outrages upon personal dignity, in particular humiliating and degrading treatment, rape, enforced prostitution and any form if indecent assault” atas martabat pribadi, dalam menghinakan martabat dan perawatan khusus, pemerkosaan, prostitusi dipaksakan dan setiap bentuk jika serangan tidak senonoh

A. 2. Berdasarkan Perjanjian Internasional

Perkosaan telah dikecam oleh hukum internasional sudah sejak lama. Ahli hukum internasional Scholars Belli 1563, Gentili 1612 and Grotius 1625 mengatakan bahwa perkosaan diwaktu perang sebagai kejahatan perang 42 1. Komisi pasca Perang Dunia I, Versailles Commission, telah mengakui perkosaan sebagai kejahatan perang. Control Council Law No. 10, telah . Selain Konvensi Jenewa IV 1949 beserta kedua protokolnya, ada beberapa perjanjian-perjanjian internasionalnya lainnya yang mengatur mengenai perlindungan terhadap perempuan selama berlangsungnya perang baik secara langung maupuntidak langsung. Perjanjian – perjanjian tersebut antara lain : 42 Karen Parker, J.D., “United Nations Commissions On Human Rights Fifty-first session Agenda item 11”, War Rape, http:www.webcom.comhrinparkerc95-11.html , diakses tanggal 17 Juli 2010. 38 Universitas Sumatera Utara memasukkan kejahatan tehadap kemanusian, termasuk didalamnya perkosaan diwaktu perang, dalam piagam Nuremberg dan Tokyo 43 2. Konvensi Den Hague, pelaksanaan Perang Dunia II juga telah melakukan pelarangan terhadap tindak perkosaan diwaktu perang dan berbagai tindak kekerasan seksual lainnya. . 3. The Covenant of The League of Nations termasuk Amandemen December, 1924 Article 23. Subject to and in aacordance with the provisions of international conventions existing or hereafter to be agreed upon, the Members of the League : a Will endeavour to secure and maintain fair and humane conditions of labour for men, women, and children, both in their own countries and in all coutries to which their commercial and industrial relations extendm and for that purpose will establish and maintain the necessary international organisations; Pasal 23. Untuk tunduk dan di aacordance dengan ketentuan konvensi internasional yang ada atau selanjutnya yang disepakati, Anggota Liga: A Apakah usaha untuk mengamankan dan mempertahankan kondisi yang adil dan manusiawi tenaga kerja untuk pria, wanita, dan anak-anak, baik di negara mereka sendiri dan dalam segala yang mereka coutries hubungan komersial dan industri extendm dan untuk tujuan tersebut akan membangun dan memelihara yang diperlukan organisasi internasional; negara dan di semua coutries yang mereka hubungan komersial dan industri extendm dan untuk tujuan tersebut akan membentuk dan memelihara organisasi internasional yang diperlukan; 4. International Convention for the Suppression of the Traffic in Persons and of the Exploitation of the Prostitution of Others. Konvensi ini dirumuskan oleh komisi sosial, budaya dan kemanusiaan PBB dan disetujui oleh Sidang Umum dengan dikeluarkannya resolusi 317 43 Karen Parker, Ibid 39 Universitas Sumatera Utara IV tertanggal 2 Desember 1949. Konvensi ini merupakan gabungan dari empat buah konvensi yang dirancang untuk memberikan perlindungan bagi perempuan dan anak-anak. Keempat konvensi tersebut adalah : a. Persetujuan internasional untuk penghapusan perdagangan budak kulit putih tanggal 18 Mei 1904 Internasional Agreement for the Suppression of the White Slave Traffic b. Persetujuan internasional untuk penghapusan perdagangan budak kulit putih tanggal 4 Mei 1910 Internasional Agreement for the Suppression of The White Slave Traffic. c. Konvensi internasional untuk penghapusan perdagangan perempuan dan anak tertanggal 30 September 1921 Convention for the Suppression of Traffic in Women and Children d. Konvensi internasional untuk penghapusan perdagangan perempuan dewasa Convention for the Suppresion of Trafic in Women of Full Age di Jenewa, 11 Oktober 1933. Konvensi dikeluarkan karena pandangan yang berkembang bahwa pelacur adalah korban dan karena itu hukuman harus dijatuhkan terhadap yang menjerumuskan dan mengeksploitasi mereka. Termasuk pula mereka yang secara finansial terlibat dalam pengelolaan atau pengoperasian rumah pelacuran atau siapapun yang menyewakan atau menyewa tempat-tempat untuk melacurkan orang-orang lain. Indonesia belum meratifikasi konvensi ini. 40 Universitas Sumatera Utara 5. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1979. Sejak tahun 1984, dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1984, Indonesia telah meratifikasi konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan Convention On The Elimination of Violence Against Women-CEDAW. Konvensi ini mengatur mengenai berbagai hal yang menyangkut perlindungan bagi kaum perempuan dari berbagai tindakan diskriminasi yang berdasarkan jenis kelamin. 6. Vienna Declaration Programme of Action World Conference on Human Rights, Vienna, 14-25 June 1993. Berisikan deklarasi bersama negara-negara mengenai komitmen terhadap pelaksanaan pembelaan dan penegakan hak asasi manusia termasuk didalamnya hak asasi perempuan sebagai bagian dari hak asasi manusia. 7. Declaration on the Elimination of Violence Against Women 1994, Beijing Declaration 1995. Dalam deklarasi ini digambarkan halangan-halangan yang dihadapi oleh kaum perempuan untuk dapat eksis secara utuh diberbagai bidangsubyek, dibahas pula mengenai cara-cara mengantisipasi hal-hal tersebut. Menyadari rentannya tindak kekerasan yang dialami oleh perempuan menyebabkan topik ini dibahas tersendiri. Dikatakan pula 41 Universitas Sumatera Utara bahwa meningkatnya kekerasan yang dialami oleh kaum perempuan tersebut disebabkan oleh : a. Rendahnya Perlindungan hukum, b. Rendahnya akses dan ketidakefektifan penegakan hukum yang dilakukan oleh pejabat publik. Dalam Deklarasi status perempuan yang sangat sering mengalami perkosaan ketika berada dalam konflik bersenjata dibahas. Dikatakan bahwa perkosaan yang seringkali dilakukan sebagai tindakan untuk genosida adalah sebuah kejahatan. 8. Piagam PBB, Deklarasi Hak Asasi Manusia Charter of the United Nations, Universal Declaration of Human Rights Menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak setiap orang tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan, kepentingan politik, bahasa, bangsa. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 2, 7, 16 dan 25 dari Piagam PBB. 9. International Covenant on Economic, Social dan Cultural Rights Ditegaskan bahwa para kaum perempuan memiliki hak yang sama besarnya dengan anggota masyarakat lainnya dalam suatu komunitas dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya Pasal 2 dan 3. Dinyatakan pula dalam konvensi ini bahwa perlindungan dan pendampingan yang maksima adalah berasal dari keluarga yang merupakan satuan unit yang paling mendasar dalam masyarakat Pasal 10. 42 Universitas Sumatera Utara 10. International Covenant On Civil And Political Rights Perempuan sebagai warga negara juga memiliki hak dan kewajiban yang sama besarnya dalam bidang politik dan kenegaraan lainnya tanpa adanya diskriminasi Pasal 12. Perlakuan yang sama tanpa membedakan jenis kelamin merupakan hak yang tidak akan dipinggirkan oleh pihak lain Pasal 3. 11. Konvensi mengenai Hak Anak Convention On The Rights Of the Child Anak-anak sebagai bagian dari masyarakat berhak atas sejumlah hak yang menjadi milik mereka, termasuk ketika terjadi suatu konflik bersenjata. Hak dalam berbagai bidang tanpa adanya pembedaan termasuk diantaranya pembedaan jenis kelamin Pasal 2. 12. Convention On The Elimination Of All Forms Of Dicrimination Against Women Mengatur mengenai pelarangan terjadinya diskriminasi terhadap kaum perempuan dalam berbagai bidang kehidupan dan dalam berbagai tindakan dikarenakan jenis kelamin yang dimilikinya. Dalam konvensi ini dibahas mengenai pengertian diskriminasi terhadap perempuan, dimana artinya adalah : setiap pembedaan, pengucilan, atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya oleh kaum perempuan, terlepas dari status 43 Universitas Sumatera Utara perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara pria dan perempuan Pasal 1. Konvensi ini mengatur secara detail hak-hak kaum perempuan diberbagai bidang kehidupan. 13. Convention On The Elimination Of Violence Against Women Berangkat dari banyaknya tindak kekerasan yang dialami oleh perempuan diberbagai bidang, konvensi ini mencoba untuk mengeliminir hal tersebut. Perempuan hendaknya dipandang sebagai manusia seutuhnya yang juga memiliki hak-hak untuk hidup dengan bebas dan aman dari berbagai tindak kekerasan. Konvensi ini mencoba memberikan defenisi kekerasan terhadap perempuan. Yang mana diartikan sebagai Pasal 1 : “violence against women” means any act of gender-based violence that results in, or is likely to result in, physical, sexual or psychological harm or suffering to women, including threats of such acts, coercion or arbitrary deprivation of liberty, whether occuring in public or in private life. Kekerasan terhadap perempuan berarti setiap tindakan kekerasan berbasis gender yang mengakibatkan, atau mungkin mengakibatkan, fisik, seksual atau psikologis atau penderitaan merugikan perempuan, termasuk ancaman tindakan seperti itu, pemaksaan atau perampasan kebebasan sewenang-wenang, apakah terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi”. Perempuan sebagai seorang manusia juga memiliki hak-hak yang sifatnya sangat mendasar dan harus dihormati, diantaranya hak untuk hidup, kesetaraan, perlindungan hukum tanpa adanya pembedaan, hak untuk bekerja dan termasuk pula didalamnya hak untuk tidak menjadi 44 Universitas Sumatera Utara korban penyiksaan atau tindakan kejampenghukuman yang tidak berperikemanusiaan Pasal 3. Dikatakan pula bahwa negara harus mengecam segala bentuk tindakan kekerasan terhadap perempuan dan dapat mencegah segala bentuk tradisi, kebiasaan-kebiasaan atau pun pertimbangan-pertimbangan agama yang dapat merugikan kepentingan perempuan dan membuatnya rentan dari tindak kekerasan. Selain itu ditegaskan pula adalah kewajiban pemerintah untuk dapat mencegah segala bentuk tindakan kekerasan terhadap perempuan termasuk didalamnya melakukan kerjasama antar negara Pasal 4. 14. Instruksi Pemerintah terhadap tentara Pemerintah Amerika Serikat yang berada di lapangan. Dikeluarkan oleh Presiden Lincoln pada tanggal 24 April 1863 General Orders No. 100. Kejahatan Perkosaan sudah lama dikenal dalam hukum kebiasaan internasional, undang-undang Leiber The Leiber Code mengkategorikan perkosaan sebagai pelanggaran khusus. Segala bentuk perusakan materi tanpa ijin atasan yang berwenang, segala bentuk perkosaan, pembunuhan dan penyiksaan terhadap penduduk sipil dilarang dan diancam dengan hukuman mati atau hukuman lainnya yang dianggap pantas dengan besarnya kejahatan yang dilakukan. 45 Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENERAPAN PERANGKAT HUKUM INTERNASIONAL DALAM