dalam mencegah munculnya konflik dan akan mengurangi pelanggaran- pelanggaran di masa yang akan datang
48
Peran pengadilan internasional yang dianggap sangat penting dalam mencegah kasus-kasus perkosaan serupa terjadi dimasa yang akan datang
membawa terselenggaranya Pengadilan Tokyo tahun 2000 International Women’s War Crimes Tribunal on Japan’s Military Sexual Slavery.
Meskipun putusan yang dikeluarkan tidak memiliki kekuatan hukum sama sekali namum yang dicoba untuk dilakukan adalah memberikan preseden
hukum ke masyarakat bahwa tindakan sebrutal dan sesadis yang telah dialami oleh para mantan Jugun Ianfu jangan sampai terulang kembali
.
49
Pengadilan internasional memiliki peran yang sangat signifikan dalam menyelesaikan kasus-kasus perkosaan di waktu perang. Apakah keadilah
suatu kasus terpenuhi atau tidak sangat tergantung dari hasil putusan yang .
C. 2. Peran Pengadilan Internasional dalam Menyelesaikan Kasus- kasus Perkosaan di Waktu Perang
Peranan pengadilan internasional dalam menyelesaikan kasus-kasus perkosaan di waktu perang dapat dilihat lewat pengadilan militer
internasional untuk Timur Jauh tahun 1946 International Military fo the Far East pengadilan internasional untuk Rwanda tahun 1994 International for
Rwanda, dan peranan pengadilan internasional untuk bekas Yugoslavia tahun 1993 International Tribunal for Former Yugoslavia
48
Kofi Anan, Prevention of Armed Conflict; Report of the Secretary General. United Nations : New York : 2002
49
Penjelasan lengkap lihat di Sub Bab IV.
56
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan oleh suatu pengadilan. Demikian pula halnya dengan putusan yang dikeluarkan pengadilan internasional dalam menyelesaikan kasus-kasus
perkosaan di waktu perang.sebagai contoh pengadilan militer untuk timur jauh yang diadakan pada 3 Mei 1946 merupakan pengadilan bagi para tentara
Jepang yang melakukan kejahatann perang. Banyak pihak terutama pemerhati masalah-masalah perempuan, yang menganggap bahwa pengadilan ini
merupakan suatu kegagalan besar dalam penegakan hukum terhadap para pelaku kejahatan perang
50
Pengadilan ini, menggunakan konsep dari pengadilan Nurenbergh pengadilan penjahat perang NAZI – Jerman, diantaranya; kejahatan
terhadap perdamaian. Crimes against peace, kejahatan terhadap kemanusiaan crimes against humanity, kejahatan perang war crimes dan
perang agresif agression tetapi tidak dengan kesalahan kolektif. Pengadilan internasional untuk Rwanda dan Bosnia sampai dengan
saat ini masih terus melakukan persidangan-persidangan untuk meminta pertanggungjawaban individu atas tindakan mereka ketika konflik
berlangsung. .
Dalam statuta ICTY Jurisdiksi Pengadilan dijelaskan dalam 4 Pasal yaitu jurisdiksi terhadap pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa 1949
grave breaches of the Geneva Convention – Pasal 2, pelanggaran terhadap hukum dan kebiasaan hukum perang violation of the laws or customs of war-
50
Wu Tianwei, The Failure of The Tokyo Trial, http:www.centurychona.comwiihistjapdenyTokyotial.html
, diakses tanggal 26 maret 2010.
57
Universitas Sumatera Utara
Pasal 3, genosida genocide-Pasal 4 dan perang agresif agression tetapi tidak dengan kesalahan kolektif
51
Pengadilan internasional untuk Rwanda dan Bosnia sampai dengan saat ini masih terus melakukan persidangan-persidangan untuk meminta
pertanggungjawaban individu atas tindakan mereka ketika konflik berlangsung.
Dalam statuta ICTY Jurisdiksi Pengadilan dijelaskan dalam 4 Pasal yaitu Jurisdiksi terhadap pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa 1949
grave breaches of the Geneva Convetnion – Pasal 2, pelanggaran terhadap hukum dan kebiasaan hukum perang violation of the laws or customs of war
– Pasal 3, genosida genocide-Pasal4 dan kejahatan terhadap kemanusiaan crimes against humanity-Pasal 5. Dari keempat Pasal yang mengatur
masalah jurisdiksi tersebut, hanya Pasal 5 yang menyebutkan perkosaan secara spesifik, meskipun demikian keempat Pasal lainnya dapat juga
digunakan untuk menjerat pelakupihak yang bertanggungjawab terhadap perkosaan di waktu perang.
Dalam Statuta ICTR, pengadilan berwenang atas kasus genosida genocide-Pasal 2, kejahatan terhadap kemanusiaan Crimes against
humanity-Pasal 3, kejahatan perang yang dapat diterapkan dalam konflik internal Pasal 4.
.
51
Wu Tianwei, Ibid
58
Universitas Sumatera Utara
Kedua pengadilan internasional ini hanya memiliki jurisdiksi atas pribadi perorangan saja natural persons-Pasal 61 statuta ICTR dan Pasal 7
statuta ICTY.
C.3. Kasus-kasus yang pernah diputuskan
Sampai dengan saat ini telah ada beberapa putusan pengadilan yang berhasil dikeluarkan oleh pengadilan internasional yang berwenang dalam
menyelesaikan kasus-kasus perkosaan terhadap perempuan di waktu perang. Putusan – putusan pengadilan internasional tersebut kemudian menjadi
preseden hukum baru dalam penegakan hak asasi manusia terutama hak asasi perempuan secara internasional.
C. 3. 1. Kasus Jepang