Pengertian PerangKonflik Bersenjata dalam Hukum Humaniter

BAB II TINDAK PERKOSAAN DI WAKTU PERANG

A. Pengertian PerangKonflik Bersenjata dalam Hukum Humaniter

Perang merupakan suatu bentuk hubungan yang hampir sama tuanya dengan peradaban manusia dimuka bumi. Mochtar Kusumaatmadja mengatakan bahwa sebagian besar sejarah manusia diwarnai dengan peperangan 14 Menurut Larry May dari Washington University, Amerika Serikat mengatakan ada beberapa argumen moral yang biasa dijadikan pegangan sehingga perang atau konflik bersenjata menjadi diterima sebagai “sesuatu” yang benar. Secara teoritis ini juga yang sering digunakan oleh kalangan militer di Indonesia dalam membenarkan perlunya mengangkat senjata dalam melawan “musuh”, siapapun mereka. Alasan – alasan tersebut, yaitu . 15 a. Prinsip membela diri : b. Berkaitan dengan adanya suatu permintaankewajiban bahwa kita semua dimintawajib untuk membantu orang – orang yang tidak bersalah yang menderita. c. Kekerasan senjata “terpaksa” digunakan untuk mencegah kejahatan yang lebih besar lagi. 14 Quincy Wright, A study of War, The University Chicago Press, Chicago, 1951, p.30-33, dikutip dari Hukum Humaniter Suatu Perspektif, ed. Fadillah Agus, Pusat Studi Hukum Humaniter, Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta : 1997, hal 1 – 3. 15 Nur Iman Subono, “Konflik bersenjata, Kekerasan Militer dan Perempuan,” dalam Yayasan Jurnal Perempuan, Perempuan di Wilayah Konflik, SMKG Desa Putera, Jakarta : Juli : 2002, hal : 110 14 Universitas Sumatera Utara Meskipun demikian, perang lebih sering digunakan bukan dengan alasan – alasan moral tersebut melainkan demi kekuasaan, uang, dan alat politik. Seorang ahli perang internasional, Quincy Wright mengkategorikan empat tahapan perkembangan sejarah perang yaitu 16 1. Perang yang dilakukan oleh binatang by animals ; : 2. Perang yang dilakukan oleh manusia primitif by primitive men; 3. Perang yang dilakukan oleh manusia yang beradab by civilized men; 4. Perang yang menggunakan teknologi modern by using modern technology. Ia mendefenisikan perang sebagai suatu keadaan hukum yang secara seimbang memperbolehkan dua kelompok atau lebih yang saling bermusuhan melakukan suatu konflik dengan didukung oleh kekuatan senjata. War will be considered the legal condition which equality permits two or more hostile groups to carry out a conflict by armed force 17 perang akan dipertimbangkan kondisi hukum yang sama memungkinkan dua atau lebih kelompok bermusuhan untuk melaksanakan suatu konflik dengan kekerasan bersenjata 18 Dalam hukum humaniter, suatu keadaan dikatakan perang berdasarkan dua unsur, yaitu 19 1. Adanya konflik yang menggunakan kekuatan bersenjata disatu wilayah. : 16 Quincy Wright, Ibid. 17 Quincy Wright, Ibid. 18 Diterjemahkan oleh Penulis 19 Hukum Humaniter Suatu Perspektif, ed. Fadillah Agus, Pusat Studi Hukum Humaniter, Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta : 1997, hal 2-4 15 Universitas Sumatera Utara 2. Intensitas penggunaan kekuatan bersenjata yang cukup tinggi dan terorganisir. Sejalan dengan perkembangan situasi maka istilah perang kemudian digantikan dengan sangketa bersenjata armed conflict. Hal ini dikarenakan orang berusaha untuk agresor. Tetapi dalam kenyataannya tetap ada konflik yang secara teknis intensitasnya sama dengan perang. Menurut beberapa ahli hukum, istilah ini dianggap lebih sesuai karena lebih masuk akal. Karl Joseph Partsch membedakan anatara sangketa bersenjata internasional international armed conflict dan sanketa bersenjata non- internasional non international armed conflict. Kedua istilah ini dapat ditemukan pada Konvensi Janewa 1949. Pengertian international armed conflict dapat ditemukan antara lain pada commentary Konvensi Janewa 1949, sebagai berikut : Any difference arising between two states and leading to the armed forces is an armed conflct within the meaning of article 2, even if one of the Parties dinies the existence of a state of war. It makes no difference how long the conflict lasts, or how much slaughter take place. perbedaan yang timbul antara dua Negara dan menyebabkan intervensi anggota angkatan bersenjata adalah konflik bersenjata dalam arti Pasal 2, bahkan jika salah satu pihak dinies adanya keadaan perang. Tidak ada bedanya beberapa lama konflik berlangsung,atau berapa banyak mengambil tempat pembantaian Dalam Pasal 2 konvensi Janewa 1949 dapat ditemukan bahwa yang dimaksud dengan international armed conflict adalah perang yang terjadi antar negara. 16 Universitas Sumatera Utara ……… the present convention shall aply to all cases of declared war or of any other armed conflict which may arise between two or more of the high Contracting Parties, even if the state of war is not recognized …… konvensi ini harus digunakan untul semua kasus menyatakan perang atau konflik bersenjata lainnya yang mungkin timbul antara dua atau lebih dari pihak kontrak tinggi,bahkan jika keadaan perang tidak diaku Jika dalam Konvensi Janewa yang dikategorikan sebagai konflik bersenjata internasional adalah yang terjadi antar negara, maka dalam Protokol I 1977 Protocol Addition to the Geneva Convention of August 1949 Relating to the Protection of the Victims of International Armed Conflict diatur mengenai CAR conflicts yang juga termasuk dalam sangketa bersenjata internasional. Yang dimaksud dengan CAR conflict conflict Against Racist Regime ini adalah fighting against Colonial domination; Alien occupation; and against Racist Regime pasa 1 ayat 4 Protokol 1 1977. Untuk istilah Non-international Armed Conflict dapat dilihat dalam Pasal 3 Konvensi Jenewa 1949. Konvensi Jenewa 1949 tidak menjelaskan secara rinci kriteria-kriteria yang diperlukan untuk mengindentifikasi suatu keadaan sehingga dapat digolongkan kedalam Non-international Armed Conflict. Kriteria – kriteria tersebut baru dapat ditemukan dalam Pasal 1 ayat 1 dan 2 protokol II 1997. 1. This Protocol, which develops and supplements Article 3 common to the Geneva Conventions of 12 August 1949 without modifying its existing conditions of application, shall apply to all ared conflicts which are not covered by Aricle 1 of the Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949, and relating to the Protection of Victims of International Armed Conflcts Protocol I and which take place in the territory of a High Contracting Party between its armed forces and dissident armed groups which, under 17 Universitas Sumatera Utara responsible command, exercise such control over a part of its territory as to enable the to carry out sustained and concerted military operations and to implement this Protocol. Protokol ini, yang berkembang dan suplemen Pasal 3 umum untuk Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 tanpa mengubah kondisi yang ada aplikasi, akan berlaku untuk semua konflik ared yang tidak tercakup oleh Aricle 1 dari Protokol Tambahan untuk Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949, dan berkaitan dengan Perlindungan Korban Conflcts Bersenjata Internasional Protokol I dan yang berlangsung di wilayah suatu Pihak Tinggi antara pasukan bersenjata dan kelompok-kelompok bersenjata pembangkang yang, di bawah komando yang bertanggung jawab, melakukan kontrol tersebut selama bagian dari nya wilayah untuk memungkinkan untuk melakukan operasi militer yang berkelanjutan dan terpadu dan melaksanakan Protokol ini. 2. This Protocol shall not apply to situations of internal disturbances and tensions, such as riots, isolated and sporadic acts of violence and other acts of a similar nature, as not being armed conflicts 20 Protokol ini tidak berlaku untuk situasi gangguan internal dan ketegangan, seperti kerusuhan, tindakan isolasi dan sporadis kekerasan dan tindakan-tindakan lain yang sifatnya serupa, karena tidak menjadi konflik bersenjata. . Ketika perang atau konflik bersenjata terjadi banyak kerusakan – kerusakankerugian yang muncul baik itu bentuknya materi maupun psikis. Untuk meminimalkan kerusakan – kerusakan tersebut maka kemudian dikenal teori – teori yang bertujuan untuk memanusiawikan perang konflik bersenjata yang terjadi tersebut. Dikenallah teori mengenai Perang yang AdilJust War Theory yang dikemukakan oleh Douglas P. Lackey, seorang profesor filsafat dari City University, New York. Meskipun dalam teori ini terungkap bahwa perang dapat dibenarkan, tapi sedikitknya ada hal prinsip dasar didalamnya yang harus disimak baik-baik, yaitu 21 20 Fadillah Agus, Ibid. 21 Nur Iman Subono, hal : 111-112 : 18 Universitas Sumatera Utara a. perang tersebut dibenarkan secara moral setelah keadilan, hak asasi manusia, kebaikan umum dan semua konsep moral yang relevan lainnya telah dikonsultasikan dan dipertimbangkan terhadap fakta-fakta dan kaitannya satu sama lain. b. Penggunaan kekerasan tidak boleh ditujukan kepada penduduk sipil yang tidak berdosa. c. Berlakunya prinsip keseimbangan yang merupakan kunci yang membatasi unsur dalam suatu pembenaran kekerasan. Yang dimaksud disini adalah kejahatan dari penggunaan kekerasan harus berada dalam perimbangan dengan kejahatan yang dikurangi oleh kekerasan.

B. Posisi Perempuan sebagai Korban dalam Konflik Bersenjata