Masa Penjajahan Sejarah Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM PT. ANGKASA PURA II BANDARA POLONIA MEDAN

3.1 Sejarah Perusahaan

Bandar Udara Polonia Medan dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa Pura II yang sebelumnya dikelola oleh Bandar Udara Polonia di bawah naungan PT. persero Angkasa Pura I. Perusahaan Angkasa Pura merupakan salah satu perusahaan BUMN Badan Usaha Milik Negara yang didirikan berdasarkan salah satu perusahaan pemerintah PP Nomor.33 tanggal 15 November 1962 dengan nama Perusahaan Negara Angkasa Pura “kemayoran”. Secara rinci penjelasan Bandara Udara Polonia Medan dalam melayani penumpang dibagi dalam 3 masa yakni :

3.1.1 Masa Penjajahan

Pada awalnya Bandar Udara Polonia dibangun tahun 1872 oleh Baron Misxhalsky, seorang bangsa Polandia yang dapat konsensi dari Pemerintah Hindia Belanda untuk membuka perkebunan tembakau di bagian Sumatera Timur Medan. Kemudian beliau menamakan daerah konsesinya dengan nama “Polonia” nama negeri kelahirannya. Tahun 1879 karena suatu hal, konsesi atas tanah perkebunan itu berpindah tangan kepada Deli Maatschappij Deli MIJ atau NV Deli Maskapai. Pada tahun itu terdapat kabar bahwa pionir penerbang bangsa Belanda yaitu Van Der Hoop Hindia akan menerbangkan pesawat kecilnya Fokker dari Eropa ke wilayah Hindia Belanda dalam waktu 20 jam terbang. Maka Deli MIJ yang memegang konsesi atas tanah itu, menyediakan sebidang lahan atau tanah untuk diserahkan sebagai lapangan terbang pertama di kota Medan. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1924, setelah berita pertama tentang kedatangan pesawat udara itu tidak terdengar lagi, maka rencana kedatangan pesawat udara kembali terdengar. Mengingat waktu itu sangat pendek, persiapan untuk lapangan terbang tidak dapat dikejar, akhirnya pesawat kecil yang diawaki van der Hoop yang menumpangi pesawat Fokker mendarat di lapangan pacuan kuda yakni Deli Renvereeniging, disambut oleh Sultan Deli Sulaiman Syariful Alamsyah seorang sultan dari kesultanan serdang beserta seluruh rakyatnya yang menyambut dengan gembira. Kemudian Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah dijamu sebagai orang pertama yang menaiki pesawat itu untuk melihat-lihat kota Medan dari Udara. Setelah pesawat pertama kali mendarat di kota Medan, maka Asisten Residen Sumatera Timur Mr. C.S. Van Kepen mendesak pemerintah Hindia Belanda yang selalu menunda-nunda, agar mempercepat dropping dana untuk menyelesaikan pembangunan lapangan terbang Polonia guna keperluan sipil maupun militer yang biayanya paling sedikit FL. 70.000 Gulden. Pada 1928 lapangan terbang Polonia dibuka secara resmi, ditandai dengan mendaratnya enam pesawat udara milik KNILM, anak perusahaan KLM, pada landasan yang masih darurat, berupa tanah yang dikeraskan. Mulai tahun 1930, perusahaan penerbangan Belanda KLM serta anak perusahaannya KNILM membuka jaringan penerbangan ke Medan secara berkala. Pada tahun 1936 lapangan terbang Polonia untuk pertama kalinya melakukan perbaikan yaitu pembuatan landasan pacu runway sepanjang 600 meter. Pada tahun 1975, berdasarkan keputusan bersama Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Perhubungan dan Departemen Keuangan, pengelolaan pelabuhan udara Polonia menjadi hak pengelolaan bersama antara Pangkalan Udara AURI dan Pelabuhan Udara Universitas Sumatera Utara Sipil. Dan mulai 1985 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1985, pengelolaan pelabuhan udara Polonia diserahkan kepada Perum Angkasa Pura yang selanjutnya mulai 1 Januari 1994 menjadi PT. Angkasa Pura II Persero. Bandara Polonia mempunyai luas sebesar 144 hektar. Panjang landasan pacu saat ini adalah 2.900 meter, sementara yang dapat digunakan sepanjang 2.625 meter sehingga terdapat displaced threshold sebesar 275 meter. Hal ini terjadi karena banyaknya benda yang menghalang di sekitar tempat lepas landas dan mendarat. Polonia juga memiliki 4 penghubung landasan pacu dengan tempat parkir pesawat taxiway dan tempat parkir pesawat apron seluas 81.455 meter. Polonia dirancang untuk dapat memuat maksimum sekitar 900.000 penumpang. Selanjutnya secara bertahap berdasarkan surat keputusan menteri keuangan No.553MK1994 pada tanggal 22 Januari 1994, PT Angkasa Pura mendapat tugas tambahan untuk mengelola Bandar Udara Polonia Medan dan dilanjutkan lagi berdasarkan keputusan Mentri Perhubungan No.278AU.001SKJ1994, dibentuk empat cabang Bandar udara yang terletak di Bandung, Pekan Baru, Padang, Banda Aceh.Dan sejak tahun 2000 Bandar Udara yang masuk dalam jajaran PT. Angkasa Pura menjadi 12 Bandar Udara yaitu : 1. Bandar udara internasional Soekarno-Hatta di Tanggerang 2. Bandar Udara Halim Perdana Kesuma di Jakarta 3. Bandar Udara Sultan Mahmud Badartudin II di Palembang 4. Bandar Udara Spadio di Balikpapan 5. Bandar Udara Polonia di Medan 6. Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di Bandar Aceh Universitas Sumatera Utara 7. Bandar Udara Sultan Syarif Kasyim II di Pekan Baru 8. Bandar Udara Minangkabau di Padang 9. Bandar Udara Husein Sastranegara di Bandung 10. Bandar Udara Kijang di Tanjung Pinang 11. Bandar Udara Depati Amir di Pangkal Pinang 12. Bandar Udara Thaha di Jambi Kantor cabang PT. Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan mempunyai kegiatan dibidang jasa pelayanan operasi lalu lintas udara dan jasa Bandar udara, pemeliharaan fasilitas Bandar udara serta kegiatan atau tugas-tugas lain sesuai dengan kebijakan yang digariskan direksi. Dalam melaksanakan kegiatan atau tugas-tugas tersebut, kantor cabang PT Angkasa Pura II Bandara Polonia Medan bertugas menyiapkan pelayanan operasi keselamatan lalu lintas udara, memelihara fasilitas teknik peralatan, operasional Bandar udara dan komersial, memelihara teknik elektronika dan listrik serta menyiapkan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan administrasi dan keuangan. Dalam kaitannya dengan pelayanan penumpang di Bandar Udara Polonia utamanya yang menyangkut pelayanan Penumpang sistem pelayanan Bandar Udara Polonia, sejalan dengan acuan dari Menpan indikator yang dipergunakan untuk menganalisis implementasi pelayanan penumpang adalah : 1. Prosedur pelayanan yang harus baku dan berlaku bagi pemberi dan penerima pelayanan Universitas Sumatera Utara 2. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan 3. Biaya pelayanan yaitu besarnya biaya yang ditetapkan termasuk rincian dalam pelayanan publik. 4. Produk pelayananya itu hasil pelayanan yang sesuai dengan ketentuan atau standar 5. Sarana dan prasarana yang harus tersedia memadai . 6. Kompetensi petugas, Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

3.1.2 Masa Pembangunan