71 ia bersalah terhadap kejahatan yang dituduhkan padanya tidaklah dapat
dianggap telah mencukupi. 4
Suatu pengakuan harus selanjutnya diberikan dengan tegas. Diamnya seorang terdakwa, ia malahan pengakuan sebagian, dan ia tidak dapat
memberi penjelasan tentang hal-hal yang memberatkan kesalahannya, dan harus mengakui kekuatan alat-alat bukti, belumlah merupakan pengakuan
kesalahan, hal tersebut hanyalah dapat dianggap ada, jika terdakwa tegas menerangkan bahwa ia telah melakukan kejahatan yang dituduhkan
kepadanya. 5
Pengakuan harus dikuatkan dengan keadaan-keadaan lain. Keadaan-keadaan yang dimaksud oleh pembuat undang-undang bukanlah harus bahwa
peristiwa tersebut menyimpulkan suatu kesalahan, tetapi cukuplah bahwa keadaan-keadaan tersebut membuat pengakuan tersebut dapat dipercaya,
keadaan-keadaan mana seharusnya harus dapat dibuktikan. Keadaan-keadaan tersebut dengan demikian dapat merupakan alat-alat bukti yang sah, ataupun
keadaan-keadaan yang bukan merupakan alat bukti yang sah. 6
Akhirnya jika pengakuan tersebut seyogyanya dapat diterima, maka hakim haruslah merasa yakin atasnya. Hakim tidaklah mempunyai perasaan ragu,
apakah mungkin pengakuan tersebut diberikan bertentangan dengan kebenaran, atau dengan maksud untuk melindungi orang lain, atau karena
untuk mencegah pemeriksaan lebih lanjutnya, atau karena alasan-alasan lain selama kebenaran dari suatu alat bukti tidak seluruhnya dapat diterima oleh
akal, maka tidaklah dapat ia memberikan keyakinan penuh. n.
Untuk mencegah dibebaskan seorang terdakwa disidang pengadilan, sebenarnya bisa dicegah sejak dini, dengan mengingat hal-hal sebagai berikut:
Mengingat adanya jaminan hak asasi manusia di dalam melakukan pemeriksaan penyidikan, sehingga sedapat-dapatnya dihindari pemeriksaan
yang mengarah pada pemerasan pengakuan. Ketentuan Pasal 309 HIR sudah tidak terdapat dalam KUHAP. Hal ini
merupakan konsekuensi hilangnya alat-alat bukti pengakuan terdakwa yang diganti dengan keterangan terdakwa.
Mengfungsikan penyidikan secara maksimal. Mempergunakan prapenuntutan secara benar bagi penuntut umum.
Hindari praktek penggunaan saksi mahkota. Jangan memaksakan suatu berkas dilimpahkan ke pengadilan kalau memang
tidak cukup alat bukti.
B. PANGGILAN DAN PEMERIKSAAN TERDAKWA
1. Panggilan Terhadap Terdakwa
72 a.
Menurut Pasal 146 ayat 1 dan Pasal 227 KUHAP: Pemanggilan terhadap terdakwa, dilakukan oleh penuntut umum yang harus
memuat tanggal, hari serta jam sidang untuk perkara apa ia dipanggil. Selanjutnya sama dengan pemanggilan terhadap seorang saksi.
b. Menurut peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M. 04-Um.01.06
th. 1983 tentang Tata Cara Penempatan Perawatan Tahanan dan Tata Tertib Rumah Tahanan Negara Pasal 23 disebutkan:
Pengeluaran tahanan untuk sidang pengadilan, surat panggilan harus diterima oleh kepala rumah tahanan negara selambat-lambatnya 1 x 24 jam sebelum
sidang.
2. Terdakwa Tidak Mau Hadir Di Persidangan
Menurut ketentuan Pasal 154 KUHAP, dalam sidang pertama: a.
Jika terdakwa berada dalam tahanan: Terdakwa dipanggil masuk dalam keadaan bebas.
b. Jika terdakwa tidak berada dalam tahanan dan tidak hadir:
Bila tidak dipanggil secara sah, maka diperintahkan untuk dipanggil sekali lagi dan sidang ditunda.
Bila sudah dipanggil secara sah, maka diperintahkan dipanggil sekali lagi dan sidang ditunda.
Bila sudah dipanggil untuk kedua kalinya secara sah, dan tetap tidak mau hadir, maka terdakwa dapat dihadirkan secara paksa pada sidang berikutnya.
Kalau perlu dengan bantuan polisi negara. Jika dalam suatu perkara terdapat lebih dari satu orang terdakwa, maka
pemeriksaan bisa terus dilangsungkan terhadap terdakwa yang hadir. c.
Terhadap diri terdakwa dalam huruf b, apabila memenuhi ketentuan Pasal 21 ayat 1 dan 4 KUHAP, biasanya setelah diperiksa akan dilakukan penahanan oleh
hakim ketua sidang. Karena terdakwa tersebut dianggap mempersulit jalannya pemeriksaan.
C. Kekuatan Alat Bukti Keterangan Terdakwa
1. Bunyi Pasal 189 KUHAP Secara Lengkap Adalah Sebagai Berikut:
1 Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan disidang tentang
perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.
73 2
Keterangan terdakwa yang diberikan diluar sidang dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti disidang asalkan keterangan itu didukung oleh suatu
alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya. 3
Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri. 4
Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai
dengan alat bukti yang lain. 2.
Yang menjadi alat bukti adalah keterangan terdakwa, bukan keterangan tersangka yakni keterangan yang diberikan ketika dulu ia diperiksa dimuka penyidik.
3. Dari ketentuan Pasal 189 ayat 1 dan ayat 2 KUHAP keterangan tersebut bisa dibagi
menjadi 2 dua golongan, yakni: – Diberikan diluar sidang, yaitu merupakan keterangan tersangka yang diberikan
didepan penyidik. – Diberikan didalam sidang pengadilan.
4. – Keterangan terdakwa yang diberikan dalam persidangan barulah merupakan alat
bukti. Keterangan tersebut berisi pernyataan terdakwa tentang apa yang ia perbuat, apa yang ia lakukan, dan apa yang ia alami.
– Keterangan tersebut dalam suasana yang lebih bebas dari tekanan. 5.
– Keterangan terdakwa yang diberikan diluar sidang keterangan tersangka dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti dalam sidang, asal keterangan itu
didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya. tafsir A. Contratio dari Pasal 189 ayat 2 KUHAP.
– Dari ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan jangan sampai hanya mengejar keterangan tersangka saja dalam pemeriksaan penyidikan. Karena tanpa alat bukti
yang sah lainnya, tidak akan mempunyai arti. – Apalagi jika keterangan tersangka tersebut dalam berita acara penyidikan dicabut
dalam sidang, maka akan lebih parah jika tidak ada alat bukti yang sah lainnya. 6.
– Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri. – Dengan demikian keterangan terdakwa tersebut tidak bisa untuk memberatkan
sesama terdakwa. – Oleh karena itu di dalam pemeriksaan yang terdakwanya lebih dari seorang, jika
ingin mendapatkan suatu keterangan yang obyektif, sebaiknya diperiksa satu persatu. Hal ini untuk mencegah agar sesama terdakwa tidak saling mempengaruhi
atau menyesuaikan diri.
74 – Dari ketentuan tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya KUHAP
melarang sesama terdakwa dijadikan saksi antara yang satu terhadap yang lain. 7.
– Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai
dengan alat bukti yang lain. Pasal 189 ayat 4 KUHAP. – Oleh karena itu pengakuan terdakwa tidak menghilangkan syarat minimum
pembuktian. Jadi meskipun seorang terdakwa mengaku, tetap harus dibuktikan dengan alat bukti lain, karena yang dikejar adalah kebenaran material.
– Hal ini berbeda dengan pengakuan dalam hukum acara perdata, yang merupakan alat bukti sempurna. Karena dalam hukum acara perdata yang dicari kebenaran
formal. Kelahiran RUU Hukum Acara Pidana nasional yang berlandaskan dan dijiwai oleh
Pancasila dan UUD 1945, memang sudah lama dinanti-nantikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Ada kesepakatan bahwa Hukum Acara Pidana ini untuk menegakkan ketertiban
umum tetapi sekaligus juga melindungi hak asas manusia tiap-tiap individu. Dalam kaitannya dengan keterangan terdakwa dalam perumusan Pasal 52 dan 117 tidak dapat dilepaskan dari
prinsip hukum diterapkannya asas praduga tak bersalah presumption of innocence, baik dalam pemeriksaan penyidikan maupun dalam pemeriksaan sidang pengadilan. Oleh karena
itu, keterangan terdakwa dimuka penyidik dan hakim dilandasi oleh kebebasan memberi keterangan Pasal 52 yang berbunyi sebagai berikut:
“Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara
bebas kepada penyidik dan hakim.” Pengertian kebebasan memberi keterangan dalam penjelasan Pasal demi Pasal
diberikan sebagai berikut: “Supaya pemeriksaan dapat mencapai hasil yang tidak
menyimpang dari pada yang sebenarnya maka tersangka atau terdakwa harus dijauhkan dari rasa takut. Oleh karena itu wajib dicegah adanya paksaan atau tekanan terhadap tersangka
atau terdakwa.” Menurut penulis, kata “rasa takut” harus dihubungkan atau ditujukan kepada “paksaan” dan atau “tekanan”. Jika kata “paksaan” itu harus diartikan sebagai paksaan badan
fisik dan kata “tekanan” mengandung makna sebagai “dorongan psikis” atau rohani.
Misalnya diancam, ditakut-takuti. Seseorang yang tertekan jiwanya tidak bebas dalam memberi keterangan sehingga tidak mencapai tujuan pemeriksaan yang sebenarnya. Kata
“sebenarnya”, disalin dari waarheid, truth. Bilamana dibandingkan dengan salah satu alat bukti “pengakuan” dalam Pasal 295
HIR dari asal kata bekentenis dan dihubungkan dengan Pasal 307 HIR, yang berbunyi:
75 “Eene bekentesis, door den beklaagde voor de rechter afgelegd, dat hij de strafbare
daad, aan hem ten laste gelegd, heeft gepleegd, vergezeld van eene bepaalde en nauw keurige opgave van omsdtandigheden, welke ook, hetzij uit eene verklaring van den persoon, tegen
wien het feit is gepleegd, of uit andere beeijsmiddelen bekend zijn en daar mede overstemmen, kan een volledig bewijs van schuld opleveren. Suatu pengakuan yang diberikan oleh
sitertuduh atau persakitan dimuka hakim bahwa ialah yang melakukan tindak pidana yang dituduhkan kepadanya, dan pengakuan itu disertai dengan pemberitahuan yang tertentu dan
teliti, mengenai hal ikhwal apa juga yang diketahui baik oleh suatu keterangan dari orang yang dikenai perbuatan itu, baik dari alat bukti yang lain yang sesuai dengan pengakuan itu,
boleh menjadikan bukti yang lengkap tentang kesalahan itu. Maksud ketentuan itu mengandung pengakuan salah oleh terdakwa dimuka sidang
pengadilan bahwa apa yang didakwakan itu seluruhnya benar gerechtelijke bekentenis dan jika pengakuan itu disertai keterangan yang jelas tentang keadaan-keadaan mengenai
peristiwa pidana yang dilakukan, semua atau sebagian cocok dengan keterangan saksi korban atau dengan lain bukti, dapat menjadi bukti sempurna. Jadi, seorang terdakwa yang mengaku
salah terhadap dakwaan seluruhnya, belum cukup guna menjatuhkan suatu hukuman pidana kepadanya, melainkan harus ada keterangan dari luar terdakwa yang menguatkan terdakwan
itu. Dalam praktek, ada kemungkinan terdakwa sengaja mengaku salah, yang bertentangan dengan kebenaran karena upah atau menolong belaka. Dalam Pasal 117 KUHAP disebutkan:
“Keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun. Pasal 117 memberikan keleluasan kepada terdakwa dan saksi
untuk menerangkan dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka sendiri dan penyidik akan mencatat apa kata-katanya.
76
BARANG BUKTI
A. PENGERTIAN