TATA CARA PEMERIKSAAN SURAT

56 6. Yang dimaksud dengan surat yang diatur oleh Pasal 187 huruf d KUHAP adalah surat- surat biasa yang berlaku jika ada hubungannya dengan isi alat bukti yang lain. Misalnya: - Surat ancaman dari terdakwa kepada korban dalam perkara pembunuhan. - Surat cerita antara terdakwa dengan saksi dalam perkara membawa lari seorang gadis di bawah umur. 7. Dari macam-macam surat resmi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 187 huruf a, b dan c KUHAP, maka dapat digolongkan: a. Acte ambtelijk, yaitu akta otentik yang dibuat oleh pejabat umum. Pembuatan akta otentik tersebut sepenuhnya merupakan kehendak dari pejabat umum tersebut. Jadi isinya adalah keterangan dari pejabat umum tentang yang ia lihat dan ia lakukan. Misalnya:  Berita Acara tentang keterangan saksi yang dibuat oleh penyidik. b. Acte partij, yaitu akta otentik yang dibuat para pihak di hadapan pejabat umum. Pembuat akta otentik tersebut, sepenuhnya berdasarkan kehendak dari para pihak dengan bantuan pejabat umum. Isi akta otentik tersebut merupakan keterangan- keterangan yang berisi kehendak para pihak. Misalnya: - Akta jual beli yang dibuat dihadapan notaris. 8. Macam-macam surat adalah:  Surat biasa.  Surat otentik.  Surat dibawah tangan. Jika macam-macam surat tersebut dihubungkan dengan ketentuan Pasal 187 KUHAP, maka:  Pasal 187 huruf a, b dan c KUHAP termasuk surat otentik.  Pasal 187 huruf d termasuk surat biasa.

C. TATA CARA PEMERIKSAAN SURAT

1. Tata cara pemeriksaan surat dalam KUHAP tidak diatur sama sekali. Demikian pula tentang kekuatan alat bukti surat, juga tidak disinggungisinggung di dalam KUHAP. Yang diatur dalam Pasal 187 KUHAP, sebenarnya adalah macam-macam surat. 2. Sebelum membicarakan perihal pembuktian surat menurut A. Karim Nasution yang pertama-tama perlu dikemukakan, bahwa hanya surat-surat yang telah diserahkan dalam perkaralah yang dapat dianggap sebagai alat bukti. Jika surat-surat tersebut tidak diserahkan dan dimasukan dalam berkas perkara yang ada pada hakim, maka surat-surat itu tidak dapat dipakai sebagai alat bukti, pun tidak untuk membuktikan adanya suatu petunjuk atau aanwijzing. Walaupun sesuatu surat dipergunakan sebagai 57 alat bukti, namun surat tersebut tetap harus dibacakan atau isinya secara ringkas diberitahukan dalam persidangan, jika hakim ingin mempergunakan sebagai alat bukti. 3. Dahulu didalam HIR, ada 2 dua Pasal utama yang harus diperhatikan bagi seorang hakim yaitu Pasal 304 dan 297. a. Pasal 304 HIR: bahwa aturan tentang kekuatan pembuktian dan surat-surat umum dan surat-surat khusus dalam proses perdata, harus juga diperhatikan terhadap kekuatan pembuktian dalam proses pidana. b. Pasal 297 HIR: Segala rupa alat bukti dapat dilemahkan dengan bukti penyangkal. 4. Untuk dapat lebih mendalami alat bukti surat, maka dalam pembahasan lebih lanjut akan dibicarakan kekuatan alat bukti surat menurut hukum acara perdata dan menurut hukum acara pidana. Sebagai bagian dari alat bukti dalam pembuktian, maka perkembanagan alat bukti surat ini, berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan diterimanya beberapa alat bukti yang diatur oleh undang-undang N0 11 tahun 2009 tentang ITE. Diantaranya surat elektronik, email, sms, dan sebagainya. Hal yang penting dalam perkarang tindak pidana adalah surat resmi dari instansi atau lembaga tinggi negara seperti Badann Pemeriksaan Keuangan BPK, maupun Pusat Pelaporan Transaksi Keuangan PPATK Badan Pemeriksaan Keuangan Pembangunan BPKP Inspekturat Jendral Irjen diberbgai depertemen, hasil audit independen serta laporan masyarakat lain.

D. KEKUATAN ALAT BUKTI SURAT DALAM HUKUM ACARA PIDANA