MACAM-MACAM ALAT BUKTI MENURUT UU YANG BERLAKU

19 - Hakim didalam mengambil keputusan tentang salah atau tidaknya seorang terdakwa terikat oleh alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang dan keyakinan nurani hakim sendiri. - Jadi didalam sistem negatif ada 2 dua hal yang merupakan syarat untuk membuktikan kesalahan terdakwa, yakni:  WETTELIJK : adanya alat bukti yang sah yang telah ditetapkan oleh undang-undang.  NEGATIEF : adanya keyakinan nurani dari hakim, yakni berdasarkan bukti-bukti tersebut hakim meyakini kesalahan terdakwa. - Alat bukti yang telah ditentukan undang-undang tidak bisa ditembah dengan alat bukti lain, serta berdasarkan alat bukti yang diajukan dipersidangan seperti yang ditentukan oleh undang-undang belum bisa memaksa seorang hakim menyatakan terdakwa bersalah telah melakukan tindak pidana yang didakwakan. 2. Setelah dipelajari beberapa sistem pembuktian, dapatlah dicari sistem pembuktian apa yang dianut oleh KUHAP. - Dalam KUHAP sistem pembuktian diatur dalam Pasal 183 yang berbunyi: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.” - Dari Pasal tersebut di atas, putusan hakim haruslah didasarkan pada 2dua syarat, yaitu: a. minimum 2 dua alat bukti b. dari alat bukti tersebut, hakim memperoleh keyakinan bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana. - Jadi meskipun didalam persidangan telah diajukan dua atau lebih, namun bila hakim tidak yakin bahwa terdakwa bersalah, maka terdakwa tersebut akan dibebaskan. - Dari yang diuraikan diatas jelaslah bahwa KUHAP menganut sistem pembuktian negatife wettelijk. - Minimum pembuktian yakni 2 dua alat bukti yang bisa disimpangi dengan 1 satu alat bukti untuk pemeriksaan perkara cepat diatur dalam Pasal 205 sampai Pasal 216 KUHAP. Jadi jelasnya menurut penjelasan Pasal 184 KUHAP, pemeriksaan perkara cepat cukup dibuktikan dengan 1 satu alat bukti dan keyakinan hakim.

B. MACAM-MACAM ALAT BUKTI MENURUT UU YANG BERLAKU

1. Alat bukti dahulu diatur dalam Pasal 295 Het Hezelane Inland Reglement HIR, yang macamnya disebutkan sebagai berikut: a. keterangan saksi. b. surat-surat. 20 c. Pengakuan. d. tanda-tanda petunjuk. Yang dianggap sebagai bukti yang syah hanyalah apa yang terdapat dalam pasal 295 HIR, selain dari yang empat macam ini tidak dianggap syah, umpamanya: sangkaan belaka, hasil nujun perdukunann yang lazim dipraktekkan di kampungang-kampung seperti misalnya melihat tanda-tanda dalam sebuah primbon, melihat gambar dikuku yang telah dicat hitam oleh anak kecil, melihat telapak tangan, dan mencocokkan fenomena alam dan sebagainya. Yang dimaksud kesaksian yaitu keterangan lisan seorang, dimuka sidang pengadilan, dengan disumpah terlebih dahulu, tentang peristiwa tertentu yang ia dengar sendiri, lihat sendiri dan dialami sendiri. Kesaksian yang tidak dilihat sendiri, akan tetapi mengenai hal-hal yang dikatakan oleh orang lain bukan merupakn kesaksian yang syah, melainkan disebut saksi “ de auditutestimoni deauditu ”. Tiap-tiap orang yang tidak dikecualikan dalam Undang-undang wajib memberikan kesaksian, sesuai dengan pasal 80 HIR yang berbunyi ayat 1: pegawai dan Penuntut Umum atau jaksa pembantu yang melakukan pemeriksaan itu menyuruh supaya sitertuduh atau terdakwa dan saksi-saksi yang dianggapnya perlu, datang kepadanya untuk didengarkan keteranaganya. dan ayat 2 untuk pememeriksaan terdakwa atau tertuduh dia tidak ditahan dan saksi-saksi disuruh panggil, orang-orang yang dipanggil wajib datang kepadanya, dan selain dari itu saksi-saksi wajib memberikan keterangan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kalau orang-orang tersebut itu tidak datang, maka mereka itu dapat disuruh panggilnya sekali lagi dan dalam hal itu dapat dapat disertakannya perintah untuk membawanya, ataupun kemudian dari pada itu diperintakannya akan menjemput dan membawanya. dan 262 HIR ayat 1 jika seorang saksi dengan tidak ada sebabyang syah tidak atau enggan mengungkap sumpah, atau enggan memberikan yang benar, maka ketua ketua dapat menunda perkara pada persidangan berikutnya, tetapi tidak boleh lama dari empat belas hari. Dan ayat 2 dalam hal itu maka saksi itu pada itu juga disanderakan atas perintah ketua, dan dibawa menghadap pengadilan negeri sekali lagi pada persidangan yang akan datang 21 dan pasal 224 KUHP, barang siapa sipanggil sebagai saksi, atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidakmemenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya diancam: 1. dalam perkara pidana, pidana penjara paling lama sembilan bulan 2. dalam perkara lain dengan pidana penjara paling lama enam bulan. Dan yang dapat dikecualikan sebagai saksi diatur dalam pasal 274. Dengan memperhatikan apa yang ditentukan dalam pasal yang berikut di bawah ini, maka tidak dapat didengar sebagai saksi dan dapat meminta mengundurkan diri sebagai saksi : 1. Keluarga sedarah atau keluarga semenda dalam turunan ke atas atau ke bawah dari pesakitan atau dari salah seorang yang turut serta menjadi pesakitan; 2. Suatu atau istri dari pesakitan atau dari salah seorang atau perempuan dari pesakitan atau dari salah seorang yang turut serta menjadi pesakitan; lagi pula saudara ibu atau saudara bapa baik laki-laki, maupun perempuan, juga yang karena perkawinan, dan anak saudara laiki-laki dan anak saudara perempuan. 3. Suami atau istri dari pesakitan atau dari salah seorang yang turut serta menjadi pesakitan, biarpun telah bercerai; 4. Budak yang telah dibebaskan oleh pesakitan atau dari salah seorang yang serta menjadi tertuduh Semenjak tahun 1860 perbudakan sudah tidak ada lagi. Pasal 275. 1 Jika jaksa pada pengadilan negeri dan pesakitan bersama-sama dengan tegas mengizinkan, maka orang-orang yang tersebut pada pasal di atas ini, dapat juga dikabulkan memberi kesaksian asal mereka turut meluluskan. 2 Orang itu dapat diluluskan oleh pengadilan negeri untuk memberi keterangan dengan tidak bersumpah, biarpun tidak ada izin itu. Pasal 277. 1 Orang-orang, yang diwajibkan menyimpan rahasia kerena kedudukannya, pekerjaannya, atau jabatannya yang sah dapat meminta mengundurkan diri dari memberikan kesaksian; akan tetai hanya mengenai hal yang diketahui dan dipercayakan kepadanya itu saja. Pasal 278. Hanya dapat diperiksa untuk memberi keterangan dengan tidak mengangkat sumpah ; 1. anak-anak, yang belum diketahui dengan pasti apakah umurnya sudah sampai lima belas tahun; 2. orang gila, meskipun kadang-kadang ia dapat memakai ingatannya dengan terang. 22 Keterangan saksi itu harus diberikan dimutidka sidang pengadilan, jadi bukan di muka penyidik Polisi dan Jaksa, kecuali dalam hal tertentu bahwa keterangan orang yang diberikan diatas sumpah dalam pemeriksaan pendahuluan oleh Polisi, Jaksa, KPK, pun dapat dianggap sebagai kesaksian apa bila itu tidak dapat menghadap sidang Pengadilan, karena telah meninggal dunia, atau tidak dipanggil karena bertempat tinggal jauh dan keterangan itu dibacakan dimuka persidangan. Surat sebagai alat bukti ditentukan dalam pasal 304,305, dan 306 HIR. Pasal 304 menentukan: bahwa peraturan tentang kekuatan bukti surat-surat umum dan surat-surat khusus dalam perkara perdata harus diperhatikan pula terhadap bukti dalam perkara pidana. Surat dapat dibagi dua, surat atau akte otentik : surat yang dibuat dalam bentuk menurut Undang-undang oleh atau disaksikan oleh pejabat umum Polisi, Jaksa, Notaris atau PPAT, Dokter, Panitra, Juru sita, Camat, Wedana dan lain sebagainya. Yang ditempat surat itu dibuat berkuasa untuk itu seperti yang diatur dalam pasal, 1868-1872 BW : Suatu akte otentik ialah suatu yang didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh dan dehadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuat dan 165 HIR. : Surat akte yang syah, ialah suatu surat yang diperbuat demikian oleh atau didepan pegawai umum yang berkuasa untuk membuatnya, menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya dan sekalian orang yang mendapat dak daripadanya tentang segala hal yang disebut didalam surat itu dan juga tentang yang ada dalam surat itu sebagai pemberitahuan sahnya, dalam hal terakhir ini hanya jika yang diberitahukan itu berhubungan langsung dengan perihal pada surat akte tersebut. Yang dimaksut dengan “dibuat” dan “disaksikan” artinya bahwa pegawai itu hanya menyebutkan menuliskan saja dalam dalam surat itu hal-hal yang diberitahukan kepadanya oleh orang lain, misanya penyidik Polisi membuat berita acara laporan atau pengaduan atau seorang notaris membuat surat wasiat atau surat perjanjian untuk orang-orang yang menghadap kepadanya. Surat bawah tangan adalah: surat-surat yang dibuat dengan sengaja untuk membuktikan suatu pernyataan maksud, perbuatan hukum atau perjanjian tertentu, tidak dengan peraturan pegawai umum, yang ditanda tangani oleh orang-orang yang mennyatakan maksud, perbuatan hukum atau perjanjian tersebut, misalnya surat perjanjian jual beli tanah, sewa menyewa, utang-piutang dan lain sebagainya yang dibuat dan ditanda tangani oleh pihak-pihak terkait dan tidak didepan Pejabat Umum. Kekuatan surat otentik dengan surat bawah tangan pada umumnya dapat dikatakan sama, hanya apa bila sangkaan dari pihak lain, bahwa tanda tangan yang ada disurat itu 23 disangkal atau palsu oleh salah satu pihak, maka bagi pihak yang menyangkal surat atau menyatakan palsu harus dapat membuktikannya, bahwa tanda tangan atau surat itu tidak palsu. Surat-surat sebagai bukti, baik otentik maupun bawah tangan misalnya: surat kelahiran, surat nikah, surat ijajah, surat wasiat, surat perjanjian hutang, surat jual beli, surst tanah, surst mobil atau motor, surat muatan, surat neraca, surat kapal, obligasi, visum et repertum, surat keterangan lembaga kriminologi dari Universitas Indonesia, surat dari laboratorium mabes Polri dan lain sebagainya. Pasal 305 HIR : keterangan, laporan dan pemberitaan yang diperbuat oleh orang-orang yang mengaku jabatannya, pangkat atau pekerjaannya yang umu, harus berisi pernyataan bahwa mereka memberikanya atau memperbuatkannya atas sumpah ketika menerima jabatan atau kemudian dapat diperkuat dengan sumpah supaya berlakusebagai surat keterangan. Pasal306 HIR : ayat 1 pemberitaan seorang ahli yang diangkat karena jabatannya untuk menyatakan timbangan dan pendapatnya atau segala hal ihkwal atau keadaan suatu perkara, hanya dapat digunakan sebagai keterangan bagi hakim. Ayat 2 hakim sekali- kali tidak diwajibkan untuk menuruti pendapat seorang ahli yang diberikan itu, jika pendapat itu bertentangan dengan keyakinannya. 2. Sedangkan dalam KUHAP, macam-macam alat bukti diatur dalam Pasal 184 KUHAP, yaitu:  Alat bukti yang sah ialah: a. keterangan saksi b. keterangan ahli c. surat d. petunjuk e. keterangan terdakwa. 3. Sedangkan alat bukti yang diatur oleh Undang-undang tentang Informasi Transaksi Elektronik ITE No 11 tahaun 2008 yaitu: a. Alat bukti sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan perundang- undangan; dan b. Alat bukti lain berupa informasi elektronik danatau dokumen elktronik sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 1 dan dan angka 4 dan pasal 5 1,2,3 dan hal-hal yang telah diketahui oleh umum, notoir feit, hal ini tidak perlu dibuktikan Pasal 184 ayat 2 KUHAP. Contoh: 24  Matahari terbit diufuk Timur, dan tenggelam dibagian barat, besi yang ditempa itu panas, air limbah mengalir dari atas kebawah, berjalan sebelah kiri, menyalakan lampu kendaraan pada malam hari.  Bila dibandingkan dengan alat-alat bukti yang tercantum dalam Pasal 295 HIR, maka alat-alat bukti yang disusun oleh KUHAP lebih banyak jumlahnya dan susunan yang berlainan. Yaitu dengan ditambahkan alat bukti “keterangan ahli” dalam HIR , diganti istilahnya dengan “keterangan terdakwa” pada KUHAP.  Ada alat bukti lain, yang disebut “pengetahuan hakim”, yakni alat bukti pada pemeriksaan tingkat pertama dan terakhir pada Mahkamah Agung, yang disebut forum previlegiatum. Pada zaman republik Indonesia Serikat RIS, maka forum itu diadakan, yakni untuk memeriksa dan mengadili para pejabat tinggi, setingkat dengan Menteri, anggota DPR dan lain sebagainya. Alat bukti “pengetahuan hakim” itu tidak dikenal sebagai alat bukti dilingkungan KUHAP. 4. Alat bukti menurut Undang-undang N0 24 tahun 2003 tentang makamah kositusi pasal 36 ayat 1 yang terdiri dari: a. Surat atau tulisan b. Keterangan saksi c. Keterangan ahli d. Keterangan para pihak e. Petunjuk f. Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima atau disimpansecara elektronik dengan alat optikatau yang serupa dengan itu. 5. Undang-undang PTUN NO 9 Tahun 2004 yang diatur dalam pasal 100 ayat 1 terdiri dari: a. surat atau tulisan b. keterangan ahli c. keterangan saksi d. pengakuan para pihak e. pengetahuan hakim. 6. Urutan Alat Bukti yang diatur Undang-undang Makamah Agung Pada Pasal 78 Undan-undang NO 1 tahun 1950,Undang-undang NO14 tahun 1984 dan Undang-undang NO 5 2004 susunan dan urutan alat bukti ditingkat Mahkamah Agung sama dengan Pasal 339 Ned Sv yang baru, sebagai berikut: - Pengetahuan Hakim eigenwaarneming van de rechter, - Keterangan terdakwa verklaring van de verdachte, 25 - Keterangan saksi verklaring van de getuige, - Keterangan orang ahli verlaring van de deskundige, dan - Surat-surat schriftelijke bescheiden KUHAP tidak meniru ketentuan Undang-undang N0. 1 tahun 1950, atau Nederlans Strafrecht, dan juga HIR, tetapi berupa paduan antara yang lama dan yang baru, dengan menambah alat bukti “petunjuk” yang tidak diatur dalam Undang-undang N0. 1 tahun 1950 dan Nederlands Strafrecht. KUHAP juga tidak meniru Pasal 295 HIR, yang menyatakan bahw a “segala macam alat bukti dapat dirobohkan dengan alat bukti penyangkal.” Menurut R. Tresna, maksud dari Pasal 295 HIR itu tiada lain pernyataan bahwa didalam perkara pidana tiada satu alat buktipun mempunyai kekuatan memaksa hakim, sehingga hakim harus menerima saja bukti itu sebagai hal yang tidak dapat disangkal lagi. Menurut hemat penulis, Pasal 295 HIR tidak perlu ditiru, sebab pembuktian dalam perkara pidana tidak mengenal adanya bukti penyangkal seperti dalam perkara perdata. Keyakinan hakim dalam beracara pidana memegang peran penting. Biarpun terdapat setumpuk alat bukti diajukan oleh penuntut umum, namun jika hakim tidak yakin akan kesalahan terdakwa, maka tidak ada arti alat bukti yang setumpuk itu diserahkan kepada hakim. 3. Dari urutan-urutan penyebutan alat bukti dapat disimpulkan bahwa pembuktian dalam perkara pidana, lebih dititikberatkan pada keterangan saksi. 4. keterangan ahli merupakan hal yang baru dalam hukum acara pidana Indonesia. Hal ini merupakan pengakuan bahwa dengan adanya kemajuan teknologi, seorang hakim tidak bisa mengetahui segala hal, untuk itu diperlukan bantuan seorang ahli. Dahulu keterangan ahli hanya sebagai penerang bagi hakim seperti yang diatur dalam Pasal 306 HIR. Hakim sekali-kali tidak diwajibkan untuk meyakini pendapat seorang ahli apabila keyakinan hakim bertentangan dengan pendapat ahli tersebut. 5. Pengakuan Terdakwa - Pengakuan terdakwa sudah dibuang di dalam KUHAP, diganti dengan keterangan terdakwa. Keterangan terdakwa mempunyai arti yang lebih luas dari pada pengakuan terdakwa. Dalam keterangan terdakwa dimungkinkan adanya pengakuan dari seorang terdakwa. - Pengakuan terdakwa dahulu merupakan target utama, sehingga dalam praktek pemeriksaan pendahuluan sekarang pemeriksaan penyidikan sering terjadi penekanan secara phisik dan psikhis untuk mendapatkan pengakuan tersangka. 26 - Dahulu ada pendapat bahwa pengakuan merupakan raja dari segala alat bukti, dengan alas an siapa yang paling tahu suatu perbuatan pidana terjadi kecuali diri terdakwa sendiri.

C. KEKUATAN PEMBUKTIAN