Debt to equity ratio DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan total kewajiban terhadap total ekuitas yang
dimiliki perusahaan. Bagi bank kreditor semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang
akan ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan.
18
Rasio ini menjelaskan komposisi stuktur modal dari total kewajiban terhadap total ekuitas.Rumusnya adalah:
3. Teori Struktur Modal 1. The Modigliani Miller Model
Teori ini menjelaskan tentang struktur modal dimulai pada tahun 1958, pada saat dua professor yaitu Franco Modigliani dan
Merlon Miller mempublikasikan artikel keuangan yang paling berpengaruh yang berjudul “The Cost of Capital, Corporation
Finance, and The Theory of Invesment ”. MM menerbitkan
tulisannya yang merupakan awal teori struktur modal. tulisan ini dianggap sangat berpengaruh dan para akademisi selalu mengacu
pada tulisan dari MM tersebut ketika membahas biaya modal dan struktur modal.
MM menyatakan bahwa dalam pasar yang bekerja dengan baik, nilai pasar suatu perusahaan tidak bergantung pada struktur
modalnya. Namun demikian, pernyataan MM tersebut didasarkan
18
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 158
pada asumsi-asumsi yang sangat ketat yang tidak realistis. Asumsi yang dianggap tidak realistis tersebut diantaranya adalah tidak
adanya brokerage costs, tidak adanya pajak, tidak adanya biaya kebangkutan, investor memiliki informasi yang sama dengan
manajemen mengenai peluang investasi, dan tidak terpengaruhnya laba sebelum bunga pajak EBIT oleh penggunaan hutang.
19
Selanjutnya pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958. Asumsi yang diubah adalah
adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan
meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi permbayaran pajak.
20
Dengan adanya pajak penghasilan perusahaan, hutang dapat menghemat pajak
yang dibayar karena utang penghasilan kena pajak sehingga nilai perusahaan bertambah. Semakin besar utang, semakin tinggi nilai
perusahaan. Model ini disebut model MM dengan pajak.
21
Namun model MM dengan pajak melupakan satu hal semakin besar utang, semakin besar kemungkinan perusahaan akan
mengalami kesulitan keuangan financial disstres. Oleh karena itu, ada usaha untuk memperbaiki model MM tersebut dengan
19
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah modern, hlm. 297
20
Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktek Manajemen Keuangan, hlm. 254
21
David Sukardi Kodrat, Manajemen Keuangan based on Empirical Research, Yogyakarta : GRAHA ILMU, 2009 hlm. 3
memperhitungkan faktor financial distress.
22
Model perbaikan ini sering disebut tax saving financial cost trade off theory karena
utang menghasilkan penghematan pajak namun juga menimbulkan kesulitan keuangan. Secara umum model MM yang dimodifikasi
ini mengajarkan: 1 berhutang sejumlah tertentu itu baik, 2 berhutang terlalu banyak tidak baik, 3 ada jumlah utang yang
optimal untuk setiap perusahaan. Meskipun teori ini amat menarik, bukti empiris kurang mendukung. Artinya ada faktor lain yang
mempengaruhi keputusan pendanaan perusahaan.
23
Proporsi terakhir oleh MM tersebut kemudian diperbarui oleh Miller yang menyatakan bahwa pengurangan pajak karena
pembayaran bunga mendorong penggunaan hutang dalam pendanaan perusahaan, namun pelakuan pajak penghasilan atas
saham yang makin menguntungkan investor akan menurunkan tingkat keuntungan saham yang dinginkan sehingga mendorong
penggunaan ekuitas untuk pendanaan. Hal ini berarti tidaklah mungkin menggunakan seratus persen hutang untuk membiayai
perusahaan karena akan mengurangi kesempatan perusahaan memperoleh keuntungan dari penggunaan ekuitas.
24
22
Ibid., hlm. 4
23
Ibid., hlm. 5
24
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah modern, hlm. 298
2. Pecking Order Theory