2. Pecking Order Theory
Pecking order theory merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana
dengan cara menjual asset yang dimilikinya. Seperti menjual gedung build, tanah land, peralatan inventory yang
dimilikinya dan asset-aset lainnya, termasuk dengan menerbitkan dan menjual saham di pasar modal capital market dan dana yang
berasal dari laba ditahan retained earnings. Pada kebijakan Pecking order theory artinya perusahaan melakukan kebijakan
dengan cara mengurangi kepemilikan asset yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan penjualan. Dampak lebih jauh
perusahaan akan mengalami kekurangan asset karena dipakai untuk membiayai rencana aktivitas perusahaan baik yang sedang maupun
yang akan datang.
25
Berdasarkan teori pecking order, di dalamnya terdapat pemikiran sebagai berikut. Pertama, perusahaan mmilih sumber
pendanaan internal karena dana tersebut diperoleh tanpa mengakibatkan sinyal negatif yang dapat menurunkan harga saham.
Kedua, ketika perusahaan membutuhkan sumber pendanaan eksternal, maka tahap pertama adalah menerbitkan hutang,
sedangkan penerbitan ekuitas dilakukan sebagai langkah terakhir.
25
Irham Fahmi, “Pengantar Manajemen Keuangan”, hlm. 195
Hal ini menunjukan penerbitan hutang lebih kecil kemungkinannya dipandang sebagi sinyal buruk oleh para investor.
26
Pecking Order Theory pertama kali diperkenalkan oleh Donaldson pada tahun 1961. Teori ini menunjukan urut-urutan
pendanaan sebagai berikut Brealey dan Myers dalam Devi Verena Sari :
27
a Perusahaan lebih menyukai internal financing b Perusahaan akan berusaha menyesuaikan resiko pembagian
dividen dengan kesempatan investasi yang dihadapi dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran
dividen yang terlalu besar. c Pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi
laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal terkadang berlebih atau kurang investasi.
d Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih
dahulu. Penerbitan sekuritas akan dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dapat
dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru.
26
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah modern, hlm. 302
27
Devi Verena Sari, “ Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Likuiditas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2008 – 2010”, DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume
2, Nomor 3, Tahun 2013, hlm. 2
3. Trade off Theory