1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir sebagai wilayah peralihan antara daratan dan laut, ditempati oleh beragam ekosistem utama, salah satunya ekosistem mangrove.
Ekosistem mangrove mempunyai arti yang penting karena memiliki fungsi ekologis. Fungsi ekologis ditinjau dari aspek fisika adalah pertama terjadinya
mekanisme hubungan komponen-komponen dalam ekosistem mangrove serta hubungan antara ekosistem mangrove dengan ekosistem lain seperti padang lamun
dan terumbu karang. Kedua, dengan sistem perakaran yang kuat dan kokoh, ekosistem mangrove mempunyai kemampuan meredam gelombang, gelombang
pasang dan angin taufan, menahan lumpur dan melindungi pantai dari erosi; dan ketiga
sebagai pengendali banjir, mangrove yang banyak tumbuh di daerah estuaria juga dapat berfungsi sebagai pengendali banjir. Fungsi ini akan hilang
jika hutan mangrove ditebang atau mengalami degradasi Aksornkoae, 1993. Fungsi ekosistem mangrove dari aspek kimia yaitu memiliki kemampuan
dalam proses kimia dan pemulihan self purification dan secara rinci memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai penyerap bahan pencemar environmental service,
khususnya bahan-bahan organik : kemudian sebagai sumber energi bagi lingkungan sekitarnya. Ketersediaan berbagai jenis makanan yang terdapat pada
ekosistem mangrove telah menjadikannya sebagai sumber energi pada berbagai jenis biota yang berasosiasi didalamnya, seperti udang, kepiting, burung, berbagai
jenis molluska dan sebagainya yang membentuk suatu rantai makanan yang kompleks dimana terjadi transfer energi dari tingkatan trofik yang lebih rendah ke
tingkat trofik yang lebih tinggi dan yang terakhir sebagai pensuplai bahan organik bagi lingkungan perairan Aksornkoae, 1993.
Fungsi mangrove sebagai habitat dari berbagai biota laut tidak terlepas dari peran mangrove sebagai pengekspor bahan pelapukan yang menjadi sumber
makanan penting bagi biota akuatik. Sumbangan yang paling penting dari ekosistem mangrove dalam kaitannya dengan produktifitas ekosistem pesisir
adalah masukan unsur hara melalui serasahnya guguran daun, bunga, buah, ranting dan sejumlah bagian pohon lain yang jatuh ke lantai hutan. Unsur hara
tersebut dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan mangrove itu sendiri dan sebagian menjadi masukan unsur hara yang dimanfaatkan oleh subsistem perairan di
sekitarnya Cotto et al., 1986. Produktifitas serasah merupakan bagian yang penting dalam transfer bahan
organik dari vegetasi ke dalam tanah. Unsur hara yang dihasilkan dari proses dekomposisi serasah di dalam tanah sangat penting dalam pertumbuhan mangrove
dan sebagai sumber detritus bagi ekosistem laut dan estuari dalam menyokong kehidupan berbagai organisme akuatik. Apabila serasah di hutan mangrove ini
diperkirakan dengan benar dan dipadukan dengan perhitungan biomassa lainnya, akan diperoleh informasi penting dalam produksi, dekomposisi, dan siklus nutrisi
ekosistem hutan mangrove Kavvadias et al., 2001; Moran et al., 2000. Analisis dari komposisi hara dalam produksi serasah dapat menunjukkan hara yang
membatasi dan efisiensi dari nutrisi yang digunakan, sehingga siklus nutrisi dalam ekosistem hutan mangrove akan terpelihara Vitousek, 1982; Rahajoe et al.,
2004. Daun mangrove yang gugur melalui proses penguraian oleh
mikroorganisme diuraikan menjadi partikel-partikel detritus. Partikel-partikel detritus ini menjadi sumber makanan bagi berbagai macam filter feeder
organisme yang makanannya dengan menyaring dan jenis hewan yang hidup di ekosistem mangrove. Konsentrasi unsur hara di kolom air dapat berfluktuasi
dalam skala waktu yang singkat, karena adanya dinamika sumbangan unsur hara potensial secara terus menerus ke dalam kolom air. Sumbangan unsur hara dapat
diestimasi dengan adanya monitoring secara intensif dan periodik. Sumbangan unsur hara di daerah perairan mangrove akan berfluktuasi seiring dengan
dinamika produktifitas dan dekomposisi serasah mangrove di suatu perairan. Usaha pemanfaatan dan pengelolaan mangrove harus direncanakan secara
seksama agar kelestariannya tetap terjaga, serta memerlukan data mengenai jenis, dinamika populasi dan komunitas, disertai dengan indikator yang mencerminkan
peranannya terhadap suatu kawasan, termasuk diantaranya peranannya terhadap produktifitas dan kelangsungan hidup organisme di perairan sekitarnya.
1.2. Perumusan Masalah dan Kerangka Pemikiran