Kondisi Umum Lokasi Penelitian

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kawasan mangrove Pulau Panjang secara geografis masih terletak pada daerah tropis yang mengalami dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Perairan relatif terlindung dengan pantai ditumbuhi oleh vegetasi mangrove, sedikit rataan karang dengan tubir yang tidak jelas. Pemanfaatan lahan antara lain sebagai pemukiman nelayan, pelabuhan lokal dengan dermaga tipe jeti tanpa tiang pancang. Budidaya rumput laut dan perikanan tangkap bagan ditemukan banyak disekitar perairan dangkal rataan terumbu. Pulau Panjang mempunyai lokasi yang sangat strategis, karena terletak di dekat Pelabuhan Bojonegara, yaitu pada jalur laut yang melewati pelabuhan Bojonegara, sehingga akan menimbulkan dampak baik secara ekonomi, fisik, maupun sosial budaya. Adapun batas-batas wilayah yang melingkupinya adalah : − Sebelah utara : Laut Jawa − Sebelah barat : Kecamatan Bojonegara − Sebelah selatan : Teluk Banten − Sebelah timur : Pulau Pamujan besar dan Pamujan kecil Jumlah stasiun penelitian yang dilakukan di pulau Panjang terdiri dari 3 stasiun Stasiun 1, 2 dan 3 dan masing-masing stasiun terdiri dari 3 subtasiun. Letak geografis ketiga stasiun pengamatan tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Letak geografis lokasi pengamatan Dengan luas wilayah sekitar ± 820 Ha, pulau panjang merupakan pulau terbesar di peraiaran Teluk Banten. Bila dibandingkan dengan pulau-pulau kecil lainnya, seperti Pulau Semut, gugusan Pulau Lima, Pulau Gedang, Pulau Kubur, No. Lokasi Pengamatan Letak Geografis Bujur Timur BT Lintang Selatan LS 1. Stasiun 1 106 5 09’29.113” 56’32.55” 2. Stasiun 2 106 5 09’42.45” 3. 56’23.15” Stasiun 3 106 5 08’41.73” 62’27.61” Pulau Pamujan Besar dan Pamujan Kecil, Pulau Dua, Pulau Tarahan dan Pulau Kali yang rata-rata tidak berpenduduk. Ekosistem mangrove pada lokasi pengamatan cukup bervariasi yaitu dengan ketebalan berkisar antara 100-250 meter. Hutan mangrove yang dekat dengan pemukiman relatif lebih tipis yaitu berkisar antara 100-150 meter dengan vegetasi cenderung homogen. Sedangkan pada area yang jauh dari pemukiman, hutan mangrove mencapai ketebalan 200-300 meter dan terdiri dari beberapa jenis vegetasi. Kondisi mangrove ketiga stasiun penelitian tersebut disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Keadaan area hutan mangrove pada ketiga stasiun pengamatan, a hutan mangrove pada stasiun 1 dengan substrat dasar berlumpur, b hutan mangrove bagian belakang pada stasiun 2 dengan substrat keras dari formasi terumbu yang timbul, c hutan mangrove pada stasiun 3 yang berhadapan langsung dengan Laut Jawa. Substrat dasar perairan juga menunjukan kondisi yang berbeda dimana yang lebih dekat dengan pemukiman didominasi oleh lumpur dan sedikit patahan karang mati. Substrat keras berupa formasi terumbu yang masih utuh dan patahan karang mati mendominasi pada bagian belakang hutan mangrove yang jauh dari pemukiman dan tidak terendam saat surut terendah. Hasil informasi masyarakat formasi terumbu tersebut sebelumnya tidak ada dan muncul sekitar tahun 1950 an menghasilkan daratan yang cukup luas. Sedangkan pada area mangrove bagian a b c depannya yang berhadapan langsung dengan laut terdiri dari substrat lunak berupa lumpur. Zonasi dengan karakter spesifik terlihat jelas pada ketiga stasiun.

4.2 Karakteristik Fisik-Kimia Perairan

Dokumen yang terkait

Produktifitas serasah mangrove dan potensi kontribusi unsur hara di perairan mangrove Pulau Panjang Banten

5 13 141

Fluks Bentik dan Potensi Aktivitas Bakteri Terkait Siklus Nitrogen di Sedimen Perairan Mangrove Pulau Dua, Banten (Benthic Fluxes and Potency of Bacterial Activity Related to Nitrogen Cycle in Pulau Dua Mangrove Sediments, Banten)

0 3 18

Formulir Hasil Validasi (Fluks Bentik dan Potensi Aktivitas Bakteri Terkait Siklus Nitrogen di Sedimen Perairan Mangrove Pulau Dua, Banten)

0 3 3

Formulir Hasil Validasi (Produksi Serasah Mangrove di Pesisir Tangerang, Banten)

0 6 3

Produktifitas Srasah Mangrove dan Potensi Kontribusi Unsur Hara di Perairan Mangrove Tanjung Api Api Sumatera Selatan

0 2 103

Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora apiculata dan Kontribusi Terhadap Unsur Hara di Perairan Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

2 8 80

Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora apiculata dan Kontribusi Terhadap Unsur Hara di Perairan Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 15

Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora apiculata dan Kontribusi Terhadap Unsur Hara di Perairan Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 16

Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora apiculata dan Kontribusi Terhadap Unsur Hara di Perairan Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 11

Produksi Serasah Mangrove (Abdul Haris, dkk.) 13 PRODUKSI SERASAH MANGROVE DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PERAIRAN PESISIR KABUPATEN SINJAI

0 1 6