Berdasarkan perhitungan tegakan mangrove pada 3 stasiun lokasi penelitian diperoleh hasil bahwa Stasiun 3 merupakan daerah yang memiliki
jumlah tegakan pohon paling banyak, kerapatan total adalah 22.778 individuha. Lokasi yang memiliki kerapatan pohon terendah adalah Stasiun 1 dengan nilai k
sebesar 17.111 individuha. Komposisi nilai kerapatan jenis mangrove pada tingkat pohon berbeda bila dibandingkan dengan tingkat anakan dan semai.
Kerapatan jenis mangrove pada tingkat anakan dan semai paling tinggi terdapat pada Stasiun 1 dan terendah adalah pada Stasiun 2.
Kondisi daerah penelitian yang merupakan wilayah kepulauan sehingga berbatasan langsung dengan lautan mengakibatkan daerah ini sering mendapat
masukan pasang dimana hanya tumbuhan mangrove yang mempunyai toleransi yang tinggi terhadap pasang yang dapat berkembang dengan baik. Bengen 2004
menyatakan bahwa salah satu tipe zonasi mangrove yang umum di Indonesia yakni untuk daerah yang dekat dengan laut sering ditumbuhi oleh Avicennia spp
dan berasosiasi dengan Sonneratia spp.
4.5 Dekomposisi Serasah Daun Mangrove
Guguran daun mangrove yang terperangkap di sekitar ekosistem mangrove membutuhkan waktu yang lama untuk terdekomposisi. Lamanya waktu yang
dibutuhkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya jenis mangrove, jenis substrat dan parameter kualitas perairan biologis, fisika dan kimia. Sejalan
dengan itu Smith 1980 menyatakan bahwa proses dekomposisi adalah gabungan dari proses fragmentasi, perubahan struktur fisik dan kegiatan enzim yang
dilakukan oleh dekomposer yang merubah bahan organik menjadi senyawa anorganik.
Dalam penelitian ini, waktu pengamatan terhadap dekomposisi serasah hanya dilakukan selama 56 hari. Dari semua lokasi penelitian tidak ada stasiun
yang serasah daunnya terdekomposisi 100. Berat kering dari sisa daun mangrove yang terdekomposisi selama 56 hari disajikan pada Gambar 10.
Terdapat perbedaan lamanya proses penghancuran serasah mangrove berdasarkan jenis mangrovenya sendiri. Hasil penelitian Pamudji 1986 bahwa serasah
mangrove dari jenis A. marina membutuhkan waktu 182 hari untuk terurai secara
sempurna. Sedangkan menurut Soerojo 1984 menyatakan serasah dari jenis mangrove R. Apiculata membutuhkan waktu 132 hari untuk terurai secara
sempurna atau 100.
Gambar 10.
Bobot kering sisa serasah daun mangrove pada 3 stasiun penelitian Bobot kering sisa yang paling banyak pada hari ke-56 adalah pada Stasiun
3, yaitu 0.64 g dan paling sedikit adalah pada Stasiun 1 sebanyak 0.56 g. Bobot kering dari sisa serasah daun mangrove menjelaskan bahwa proses dekomposisi
pada Stasiun 3 lebih rendah bila dibandingkan dengan stasiun lainnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh jenis mangrove dan substrat. Pada Stasiun 3 ada 7 jenis
mangrove yang daunnya didekomposisi, perbedaan jenis tersebut akan mempengaruhi kecepatan dekomposisi secara rata-rata. Perbedaan kandungan
komposisi nitrogen masing-masing jenis mangrove lebih berpengaruh terhadap kecepatan dekomposisi. Semakin tinggi kandungan nitrogennya maka laju
dekomposisi akan semakin cepat, karena nitrogen lebih mudah terurai oleh decomposer
. Faktor lain yang menyebabkan dekomposisi di Stasiun 1 lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya adalah karakteristik substrat dan genangan air.
Substrat di Stasiun 1 lebih didominasi oleh lumpur, Stasiun 2 lebih didominasi
oleh pasir, sedangkan substrat dasar pada Stasiun 3 banyak yang terdiri dari batu kapurterumbu. Penempatan serasah di Stasiun 1 berada dalam kolom perairan
karena habitatnya selalu tergenang air, sehingga pembusukan lebih cepat terjadi. Hal berbeda ditunjukkan oleh Stasiun 2 dan 3, dimana daerah yang menjadi
tempat serasah lebih banyak yang tidak tergenang pada saat surut.
Tabel 6.
Rata-rata laju dekomposisi serasah daun mangrove secara berkala
Stasiun Rata-rata laju dekomposisi serasah ghari
Hari ke-14 Hari ke-28
Hari ke-42 Hari ke-56
Stasiun 1 0.420
0.279 0.210
0.168 Stasiun 2
0.415 0.280
0.209 0.168
Stasiun 3 0.419
0.277 0.207
0.167
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa laju dekomposisi serasah daun tertinggi terjadi pada 14 hari pertama, hal ini terjadi pada semua stasiun
penelitian. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa apapun jenis mangrovenya atau bagaimanapun karakteristik substrat dan kondisi perairannya, persentase
serasah yang terurai lebih besar pada 14 hari pertama. Hal senada dikemukakan oleh Hodgkiss dan Leung 1986 menjelaskan bahwa aktifitas enzim selulotik
fungi fangal cellulolic enzym yang paling tinggi terjadi di saat awal dekomposisi.
Penguraian atau penyederhanaan kandungan organik daun mangrove yang mudah terjadi ketika serasah gugur dan terperangkap di ekosistem mangrove.
Bahan-bahan organik yang terdapat di dalam serasah akan dikonsumsi oleh decomposer
. Aktivitas tertinggi dari enzim selulotik fungi terjadi pada awal proses dekomposisi. Laju dekomposisi serasah daun pada hari ke-28 sampai hari ke-42
relatif konstan, dengan kisaran 0.207 – 0.280 ghari. Sedangkan untuk hari ke-56 terjadi penurunan yang signifikan terhadap laju dekomposisi. Hal ini disebabkan
oleh menurunnya bahan-bahan organik dan kandungan nitrogen yang terdapat dalam sisa daun. Rata-rata laju dekomposisi serasah daun mangrove pada 14 hari
pertama berkisar antara 0.415 – 0.420 ghari.
Tabel 7. Konstanta laju dekomposisi serasah daun mangrove
Stasiun Sub Stasiun
Nilai konstanta laju dekomposisi k pada hari ke- Hari ke-14
Hari ke-28 Hari ke-42
Hari ke-56
Stasiun 1 1.1
0.064 0.055
0.050 0.051
1.2 0.066
0.056 0.054
0.050 1.3
0.059 0.052
0.049 0.053
Rata-rata 0.063
0.054 0.051
0.051
Stasiun 2 2.1
0.066 0.059
0.055 0.056
2.2 0.055
0.049 0.045
0.045 2.3
0.065 0.056
0.052 0.053
Rata-rata 0.062
0.055 0.050
0.051
Stasiun 3 3.1
0.066 0.058
0.054 0.053
3.2 0.059
0.050 0.045
0.046 3.3
0.063 0.053
0.049 0.047
Rata-rata 0.063
0.053 0.049
0.049
Tabel 7 di atas juga menunjukkan bahwa nilai k di stasiun I lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun II dan stasiun III. Tingginya dekomposisi serasah di
perairan disebabkan karena adanya penguraian secara biologis. Di perairan proses dekomposisinya juga dibantu oleh mekanisme fisik yakni pergerakan arus pasang
dan penggenangan oleh air laut yang lebih lama. Mason 1977 menyatakan bahwa mekanisme hilangnya bahan-bahan yang dapat larut dari serasah leaching
dapat disebabkan adanya hujan atau aliran air. Selain itu juga penguraian serasah juga dapat disebabkan oleh pengikisan serasah oleh pergerakan gelombang.
Lingkungan yang selalu basah dan lembab menyebabkan proses dekomposisi serasah berlangsung cepat Manan, 1978.
Menurut Mason 1977 menyetakan bahwa terdapat 3 tahap proses dekomposisi serasah, yaitu :
1. Proses pelindihan leaching, yaitu mekanisme hilangnya bahan-bahan yang terdapat pada serasah atau detritus akibat curah hujan atau aliran air.
2. Penghawaan wathering, merupakan mekanisme pelapukan oleh faktor-faktor fisik seperti pengikisan oleh angin atau pergerakan molekul air.
3. Aktivitas biologi yang menghasilkan pecahan-pecahan organik oleh makhluk hidup yang melakukan dekomposisi
.
4.6 Produktifitas Serasah Mangrove