2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Mangrove
Ada beberapa definisi tentang mangrove yang disajikan oleh beberapa ahli, diantaranya menurut Bengen 2004 yang mendefinisikan mangrove sebagai
komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang
surut pantai berlumpur. Hogarth 1999 mendefinisikan mangrove sebagai tumbuhan berkayu maupun semak belukar yang menempati habitat antara darat
dan laut yang secara periodik tergenangi air pasang. Karekteristik habitat mangrove secara umum adalah sebagai berikut
Bengen, 2004 :
-
Umumnya tubuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir.
-
Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi penggenangan
menentukan komposisi vegetasi mangrove.
-
Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.
-
Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Air bersalinitas payau 2 – 22 ‰ hingga asin mencapai 38 ‰.
Mangrove memegang peranan penting bagi perikanan pantai, yakni berperan dalam siklus hidup berbagai jenis ikan, udang dan moluska karena
lingkungan mangrove menyediakan perlindungan serta berperan sebagai pemasok bahan organik yang masuk ke dalam rantai makanan sehingga dapat menyediakan
makanan untuk organisme yang hidup pada perairan sekitarnya Noor dkk., 1999.
2.2. Produktifitas dan Serasah Mangrove
Produktifitas mangrove mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa ekosistem lain, yaitu 20 kali lebih tinggi dan nilai produktifitas
laut bebas dan sekitar 5 kali lebih tinggi dari nilai produktifitas perairan pantai. Produktifitas mangrove dapat mencapai 5.000 g
-
Cm
2
th Lugo dan Snedaker, 1974.
Mangrove memberikan sumbangan berarti terhadap produktifitas pada ekosistem estuari dan perairan pantai melalaui siklus materi yang berdasarkan
pada detritus atau serasah. Produktifitas merupakan faktor penting dari ekosistem mangrove dan produksi daun mangrove sebagai serasah dapat digunakan untuk
menggambarkan produktifitas Chapman, 1976. Tumbuhan mangrove merupakan sumber makanan potensial, dalam
berbagai bentuk, bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove. Berbeda dengan ekosistem pesisir lainnya, komponen dasar dari rantai makanan di
ekosistem hutan mangrove bukanlah tumbuhan mangrove itu sendiri, tapi serasah yang berasal dari tumbuhan mangrove. Sebagian serasah mangrove didekomposisi
oleh bakteri dan fungi menjadi zat hara terlarut yang dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton, algae ataupun tumbuhan mangrove itu sendiri dalam proses
fotosintesis; sebagian lagi sebagai partikel serasah detritus dimanfaatkan oleh ikan, udang dan kepiting. Proses makan memakan dalam berbagai kategori dan
tingkatan biota ini akhirnya membentuk suatu jala makanan Bengen, 2004. Serasah dari pohon mangrove merupakan sumber bahan organik yang
penting. Selanjutnya bahan organik tersebut melalui proses dekomposisi akan dirombak oleh mikroba menjadi energi dan berbagai senyawa sederhana seperti
karbon, nitrogen, fosfor, belerang, kalium dan lain-lain Alrasjid, 1988. Serasah adalah bahan organik dari bagian pohon yang mati yang jatuh di
lantai hutan daun, ranting dan alat reproduksi sedangkan produksi serasah adalah berat dari seluruh bagian material yang mati yang diendapkan di permukaan tanah
pada suatu waktu. Besarnya produktifitas serasah dipengaruhi oleh : - Besarnya diameter pohon
- Produksi daun-daun baru sebagai adaptasi dari salinitas yang tinggi akibat fluktuasi pasang surut air laut
- Keterbukaan dari pasang surut dimana makin terbuka makin optimal Kusmana et al, 2000.
Produksi serasah daun untuk setiap kawasan mangrove adalah berbeda. Perbedaan jumlah serasah ini dapat disebabkan oleh adanya beberapa faktor
lingkungan yang mempengaruhi produktifitas, kesuburan tanah, kelembaban tanah, kerapatan, musim dan tegakan. Selain faktor-faktor tersebut ketipisan tajuk
dan morfologi daun juga ikut mempengaruhi besar kecilnya serasah. Semakin tipis penutupan tajuk semakin berkurang produksi serasah Lugo dan Snedaker, 1974.
Lebih lanjut berdasarkan penelitian Sediadi dan pamudji 1987 ditunjukkan bahwa penimbunan serasah juga dipengaruhi oleh umur dan jenis tumbuhan
mangrove. Brown 1984 membedakan antara serasah pada suatu area litter- layer
dan yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu litter-fall sebagai berikut :
- Litter-layer merupakan serasah yang ada pada suatu wilayah tertentu dan dinyatakan dalam berat atau unit energi per area permukaan misal gm
2
- Litter-fall merupakan tingkat gugurnya serasah dalam jangka waktu tertentu misal gm
, Kcalha.
2
Turnover ra te rata-rata perputaran unsur hara dinyatakan sebagai tingkat
total dari sejumlah zat yang dilepas atau dimasukkan dalam suatu bagian untuk satu periode misal ghari. Konsep turnover rate berguna membandingkan
tingkatnilai pertukaran diantara bagian yang berbeda dari suatu ekosistem. Turnover rate
didefinisikan oleh Brown 1984, sebagai rasio dari kandungan yang ada misal rasio produksi serasah terhadap litter-layer.
hari, Kcalhatahun.
Serasah daun mangrove pada lingkungan estuaria merupakan suatu bahan dasar nutrisi penting. Walaupun miskin nutrisi ketika jatuh dari pohon, daun-daun
mangrove menjadi nutrisi yang diperlukan untuk proses-proses pengkayaan mikroba Odum, 1993.
Daun-daun mangrove yang gugur dan telah mengalami penguraian akan menjadi makanan organisme perairan. Serasah yang telah terurai merupakan
sumber utama unsur karbon, nitrogen dan fosfor baik untuk ekosistem mangrove itu sendiri maupun ekosistem sekitarnya. Dengan demikian mangrove berperan
langsung dalam rantai perputaran energi dan zat-zat hara yang penting artinya bagi kelangsungan hidup sumberdaya hayati perairan.
Tingginya unsur hara di perairan hutan mangrove memungkinkan sebagai tempat pemijahan, pengasuhan dan pembesaran atau mencari makan dari beberapa
ikan atau hewan air tertentu. Ekosistem mangrove merupakan tempat hidup sejumlah besar hewan-hewan air, seperti kepiting, moluska dan invertebrate
lainnya. Selain itu ada pula di antara hewan-hewan air tertentu seperti udang- udangan dan ikan yang hidupnya keluar masuk hutan mangrove bersama arus
pasang surut Supriharyono, 2000.
2.3. Proses Dekomposisi Serasah