Karakteristik Fisik-Kimia Perairan Produktifitas serasah mangrove dan potensi kontribusi unsur hara di perairan mangrove Pulau Panjang Banten

depannya yang berhadapan langsung dengan laut terdiri dari substrat lunak berupa lumpur. Zonasi dengan karakter spesifik terlihat jelas pada ketiga stasiun.

4.2 Karakteristik Fisik-Kimia Perairan

Pengukuran parameter fisika-kimia perairan pada tiap substasiun dilakukan dengan masing-masing 3 kali pengulangan. Ada 7 parameter fisika- kimia yang nilainya diukur, yaitu suhu, salinitas, DO, pH, DHL, TSS dan TOM. Ketujuh parameter tersebut diduga berpengaruh besar terhadap pola penyebaran mangrove, proses dekomposisi serasah dan produktifitas mangrove. Sebaran nilai parameter fisika-kimia perairan di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3, dengan rincian hasil pengamatan pada tiap sub-stasiun disajikan pada Lampiran 1. Tabel 3. Nilai Parameter Fisika-Kimia Perairan Mangrove Pulau Panjang Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 min max rerata ± std min max rerata ± std min max rerata ± std Suhu 30.00 C 32.10 31.42 ± 0.70 30.30 32.40 31.68 ± 0.77 31.90 34.30 33.08 ± 0.81 Salinitas ‰ 27.00 31.00 29.00 ± 1.41 28.00 32.00 29.78 ± 1.30 29.00 32.00 30.56 ± 1.13 DO mgl 0.41 0.48 0.45 ± 0.02 5.11 5.22 5.18 ± 0.04 0.43 0.49 0.46 ± 0.02 pH 4.96 7.91 6.76 ± 1.02 5.07 7.53 6.69 ± 0.86 6.76 7.80 7.25 ± 0.40 DHL µScm 55300 62550 57666.67 ± 28240 54600 58600.0 56844.44 ± 1357.72 55200 64150 57850.00 ± 2852.52 TSS mgl 4 2956.0 446.63 ± 1016.95 16.00 330.00 86.56 ± 103.83 35.00 620.00 124.56 ± 190.43 TOM mgl 47.40 328.64 170.99 ± 86.88 41.08 227.52 126.05 ± 72.96 94.80 237.00 158.00 ± 50.16 Suhu perairan mangrove Pulau Panjang berkisar antara 30 sampai 34.30 C, dimana di stasiun 1 memiliki suhu rata-rata 31.42 C dan stasiun 2 mempunyai suhu rata-rata 31.68 C. Sedangkan pada stasiun 3 suhu rata-ratanya mencapai 33.08 C. Hal ini disebabkan oleh pengukuran suhu yang dilakukan pada siang hari. Penyebab lainnya adalah wilayah pengambilan data merupakan daerah yang terbuka, sehingga intensitas cahaya yang diterima tinggi. Salinitas merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan perkembangan hutan mangrove, terutama bagi laju pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove Aksornkoe, 1993. Hasil dari pengukuran yang dilakukan diperoleh salinitas rata-rata tertinggi pada stasiun 3 dengan 30.56 ‰ dan terendah pada stasiun 1 sebesar 29 ‰. Bengen 2004 menyatakan bahwa salah satu karakteristik habitat hutan mangrove adalah air bersalinitas payau 2-2 ‰ hingga asin mencapai 38 ‰. Kandungan oksigen terlarut DO rata-rata lokasi penelitian berkisar antara 0.41 sampai dengan 5.22 mgl. Kandungan oksigen ini tidak terlalu tinggi, yang diduga karena adanya pengaruh proses penguraian serasah di daerah mangrove yang membutuhkan oksigen. Dari hasil pengukuran diperoleh derajat keasaman pH yang berbeda-beda untuk setiap stasiun, bahkan juga berbeda tiap substasiunnya. Bila dibandingkan diantara ketiga stasiun penelitian maka kisaran pH yang diperoleh tidak terlalu jauh berbeda. Dimana untuk stasiun 1 rata-rata pHnya 6.76; kemudian untuk stasiun 2 diperoleh rata-rata pH 6.69; sedangkan untuk stasiun 3 nilai rata pHnya sebesar 7.25. Hal ini diduga karena adanya kesetimbangan antara proses penguraian serasah mangrove yang cenderung menghasilkan kondisi asam dengan pengaruh kapasitas penyangga buffer oleh garam-garam karbonat dan bikarbonat pada air laut yang lebih basa. Sedangkan untuk Kandungan Total Padatan Tersuspensi TSS dan bahan organik total TOM tertinggi pada stasiun 1 dengan masing-masing nilai 2956.00 mgl dan 328.64 mgl Tingginya TSS dan TOM di stasiun 1, karena pada daerah tersebut cenderung terjadi akumulasi sedimen dan bahan organik baik dari daratan maupun dari lautan, mengingat stasiun ini terletak dekat dengan pemukiman dan dermaga pelabuhan. Sebaran Karakteristik Fisika-Kimia Air Untuk melihat sebaran karakteristik fisika-kimia perairan secara spesifik dikaji dengan menggunakan analisis komponen utama. Pendekatan PCA tersebut digunakan untuk menampilkan data dalam bentuk grafik dan informasi dalam bentuk matriks data. Berdasarkan analisis data principal component analysis diperoleh informasi bahwa kontribusi satu komponen utama terhadap ragam total adalah sebesar 32.81, dua komponen utama sebesar 55.01, 3 komponen utama sebesar 75.74. Untuk mencapai 100 ragam total maka jumlah komponen utama yang diperlukan adalah sebanyak tujuh komponen sesuai dengan jumlah parameter yang dianalisis. Akar ciri dari masing-masing sumbu faktorial berhubungan dengan jumlah inersia dari setiap sumbu. Selanjutnya vektor ciri akan berperan untuk menjelaskan koefisien variabel pemusatan dan pereduksian dalam persamaan linear yang mendeterminasikan sumbu-sumbu utama. Akar ciri dan persentase ragam total dapat dilihat pada Lampiran 2. Gambar 8. Grafik analisis komponen utama karakteristik fisika kimia air. A. korelasi antar variabel dan sumbu faktorial utama 1 dan 2; B. sebaran stasiun pada sumbu 1 dan 2 F1 dan F2 A B Gambar 9. Grafik analisis komponen utama karakteristik fisika kimia air. A. korelasi antar variabel dan sumbu faktorial utama 1 dan 3; B. sebaran stasiun pada sumbu 1 dan 3 F1 dan F3 Berdasarkan hasil analisis distribusi variabel fisika kimia perairan terhadap stasiun penelitian di lokasi Pulau Panjang menggunakan Analisis Komponen Utama PCA. Diperoleh hasil dari analisis matriks korelasi data fisika kimia perairan Pulau Panjang memperlihatkan bahwa ragam pada komponen utama adalah tinggi. Gambar 8 dan 9 di atas menjelaskan bahwa stasiun 3 3.3 dan 3.2 dan stasiun 2 2.1 dikarakteristikkan oleh kandungan DO, Salinitas dan DHL yang tinggi. Kemudian stasiun 1 1.2 dan stasiun 2 2.2 dicirikan oleh nilai pH yang cukup tinggi. Sedangkan stasiun 2 2.3 memiliki ciri dengan kandungan TOM dan suhu tinggi dan secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan mangrove. A B Stasiun penelitian dikelompokkan dalam tiga kelompok, dengan masing- masing stasiun terdiri atas 3 sub stasiun. Dimana stasiun 1 terdiri atas sub stasiun 1.1, 1.2, dan 1.3 yang terletak disisi sebelah barat pulau, lokasi stasiun ini dekat dengan pemukiman dan dermaga. Kemudian stasiun 2 terdiri atas sub stasiun 2.1, 2.2 dan 2.3 merupakan stasiun yang berada di sebelah timur pulau, stasiun ini berada pada daerah yang berkarang. Sedangkan untuk stasiun 3 terdiri atas sub stasiun 3.1, 3.2 dan 3.3 merupakan stasiun yang berada tepat disebelah utara pulau, dimana stasiun berhadapan langsung dengan Laut Jawa. Data lengkap nilai akar ciri, persentase ragam, korelasi antar variabel, korelasi antara variabel terhadap sumbu utama serta grafik PCA secara lengkap disajikan di Lampiran 3 - 6.

4.3 Gambaran Umum Kondisi Ekosistem Mangrove

Dokumen yang terkait

Produktifitas serasah mangrove dan potensi kontribusi unsur hara di perairan mangrove Pulau Panjang Banten

5 13 141

Fluks Bentik dan Potensi Aktivitas Bakteri Terkait Siklus Nitrogen di Sedimen Perairan Mangrove Pulau Dua, Banten (Benthic Fluxes and Potency of Bacterial Activity Related to Nitrogen Cycle in Pulau Dua Mangrove Sediments, Banten)

0 3 18

Formulir Hasil Validasi (Fluks Bentik dan Potensi Aktivitas Bakteri Terkait Siklus Nitrogen di Sedimen Perairan Mangrove Pulau Dua, Banten)

0 3 3

Formulir Hasil Validasi (Produksi Serasah Mangrove di Pesisir Tangerang, Banten)

0 6 3

Produktifitas Srasah Mangrove dan Potensi Kontribusi Unsur Hara di Perairan Mangrove Tanjung Api Api Sumatera Selatan

0 2 103

Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora apiculata dan Kontribusi Terhadap Unsur Hara di Perairan Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

2 8 80

Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora apiculata dan Kontribusi Terhadap Unsur Hara di Perairan Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 15

Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora apiculata dan Kontribusi Terhadap Unsur Hara di Perairan Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 16

Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora apiculata dan Kontribusi Terhadap Unsur Hara di Perairan Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 11

Produksi Serasah Mangrove (Abdul Haris, dkk.) 13 PRODUKSI SERASAH MANGROVE DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PERAIRAN PESISIR KABUPATEN SINJAI

0 1 6