PENELITIAN PENDAHULUAN HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENELITIAN PENDAHULUAN

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang efisien dalam melakukan pengeringan film serta kondisi film setelah kering. Pengeringan film dilakukan dengan dua cara yaitu dikeringkan di suhu ruang dan suhu 50 C dalam oven. Pada pengeringan suhu ruang diperoleh film dengan kondisi yang lebih lembek dan kurang rata. Ketidakrataan film disebabkan karena adanya gelembung udara yang terperangkap dalam larutan saat proses pengeringan. Hal ini disebabkan karena sifat polimer yang memerangkap udara dan kombinasi pelarut kitosan asam laktat dan asam asetat dan kloroform yang memiliki titik didih berbeda. Selain itu proses pengeringan pada suhu ruang dibutuhkan waktu yang lama dibandingkan film yang dikeringkan pada suhu 50 C. Berbeda dengan film yang dihasilkan pada suhu ruang, film yang dikeringkan pada suhu 50 C mempunyai karakter yang lebih kuat dan lebih rata serta dibutuhkan waktu yang lebih cepat. Perbandingan konsentrasi kitosan dan PLA pada pembuatan film adalah 1000 ; 99.50.5 ; 991 ; 97.50.5 ; 955 ; 9010 ; 8020. Dari semua film yang dihasilkan film dengan perbandingan kitosan dan PLA sebesar 9010 dan 8020 mempunyai penampakan yang tidak dapat diterima sebagai film sebab penampakannya yang tidak rata dan masih basahnya bagian dasar cetakan dengan bagian permukaan film yang sudah kering. Kejadian ini mirip dengan fenomena case hardening. Hal ini disebabkan karena perbedaan titik didih kloroform pelarut PLA dan asam laktat ataupun asam asetat pelarut kitosan. Titik didih kloroform sekitar 61.2 C berbeda dengan asam asetat atupun asam laktat yang lebih tinggi yaitu 118 C untuk asam asetat dan 122 C untuk asam laktat. Perbedaan ini menyebabkan tidak bersamaannya proses penguapan sehingga dimungkinkan adanya pelarut yang terperangkap sedangkan bagian lainnya sudah kering. Kondisi film kitosanPLA yang rusak dan baik dapat dilihat pada Gambar 7. a b Gambar 8. Film biodegradabel kitosanPLA : a. rusak b. baik. Dengan demikian pada penelitian utama akan dilakukan pembuatan film kitosanPLA dengan perbandingan konsentrasi 1000; 99.50.5; 991; 97.52.5; 955. Hasil penampakan film biodegradabel kitosanPLA yang menggunakan pelarut asam laktat menghasilkan film yang lebih 19 elastis dibandingkan dengan pelarut asam asetat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Astuti 2008, asam laktat mempunyai sifat pemlastis sehingga mampu meningkatkan elastisitas film kitosanPLA yang terbentuk. Gugus OH pada asam laktat akan mengikat gugus- gugus reaktif pada kitosan sehingga mengganggu kerapatan dan interaksi antar molekul pada kitosan. Perubahan kerapatan menjadi lebih longgar ini mengakibatkan film yang dihasilkan menjadi lebih elastis. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Caner et al. 1998 yang menyatakan bahwa film kitosan dengan pelarut asam laktat mempunyai nilai kuat tarik yang lebih rendah dan persen pemanjangan yang lebih tinggi. Menurut Ornum 1992 pembentukan film kitosan mudah terjadi apabila dalam keadaan asam, karena kitosan dapat larut secara sempurna dalam keadaan asam dan bersifat polikationik pada pH asam. Pengukuran nilai pH dilakukan untuk membantu analisis lebih lanjut tentang sifat antimikroba dari film yang dihasilkan. Secara umum nilai pH larutan film kitosanPLA yang terbentuk berada pada kisaran di bawah 5. Nilai pH film kitosanPLA dengan pelarut asam laktat 1 mempunyai nilai pH berkisar antara 3.1±0.53 dan 3.6±0.01, sedangkan dengan pelarut asam asetat 1 berkisar antara 3.9±0.02 dan 4.3±0.01. Hasil analisis sidik ragam film biodegradabel kitosanPLA yang dihasilkan terhadap nilai pH dinyatakan berbeda nyata pada taraf 5 Lampiran 1. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan derajat keasaman dari berbagai perlakuan yang diberikan. Perbedaan pelarut asam laktat dan asam asetat serta penambahan pemlastis PEG menghasilkan nilai pH yang berbeda nyata untuk setiap film kitosanPLA. Larutan film kitosanPLA dengan pelarut asam laktat mempunyai pH yang lebih rendah dibandingkan dengan yang dilarutkan asam asetat. Hal ini sesuai dengan nilai pKa asam laktat yang lebih rendah 3.08 dibandingkan dengan pKa asam asetat 4.75 Belitz, 1987. Penambahan pemlastis PEG juga mampu menurunkan nilai pH larutan menjadi lebih asam. Namun efek ini tidak terlalu signifikan karena yang paling mempengaruhi nilai pH dari larutan film adalah pelarut dari kitosan itu sendiri. Nilai pH film kitosanPLA yang berkisar di bawah 5, kondisi ini sangat baik karena pertumbuhan bakteri dapat dihambat. Menurut Fardiaz 1992, pH optimum pertumbuhan bakteri, kapang, dan khamir berturut-turut yaitu 5.0-8.5 ; 3.0-8.5 ; dan 2.5-8.5. Meskipun dengan kondisi ini pertumbuhan kapang dan khamir belum bisa dihambat, tapi hal ini tidak menjadi masalah karena larutan film akan dicetak menjadi film sehingga tidak memungkinkan bagi kapang dan khamir untuk tumbuh. Film kitosanPLA yang terbentuk kemudian dikondisikan atau disimpan dalam kondisi RH 75 di dalam desikator berisi larutan NaCl jenuh. Hal ini dilakukan untuk menjaga kondisi film agar tetap bagus, sebab film yang terbentuk memiliki sifat hidrofilik sehingga sensitif terhadap uap air di udara. Untuk menyimpan film RH mendekati 50 dan 75 sering digunakan Veiga-Santos et al., 2005 .

B. PENELITIAN UTAMA

Dokumen yang terkait

Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

2 126 72

Pembuatan Dan Karakterisasi Nanokomposit Karet Alam/Organobentonit Menggunakan Cetiltrimetilamonium Bromida, Polietilen Glikol Dan Sodium Dodesil Sulfat Sebagai Pemodifikasi Permukaan

7 76 146

Karakterisasi Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, dan Ekstrak Jambu Biji (Psidium guajava L.) dengan Pemlastis Gliserin

3 64 75

Pengaruh Konsentrasi Polietilen Glikol (PEG) 6000 Terhadap Disolusi Piroksikam Dalam Dispersi Padat

6 91 87

Karakteristik Sifat Mekanik Biokomposit Serat Kelapa dengan Matrik Plastik Biodegredabel dari PLA (Poli Lactic Acid)

0 5 20

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe3 O4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

0 0 5

Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

0 0 13

Pembuatan Dan Karakterisasi Nanokomposit Karet Alam/Organobentonit Menggunakan Cetiltrimetilamonium Bromida, Polietilen Glikol Dan Sodium Dodesil Sulfat Sebagai Pemodifikasi Permukaan

0 0 36

Pembuatan Dan Karakterisasi Nanokomposit Karet Alam/Organobentonit Menggunakan Cetiltrimetilamonium Bromida, Polietilen Glikol Dan Sodium Dodesil Sulfat Sebagai Pemodifikasi Permukaan

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polietilen Glikol (PEG) - Pengaruh Penambahan Polietilen Glikol 6000 Terhadap Sifat-sifat Fisik dan Pelepasan Natrium Diklofenak dari Cangkang Kapsul Alginat

0 0 19