26
sampai 358.2±30.4 grm
2
hari. Nilai WVP film biodegradabel kitosanPLA dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.  Data WVP film biodegradabel kitosanPLA
Pelarut Konsentrasi
PEG grm
2
hari Tanpa PEG grm
2
hari
Asam laktat 1000
191.5±11.8
a
123.7±3.4
a
Asam laktat 99.50.5
175.6±18.2
a
126.3±4.6
a
Asam laktat 991
207.4±36.7
a
111.8±21.2
a
Asam laktat 97.52.5
168.5±22.8
a
143.0±25.7
a
Asam laktat 955
208.9±9.7
a
144.8±9.3
a
Asam asetat 1000
342.2±32.4
cd
254.8±23.9
cd
Asam asetat 99.50.5
324.1±18.6
cd
261.8±0.6
cd
Asam asetat 991
328.5±70.3
b
233.3±36.7
b
Asam asetat 97.52.5
358.2±30.4
c
320±9.9
c
Asam asetat 955
285.6±37.6
b
277.4±21.3
b
Ket :  Nilai yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa nilai WVP tidak berbeda nyata pada taraf  5  untuk  ketiga  jenis  faktor  yaitu  perbedaan  konsentrasi,  perbedaan    pelarut,  dan
penambahan  pemlastis,  tapi  untuk  hubungan  antara  perbedaan  konsentrasi  dan  perbedaan pelarut  uji  lanjut  Duncan  menunjukkan  berbeda  nyata  pada  taraf  5  Lampiran  7.  Film
biodegradabel  kitosanPLA  dengan  pelarut  asam  laktat  mempunyai  nilai  WVP  yang  lebih kecil  dibandingkan  dengan  pelarut  asam  asetat.  Hal  ini  berbeda  dengan  penelitian  yang
dilakukan  oleh  Canner  et  al.  1998  yang  menyatakan  bahwa  nilai  WPV  dari  edible  film kitosan  semakin  menurun  dengan  pelarut  berturut-turut  dari  laktat,  format,  propionat,  dan
asetat. Hal ini dapat dijelaskan mungkin karena gugus reaktif OH pada asam laktat berikatan dengan  kitosan  sehingga  lebih  sedikit  gugus  OH  yang  akan  berikatan  dengan  uap  air  di
udara.  Hal  ini  menyebabkan  lebih  sedikitnya  nilai  WVP  film  dengan  pelarut  asam  laktat dibandingkan dengan asam asetat.
Film  biodegradabel  kitosanPLA  dengan  penambahan  pemlastis  mempunyai  nilai WVP yang lebih besar dibandingkan dengan film tanpa penambahan pemlastis PEG. Hal ini
dapat  dijelaskan  karena  penambahan  pemlastis  akan  meningkatkan  fleksibilitas  film biodegradabel  kitosanPLA  sehingga  film  mempunyai  pori-pori  yang  lebih  besar  dan
memudahkan  uap  air  untuk  masuk.    Suyatma  et  al.  2005  melaporkan  bahwa  pemlastis menurunkan  gaya  hidrofobik  dari  film,  sehingga  sifat  higrokopisnya  meningkat.  Film
biodegradabel  kitosanPLA  dengan  penambahan  pemlastis  sifat  higrokopisnya  lebih  besar dibandingkan dengan film tanpa penambahan pemlastis sehingga uap air lebih mudah keluar
masuk.
6. Analisis dengan Differential Scanning Calorimeter DSC
Menurut  Jandali  dan  Widmann  1995,  suhu  transisi  gelas  Tg  dapat  dianalisa dengan menggunakan DSC. Suhu transisi gelas terdeteksi oleh adanya perubahan garis fase
kapasitas  panas  yang  berbentuk  seperti  anak  tangga  tanpa  puncak  yang  menunjukkan terjadinya  peralihan  kondisi  gelas  ke  termoplastik  atau  karet.  Suhu  transisi  yang  dianalisa
pada  bioplastik  meliputi  suhu  peralihan  gelas  Tg  glass  transition  dan  suhu  pelelehan Tm melting  point.  Dengan  diketahuinya  sifat  termal  suatu  polimer  akan  memudahkan  dalam
menentukan kondisi proses yang sesuai untuk bahan tersebut.
27
Menurut  Jackson  dan  Mantsch  1995,  struktur  kimia  sangat  mempengaruhi transisi gelas terutama dihubungkan dengan mobilitas.  Peningkatan polaritas rantai utama
meningkatkan  Tg.   Demikian  juga  berat  molekul  mempengaruhi  Tg  dengan  nyata  dimana pada  berat  molekul  yang  lebih  rendah  terjadi  kelebihan  volume  bebas,  dan  ketika  berat
molekul  meningkat,  konsentrasi  ujung rantai  menurun  sampai  pada  suatu  keadaan  dimana volume  bebas  menjadi  dapat  diabaikan.  Slade  dan  Levine  1988  yang  dikutip  oleh
Tananuwong  dan  Reid  2004  menyatakan  bahwa  suhu  transisi  gelas  Tg  adalah  spesifik untuk  masing-masing  senyawa  dan  tergantung  dari  volum  bebas,  derajat  polimerisasi,
geometris molekuler, kristalinitas dan berat molekul dari polimer.
Metode  DSC mengukur sejumlah energi yang diserap atau dilepaskan  oleh suatu sampel  ketika  dipanaskan,  didinginkan  atau  didiamkan  pada  suhu  konstan  dan  bersama
fungsi  waktu  mengekspresikan  perubahan  entalpi  dari  material  tersebut    Jandali  dan Widmann, 1995.  Kurva hasil analisis  DSC  untuk  film  biodegradabel  kitosanPLA  dengan
perbandingan 1000 dapat dilihat pada Gambar 12.
Kurva  hasil  analisis  DSC  untuk  film  kitosan  murni  kitosanPLA  1000 menunjukkan  bahwa  Tg  film  kitosan  dengan  pelarut  asam  asetat  dan  asam  laktat  sulit
ditentukan  sebab  tidak  terdapat  perubahan  kapasitas  panas  yang  terlihat  jelas  pada  kurva. Menurut Kittur et al. 2002 tidak terdeteksinya Tg kitosan karena terletak pada suhu tinggi,
dimana  degradasi  menutup  penentuan  nilai  tersebut.  Kemungkinan  lain  tidak  terdeteksinya Tg  adalah  kemampuan  deteksi  alat  yang  kurang  sensitif  sehingga  tidak  bisa  menangkap
perubahan  entalphi  terkecil  pada  saat  terjadi  perubahan  bentuk  sampel  dari  gelas  menjadi termoplastik.
Menurut  Cervera  et  al.,  2004  bervariasinya  nilai  Tg  dari  film  kitosan  yang terbentuk  disebabkan  karena  adanya  perbedaan  dalam  hal  kristalinitas,  jumlah  air,  derajat
deasitilasi,  dan  group  OH  atau  amin  dalam  rantai  makromolekul.  Pada  umumnya  nilai  Tg film  akan  turun  dengan  penambahan  suatu  pemlastis.  Penambahan  pemlastis  akan
menurunkan  gaya  intermolekuler diantara rantai  polimer  dan akibatnya  nilai  Tg  akan turun Guilbert  dan  Gontard,  1995.  Umumnya,  penggunaan  bioplastik  amorf  dibatasi  oleh
tingginya  nilai  Tg  suatu  polimer  yang  dipengaruhi  oleh  kelembaban  relatif  khususnya hidrofilik  polimer.  Di  bawah Tg materi  bersifat rigid, dan  diatas  Tg materi  bersifat  visko-
elastis  atau  mungkin  cairan  Guilbert  dan  Gontard  1995.  Menurut  Suyatma  2005  Tg kitosan berkisar antara 140-150
C dan tidak tergantung dari derajat deasetilasi.  Ratto et al. 1995  mendeteksi  T
g
kitosan  pada  suhu  30  ºC  untuk  kadar  air  berkisar  antara  8  -  30. Lazaridou  and  Biliaderis  2005  menemukan  T
g
kitosan  berkisar  antara  -23 –  67  ºC,
tergantung pada kadar air, yang mengindikasikan efek plastifikasi air. Sakurai  et al. 2000 mendeteksi T
g
kitosan pada suhu 203 ºC.
28
25 50
75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325
E xo
th e
rm ic
Suhu C
kitosanPLA 1000, tanpa
PEG, asam laktat
kitosanPLA 1000, tanpa
PEG, asam asetat
25 50
75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325
E xo
th er
m ic
Suhu C
kitosanPLA 1000, PEG,
asam laktat
kitosanPLA 1000, PEG,
asam asetat
Gambar 12.  Kurva hasil analisa sifat thermal film biodegradabel kitosanPLA 1000  a film tanpa PEG   b film dengan PEG.
Pada  Gambar  12  terlihat  film  kitosan  dengan  pelarut  asam  laktat  mempunyai  dua puncak  baik  pada  film  dengan  penambahan  PEG  maupun  tanpa  penambahan  PEG.  Titik
puncak kurva yang mengarah ke bawah merupakan titik suhu perubahan material dari padat menjadi cairan, sehingga dapat dikatakan sebagai suhu pelelehan melting point, Tm. Untuk
film  kitosan  dengan  pelarut asam  laktat  tanpa  penambahan PEG  titik  leleh  kitosan  berkisar 153
C  dan  titik  leleh  film  kitosan  dengan  pelarut  asam  laktat  dengan  penambahan  PEG berkisar  147
C.  Dari  kedua  nilai  ini  terlihat  bahwa  terjadi  penurunan  titik  leleh  dari  film kitosan murni.
a
b
∆H = 244,96 Jg
Tm
∆H = 354.88 Jg
∆H=183.05 Jg
∆H=360.38 Jg Tm
29
100 200
300 400
E xot
h e
rm ic
Suhu C
kitosanPLA 97,52,5, tanpa
PEG, asam laktat kitosanPLA
97,52,5, tanpa PEG, asam asetat
100 200
300 400
E xot
h e
rm ic
Suhu C
kitosanPLA 97,52,5, PEG, asam
laktat kitosanPLA
97,52,5, PEG, asam asetat
∆H=160,92 Jg Tm
a
Gambar  13.    Kurva  hasil  analisa  sifat  thermal  film  biodegradabel  kitosanPLA  97.52.5: a   film tanpa PEG    b film dengan PEG.
Kurva  hasil  analisis  DSC  film  biodegradabel  kitosanPLA  dengan  konsentrasi 97.52.5 dengan pelarut asam laktat maupun asam asetat ditunjukkan pada Gambar 13. Hasil
analisis DSC ini sama seperti analisis pada film kitosan dimana nilai Tg film sulit ditentukan. Puncak kurva yang mengarah kebawah merupakan suhu pelelehan Tm dari  film. Nilai Tm
untuk film  biodegradabel  kitosanPLA  97.52.5  pelarut asam  laktat  tanpa  penambahan  PEG sekitar 143
C dan film dengan pelarut asam asetat tanpa penambahan PEG sekitar 121 C.
Untuk  film  biodegradabel  kitosanPLA  97.52.5  dengan  penambahan  PEG  terlihat  terdapat dua  puncak  pada  setiap  kurva.  Puncak  pertama  pada  setiap  kurva  diduga  merupakan  titik
leleh film dan diduga merupakan energi yang dibutuhkan untuk melepaskan interaksi antara molekul kitosanPLA dan PEG. Puncak kedua merupakan titik leleh dari  film biodegradabel
kitosanPLA 97.52.5. Nilai Tm film biodegradabel kitosanPLA 97.52.5 pelarut asam laktat dengan penambahan PEG sekitar  167
C dan dengan pelarut asam asetat sekitar 151 C.
7. Pengamatan Mikrostruktur dengan SEM