Analisis Separabilitas HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan grafik pada Gambar 18, secara visual dapat diketahui bahwa kelas-kelas penutupan lahan tersebut memiliki nilai rata-rata DN yang tersebar. Sehingga setiap kelas penutupan lahan tersebut dapat dibedakan antara satu dengan lainnya. Walaupun demikian masih terdapat beberapa kelas penutupan lahan yang cenderung mengelompok seperti kelas penutupan lahan semak dengan perkebunan. Hal tersebut dikarenakan nilai rata-rata DN kelas penutupan lahan tersebut tidak memiliki perbedaan yang cukup besar sehingga menyebabkan rendahnya nilai keterpisahan antara kelas-kelas tersebut.

C. Analisis Separabilitas

Dari area contoh yang diambil dari masing-masing kelas penutupan lahan tersebut kemudian dilakukan analisis separabilitas. Analisis separabilitas ini merupakan analisis dalam klasifikasi untuk mengetahui tingkat atau daya keterpisahan bagi semua pasangan kelas yang disajikan dalam suatu matrik. Maksud dari analisis separabilitas ini adalah untuk membuat kelas-kelas penutupan lahan yang benar-benar terpisahkan satu sama lainnya. Semakin besar nilai keterpisahan antar kelas tersebut berarti semakin baik pula hasil klasifikasi tersebut. Ini berarti bahwa setiap pasangan kelas tersebut dapat dibedakan secara jelas. Evaluasi separabilitas 6 kelas penutupan lahan pada citra ALOS disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11. Evaluasi separabilitas 6 kelas penutupan lahan pada citra ALOS PALSAR dengan kombinasi band 1-2 Kelas C1 C2 C3 C4 C5 C6 C1 2000 2000 2000 2000 2000 C2 1645 1938 1983 1996 C3 2000 1536 1983 C4 2000 2000 C5 1380 C6 Keterangan : C1 = badan air, C2 = sawah, C3 = perkebunan, C4 = lahan terbuka, C5 = semak C6 = hutan Pengelompokan piksel pada citra ALOS PALSAR kedalam 6 kelas penutupan lahan yang berbeda pada kombinasi saluran HH dan HV memberikan nilai separabilitas rata-rata untuk setiap pasangan kelas sebesar 1897,69. Nilai tersebut berarti bahwa pengkelasan pada klasifikasi dapat dibedakan dengan cukup fair antara kelas yang satu dengan kelas yang lainnya. Walaupun secara umum terpisahkan secara cukup fair tetapi dari Tabel 11 dapat kita lihat bahwa masih ada beberapa pasangan kelas yang nilai keterpisahannya kurang dari 1600 atau tidak terpisahkan inseparable. Nilai keterpisahan untuk kelas penutupan lahan berupa badan air terhadap semua kelas lainnya bernilai 2000. Hal ini berarti badan air terpisahkan dengan sempurna excellent dengan semua kelas penutupan lahan lainnya. Begitu juga pada kelas penutupan lahan terbuka, selain terhadap kelas penutupan sawah yang memiliki nilai keterpisahan sebesar 1938 yang berarti baik good, nilai keterpisahan terhadap kelas penutupan lainnya adalah sebesar 2000 atau termasuk kedalam kategori sempurna excellent. Kombinasi saluran HH dan HV yang memiliki nilai keterpisahan termasuk kedalam kategori baik good adalah antara sawah dengan semua kelas penutupan lainnya kecuali terhadap kelas penutupan perkebunan yang memiliki nilai separabilitas sebesar 1645 atau keterpisahannya termasuk kedalam kategori cukup baik poor. Begitu juga dengan nilai separabilitas antara kelas penutupan perkebunan dengan hutan. Kelas penutupan yang tidak dapat dipisahkan inseparable karena memiliki nilai keterpisahan dibawah 1600 adalah kelas penutupan semak dengan perkebunan dan hutan yang masing-masing memiliki nilai keterpisahan sebesar 1536 dan 1380. Artinya nilai piksel dari kelas-kelas penutupan lahan tersebut hampir tidak dapat dibedakan antara satu dengan yang lannya. Pada peta tutupan lahan yang menjadi referensi dalam penelitian ini terdapat 22 kelas penutupan lahan yaitu: awan, bandarapelabuhan, lahan terbuka, pemukiman, pertambangan, rawa, rumput, semak belukar, semak belukar rawa, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campuran, sawah, tambak, badan air, perkebunan, hutan tanaman, hutan rawa primer dan sekunder, hutan mangrove primer dan sekunder, serta hutan lahan kering primer dan sekunder. Oleh karena citra yang digunakan adalah citra dengan resolusi spasial yang rendah dan hanya terdiri dari dua band HH dan HV maka hasil klasifikasi yang didapatkan tidaklah detail. Berdasarkan peta tutupan lahan dan karakter spektralnya didapatkan enam kelas penutupan lahan pada citra ALOS PALSAR. Kelas-kelas penutupan lahan tersebut merupakan gabungan dari 22 kelas penutupan lahan yang ada pada peta tutupan lahan tahun 2003. Kelas penutupan badan air merupakan kelas penutupan yang dalam peta tutupan lahan ditunjukan sebagai badan air dan tambak. permukaan yang halus smooth akan bertindak sebagai specular reflector seperti cermin yang menyebabkan arah backscatter akan dipantulkan menjauhi sensor sehingga objek yang direkam tampak gelap. Kelas penutupan lahan berupa perkebunan adalah gabungan dari perkebunan dan hutan tanaman. Karakteristik hamburan balik pada kelas penutupan perkebunan dipengaruhi oleh kekasaran permukaan. Citra ALOS PALSAR ini mengunakan saluran L yang memiliki panjang gelombang 15 ~ 30 cm. Panjang gelombang pada saluran ini mampu menembus bagian batang tanaman. Sehingga diperkirakan kekasaran permukaan yang mempengaruhi hamburan baliknya merupakan fungsi dari seluruh kanopi tanaman yang ada pada areal tesebut. Oleh karena itu arah hamburan baliknya akan disebarkan kesegala arah sehingga teksturnya terlihat kasar. Kelas penutupan berupa lahan terbuka adalah apa yang ditunjukan oleh peta tutupan lahan sebagai bandarapelabuhan, lahan terbuka, rawa, permukiman, dan pertambangan. Permukaan yang halus smooth akan bertindak sebagai specular reflector seperti cermin yang menyebabkan arah backscatter akan dipantulkan menjauhi sensor sehingga objek yang direkam tampak gelap. Sedangkan kelas penutupan berupa sawah pada citra ALOS PALSAR tetap diklasifikasikan sebagai sawah. Selanjutnya kelas penutupan pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur, rumput, semak belukar, dan semak belukar rawa digabungkan menjadi kelas penutupan semak. Gabungan dari kelas penutupan hutan rawa primer dan sekunder, hutan mangrove primer dan sekunder, serta hutan lahan kering primer dan sekunder menghasilkan kelas tutupan lahan berupa hutan. Selain kekasaran dari kanopi tanaman secara keseluruhan di hutan, hamburan balik pada penutupan lahan ini juga dipengaruhi oleh kekasaran yang diakibatkan oleh kemiringan topografi dan relief. Sehingga pantulan yang terjadi adalah pantulan sudut. Pantulan sudut pantulan kembali kearah sensor menyebabkan rona sangat cerah dan melebar, pada objek yang bersudut siku-siku seperti lerengcliff. Oleh karena klasifikasi citra ALOS PALSAR kedalam enam kelas penutupan lahan masih menunjukan adanya kombinasi beberapa kelas penutupan yang belum terpisahkan maka selanjutnya dilakukan kembali klasifikasi kedalam empat kelas pentupan lahan yang lebih sederhana. Keempat kelas penutupan lahan tersebut adalah badan air, vegetasi jarang, vegetasi sedang, dan vegetasi rapat. Kelas penutupan vegetasi jarang merupakan gabungan dari kelas penutupan lahan terbuka, sawah, dan semak. Hal itu dikarenakan kelas-kelas penutupan lahan tersebut diperkirakan memiliki penutupan tajuk 40. Sedangkan kelas penutupan vegetasi sedang merupakan nama lain dari kelas penutupan lahan berupa perkebunan. Areal-areal perkebunan tersebut diperkirakan mempunyai penutupan tajuk yang berkisar antara 40 ~ 70. Sedangkan kelas penutupan hutan yang diperkirakan mempunyai penutupan tajuk 70 di kelompokan kedalam kelas penutupan lahan berupa vegetasi rapat. Tabel 12 dibawah ini menyajikan hasil evaluasi separabilitas citra ALOS PALSAR yang dikelompokan kedalam empat kelas penutupan lahan. Tabel 12. Evaluasi separabilitas citra ALOS PALSAR dengan metode Transformed Divergence Nama kelas Badan air Vegetasi jarang Vegetasi sedang Vegetasi rapat Badan air 2000 2000 2000 Vegetasi jarang 1871 1987 Vegetasi sedang 1983 Vegetasi rapat Pembagian kelas penutupan pada citra ALOS PALSAR kedalam empat kelas penutupan lahan pada kombinasi saluran HH dan HV menghasilkan nilai keterpisahan yang lebih baik dibandingkan dengan mengelompokannya menjadi enam kelas penutupan lahan. Nilai keterpisahan rata-rata dari keempat kelas penutupan lahan tersebut adalah sebesar 1973,84. Nilai tersebut berarti bahwa setiap kelas hasil klasifikasi dapat dibedakan dengan baik antara kelas yang satu dengan kelas yang lainnya. Seperti pada klasifikasi dengan enam kelas penutupan yang berbeda, pada klasifikasi menjadi empat kelas penutupan juga badan air merupakan kelas penutupan yang memiliki nilai keterpisahan sempurna excellent. Nilai keterpisahan kelas penutupan badan air dengan kelas penutupan lainnya dengan menggunakan metode Transformed Divergence ini adalah sebesar 2000. Sementara itu nilai keterpisahan vegetasi jarang dengan vegetasi sedang dan rapat adalah masing-masing sebesar 1871 dan 1987 yang berarti nilai keterpisahannya cukup fair dan baik good. Sedangkan nilai keterpisahan antar kelas penutupan lahan berupa vegetasi sedang dan rapat adalah 1994. Nilai keterpisahan kelas penutupan vegetasi jarang dengan vegetasi rapat tersebut termasuk kedalam kategori baik good.

D. Evaluasi Akurasi Hasil Klasifikasi