24
I
beriringan. Begitu juga akan kewajiban dari seorang anak. Mengapa kewajiban perlu dilakukan oleh seorang anak? Karena tidaklah mungkin anak itu akan
menjadi seorang anak yang berakhlak baik jika ia hanya menuntut pemenuhan akan hak-haknya saja, sementara kewajibannya sendiri sering diabaikan. Jadi
dapat dikatakan bahwa pemenuhan kewajiban merupakan salah satu cara untuk membimbing anak ke arah yang lebih baik.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam pasal 19 merumuskan, bahwa setiap anak berkewajiban untuk :
a Menghormati orang tua, wali,, dan guru;
b Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman;
c Mencintai tanah air, bangsa, dan negara;
d Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan
e Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
Pelaksanaan terhadap kewajiban anak merupakan tugas kita semua. Baik keluarga, lingkungan, pemerintah bahkan instansi-instansi terkait harus dapat
menyokong, memberikan dukungan dan motivasi bagi anak agar dapat menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.
2. Bantuan Hukum
a. Definisi Bantuan Hukum
Dalam pasal 3 huruf c Undang-Undang SPPAdinyatakan bahwa setiap anak dalam proses peradilan berhak untuk memperoleh bantuan hukum dan
25
I
bantuan lain secara efektif. Dalam pasal 3 huruf k juga dinyatakan bahwa anak berhak memperoleh advokasi sosial. Pemberian bantuan hukum merupakan salah
satu upaya perlindungan terhadap anak dalam mengikuti proses beracara di pengadilan. Hal tersebut ditegaskan dalam pasal 23 ayat 1 yang berbunyi :
“Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak wajib diberikan bantuan hukum dan didampingi oleh Pembimbing Kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Di Indonesia telah diterbitkan Undang-Undang Bantuan Hukum
terbaru, yaitu Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum selanjutnya disebut Undang-Undang Bantuan Hukum. Menurut pasal 1 angka 1
Undang-Undang ini, bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.
Hak atas bantuan hukum telah diterima secara universal yang dijamin dalam Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik International Covenant
on Civil and Political Rights ICCPR
12
Negara Indonesia adalah negara hukum .
13
12
Lihat Penjelasan Ketentuan Umum UU No. 16 Tahun 2011: “Pasal 16 dan pasal 26 ICCPR menjamin semua orang berhak memperoleh perlindungan
hukum serta harus dihindarkan dari segala bentuk diskriminasi. Sedangkan pasal 14 ayat 3 ICCPR, memberikan syarat terkait Bantuan Hukum yaitu : 1 kepentingan-kepentingan keadilan,
dan 2 tidak mampu membayar Advokat”.
13
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945.
. Meskipun tidak ada penegasan secara jelas bahwa bantuan hukum merupakan tanggung jawab negara,
namun karena konstitusi kita berkata demikian, maka setiap negara hukum pasti mengakui dan melindungi hak asasi manusia bagi setiap individu, termasuk dalam
pemberian bantuan hukum. Hal ini menjadi prioritas negara hukum dalam
26
I
mewujudkan suatu perubahan yang berasaskan sosial berkeadilan. Negara hukum harus mencapai kebenaran dan keadilan yang hakiki dalam perwujudan sistem
hukum yang digunakannya, sehingga pemberian bantuan hukum menjadi hal yang wajib.
Profesi Advokat merupakan Pemberi Bantuan Hukum yang sudah sering kita dengar. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang
Advokat menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini. Advokat menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk
kepentingan masyarakat pencari keadilan, termasuk memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka di depan hukum. Profesi Advokat
disini mempunyai peran sentral terhadap penegakan supremasi hukum, di samping lembaga peradilan dan instansi penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan.
Bila kita kembalikan dalam konsep mengenai perlindungan anak, maka pemberian bantuan hukum merupakan hak yang wajib diberikan bagi anak yang
berkonflik dengan hukum. Hal ini sebagai wujud perlindungan terhadap hak-hak anak. Perlu diingat ketentuan bahwa seorang Advokat atau pemberi bantuan
hukum lain harus memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak dan mengusahakan agar suasana kekeluargaan tetap terjaga. Karena proses beracara di
Peradilan Anak tentunya akan berbeda dengan proses beracara di Peradilan Umum. Anak tidak boleh tertekan, tidak boleh semakin menurunkan mentalnya
untuk berproses di pengadilan.
27
I
b. Tujuan Penyelenggaraan Bantuan Hukum di Indonesia