43
I
BAB II KETENTUAN PENGATURAN BANTUAN HUKUM DAN PERADILAN
ANAKSEBELUM DAN SETELAH LAHIRNYA UNDANG-UNDANG BANTUAN HUKUM DAN UNDANG-UNDANG SISTEM PERADILAN
PIDANA ANAK DI INDONESIA
A. Perkembangan Pengaturan Bantuan Hukum di Indonesia
Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 menyatakan : “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Dari ketentuan pasal tersebut telah dicantumkan sekaligus tentang hak dan kewajiban
tiap-tiap warga negara, hak untuk pengakuan secara rata dalam kedudukan hukum serta kewajiban untuk menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan tanpa
terkecuali. Pancasila sebagai ideologi bangsa merupakan salah satu faktor yang identik dengan hal ini. “Kemanusiaan yang adil dan beradab” sebagai sila kedua
dari Pancasila, dalam butir-butir Pancasila yang terkandung di dalamnya di antaranya mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, serta mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit, dan sebagainya.
44
I
Bantuan hukum sebenarnya sudah dilaksanakan pada masyarakat Barat sejak zaman Romawi, dimana pada waktu itu bantuan hukum berada dalam
bidang moral dan lebih dianggap sebagai suatu pekerjaan yang mulia khususnya untuk menolong orang-orang tanpa mengharapkan dan atau menerima imbalan
atau honorarium
32
Bantuan hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum dalam hal ini lembaga bantuan hukum baru dikenal di Indonesia sejak diberlakukannya
sistem hukum Barat di Indonesia. Namun menurut Adnan Buyung Nasution, bantuan hukum itu sebenarnya sudah dikenal secara formal sejak masa penjajahan
Belanda. Bermula pada tahun 1848 ketika di Belanda terjadi perubahan besar dalam sejarah hukumnya. Berdasarkan asas konkordansi, maka dengan firman
Raja tanggal 16 Mei 1848 Nomor 1, perundang-undangan baru di Belanda tersebut juga diberlakukan bagi Indonesia yang pada waktu itu masih bernama
Hindia Belanda. Dalam peraturan itulah pertama kalinya diatur tentang Lembaga Advokat, sehingga diperkirakan bantuan hukum di Indonesia dalam arti formal
baru dikenal sekitar tahun tersebut, dan itupun terbatas bagi orang-orang Eropa saja dalam peradilan Raad Van Justitie.
. Meletusnya Revolusi Perancis mengakibatkan konsep bantuan hukum kemudian bergerak menjadi bagian dari kegiatan hukum yang
menekankan hak-hak yang sama bagi tiap warga masyarakat dalam mempertahankan kepentingannya di muka pengadilan. Sampai awal abad ke-20
ini pun bantuan hukum lebih banyak dianggap sebagai suatu pekerjaan memberi jasa hukum tanpa suatu imbalan.
32
Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, CV. Mandar Maju, Bandung, 2009, hlm. 11.
45
I
Lebih tegas lagi dalam hukum positif Indonesia masalah bantuan hukum ini diatur dalam pasal 250 ayat 5 dan 6 HIR Hukum Acara Pidana
Lama dengan cakupan yang terbatas, artinya, pasal ini dalam prakteknya hanya lebih mengutamakan Bangsa Belanda daripada bangsa Indonesia yang waktu itu
lebih populer disebut inladers, di samping itu, daya laku pasal ini hanya terbatas apabila para advokat tersedia dan bersedia membela mereka yang dituduh dan
diancam hukuman mati dan atau hukuman seumur hidup
33
. Bangsa Indonesia pada waktu itu seakan-akan tidak ada atau tidak dianggap dalam pemenuhan
bantuan hukumnya, sehingga profesi lawyer pada waktu itupun tidak dapat berkembang pesat. Namun pada perkembangan berikutnya paralel dengan
gemuruhnya arus pergerakan nasional kita, mulai bermunculan ahli-ahli hukum bangsa Indonesia yang berprofesi advokat turut meramaikan gerakan nasional
Indonesia melalui pemberian bantuan hukum. Dengan motif turut membantu gerakan nasional, maka mereka turut membantu rakyat Indonesia yang tidak
mampu memakai jasa advokat-advokat Belanda ketika sedang menghadapi masalah hukum di muka pengadilan. Pada dasarnya gerakan bantuan hukum pada
waktu itu dapat kita baca sebagai salah satu rangkaian dari pergerakan nasional untuk melepaskan bangsa Indonesia dari cengkeraman penjajah Belanda
34
Kondisi yang demikian juga masih monoton pada masa penjajahan Jepang. Tidak terlihat adanya perubahan yang signifikan mengenai masalah
bantuan hukum. Begitu juga pada masa setelah proklamasi kemerdekaan, di mana seluruh bangsa masa terfokus untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan.
.
33
Ibid., hlm. 12.
34
Ibid., hlm. 13.
46
I
Bahkan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, bantuan hukum justru mengalami kemerosotan yang luar biasa akibat besarnya kekuasaan dan pengaruh
Soekarno pada masa ini. Presiden diberi wewenang untuk ikut campur dalam masalah pengadilan, sehingga wibawa pengadilan pun jatuh dan orang-orang
semakin tidak menaruh kepercayaan besar pada bantuan hukum. Perkembangan yang cukup pesat dalam hal bantuan hukum ini terjadi
pada masa Orde Baru yang kembali menjamin kebebasan peradilan untuk tidak diganggu oleh campur tangan pihak-pihak atau kekuatan dari luar untuk tiap
urusan peradilan, melalui Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 yang menggantikan Undang-Undang No. 19 Tahun 1964 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman. Pada masa ini sudah mulai didirikan dan beroperasinya lembaga-lembaga yang berkaitan dalam masalah pemberian
bantuan hukum, seperti biro-biro konsultasi hukum, lembaga-lembaga bantuan hukum, dan lain-lain.
Ketentuan tentang bantuan hukum dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman diatur dalam pasal
35-38. Pasal 35 Undang-Undang ini berbunyi : “Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum”. Pada penjelasan pasal 35 dapat
dibaca landasan pemikiran pembuat undang-undang tentang makna bantuan hukum, yang berbunyi : “Merupakan suatu asas yang penting bahwa seseorang
yang terkena perkara mempunyai hak untuk memperoleh bantuan hukum. Hal ini dianggap perlu karena ia wajib diberi perlindungan sewajarnya. Perlu diingat juga
ketentuan pasal 8, dimana seorang tertuduh wajib dianggap tidak bersalah sampai
47
I
ada keputusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Karena pentingnya, supaya diadakan undang-undang
tersendiri tentang bantuan hukum”
35
Terlepas dari sejarah perkembangan bantuan hukum di Indonesia, perlu lebih dijabarkan lagi eksistensi bantuan hukum itu dalam pemenuhan hak-hak
asasi manusia. Pada bagian Konsiderans Undang-Undang Bantuan Hukum, di antaranya menyatakan mengenai penjaminan hak-hak konstitusional sebagai
sarana perlindungan hak asasi manusia, perwujudan akses keadilan bagi masyarakat miskin, hingga terwujudnya perubahan sosial berkeadilan
.
36
35
M. Yahya Harahap, Op. Cit, hlm. 345-346.
36
Lihat bagian Konsiderans Undang-Undang No. 16 Tahun 2011.
. Hal-hal yang dinyatakan dalam Undang-Undang tersebut menegaskan bahwa pemberian
bantuan hukum erat kaitannya dengan pemenuhan hak asasi manusia. Karena pemberian bantuan hukum merupakan salah satu sarana yang tak terpisahkan
dalam melindungi hak-hak tiap-tiap manusia dalam proses pencapaian keadilan. Memang patut diakui bahwa menegakkan hukum dan keadilan itu adalah
mustahil. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat bahwa keadilan itu merupakan sesuatu yang nisbi atau relatif adanya. Karena apa yang menurut kita
adil, belum tentu adil bagi orang lain. Seolah-olah nilai dan rasa keadilan itu hanya terbatas untuk suatu kelompok dalam suatu batas ruang waktu tertentu.
Adapun keadilan yang hendak ditegakkan tiada lain daripada nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila, UUD 1945, serta segala nilai-nilai yang
48
I
terdapat pada hukum dan perundang-undangan yang lain, yang nilai-nilainya aspiratif dengan nilai dan rasa keadilan masyarakat
37
Hukum dan keadilan memiliki hubungan yang erat. Adil artinya tidak memandang status atau melihat seseorang dari segi manapun dalam pemberian
bantuan hukum yang menjamin hak-hak asasinya. Sehingga meletakkan hukum itu harus dibuat secara demokratis dan menjamin hak asasi manusia, dan dalam
penegakan keadilan ini maka hukum harus bekerja benar-benar efektif. Sesuai dengan konsep keadilan, maka pemberian bantuan hukum ini pun harus merata
bagi seluruh masyarakat. Tidak boleh ada pembedaan antara “si miskin” dengan “si kaya”. Berbagai Lembaga Bantuan Hukum di Indonesia yang mempelopori
gerakan bantuan hukum juga tidak lepas dari konteks perjuangan menegakkan demokrasi kontitusional. Organisasi bantuan hukum bukan semata-mata lembaga
yang hanya memberikan fasilitas bantuan hukum secara cuma-cuma kepada rakyat kecil yang tidak mampu dan buta hukum seperti di negara-negara lain,
melainkan sosial lainnya yang mengacu tegaknya nilai-nilai negara hukum yang demokratis dan dihormatinya hak-hak asasi manusia
.
38
Negara Indonesia adalah negara hukum. Dalam konsep negara hukum, negara tentu akan mengakui dan melindungi hak asasi manusia bagi setiap
individu, termasuk hak atas bantuan hukum ini. Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum kepada warga negara merupakan upaya untuk memenuhi dan
sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi .
37
M. Yahya Harahap, Op. Cit, hlm. 66.
38
Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Op. Cit, hlm. 135.
49
I
serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan access to justice dan kesamaan di hadapan hukum equality before the law
39
. Selama ini, pemberian bantuan hukum yang dilakukan belum banyak menyentuh
orang atau kelompok orang miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan karena terhambat oleh ketidakmampuan mereka untuk mewujudkan hak-
hak kontitusional mereka
40
39
Lihat Penjelasan Umum UU No. 16 Tahun 2011.
40
Ibid.
. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan konsep keadilan yang semestinya.
Jaminan atas hak konstitusional tersebut belum mendapatkan perhatian secara memadai, sehingga dibentuklah Undang-Undang Bantuan Hukum yang
merupakan Undang-Undang yang secara khusus dibentuk untuk mengatur pemberian bantuan hukum bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dibentuknya
Undang-Undang Bantuan Hukum ini menjadi dasar bagi negara untuk menjamin warga negara khususnya bagi orang atau kelompok orang miskin untuk
mendapatkan akses keadilan dan kesamaan di hadapan hukum. Oleh karena itu, tanggung jawab negara harus diimplementasikan melalui pembentukan Undang-
Undang Bantuan Hukum ini. Dengan diundangkannya Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, maka ketentuan mengenai pemberian
bantuan hukum diatur melalui Undang-Undang ini.
50
I
B. Perkembangan Pengaturan Peradilan Anak di Indonesia