14
I
kematangan berpikir. Mengapa dikatakan demikian? Karena pada masa sekarang dengan mudah kita temukan orang yang umurnya sudah masuk kategori dewasa,
namun masih memiliki sifat seperti anak-anak. Begitu juga sebaliknya. Sehingga uji kejiwaan itu memang sangat diperlukan.
Pada hakikatnya, kedudukan status pengertian anak dalam hukum pidana meliputi dimensi-dimensi pengertian berikut ini
5
1. Ketidakmampuan untuk pertanggungjawaban tindak pidana
:
2. Pengembalian hak-hak anak yang timbul dengan jalan mensubstitusikan
hak-hak anak yang timbul dari lapangan hukum keperdataan, tata negara dengan maksud untuk mensejahterakan anak
3. Rehabilitasi, yaitu anak yang berhak untuk mendapat proses perbaikan
mental spiritual akibat dari tindakan hukum pidana yang dilakukan anak itu sendiri
4. Hak-hak untuk menerima pelayanan dan asuhan 5. Hak-hak anak dalam proses hukum acara pidana.
b. Batas Usia Anak
Mengenai batas usia anak sebenarnya secara umum telah dijelaskan dalam uraian di atas. Penggolongan definisi “anak” pada umumnya selalu
dikaitkan dengan batas usia dari seorang anak, meskipun pembatasan anak dari segi umurnya tidaklah selamanya tepat, karena kondisi umur seseorang
5
Maulana Hasan Wadong, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Gramedia Wirasarana Indonesia, Jakarta, 2000, hlm. 22.
15
I
dihubungkan dengan kedewasaan merupakan sesuatu yang bersifat semu dan relatif
6
Pembatasan usia anak menunjukkan suatu sinergi dalam pemberian definisi tentang anak. Definisi anak sebagaimana dijelaskan di atas merupakan
pemahaman secara komprehensif. Namun, untuk menentukan batas usia dalam hal definisi anak, maka kita akan mendapatkan berbagai macam batasan usia anak
mengingat beragamnya definisi batasan usia anak dalam beberapa undang- undang, misalnya
. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa dapat dijumpai anak yang dari segi kemampuannya masih terbatas, namun dari segi usia sebenarnya
anak tersebut telah dewasa. Sehingga para ahli psikologi beranggapan lain untuk menentukan batas penggolongan “anak”. Hal ini masih menjadi pertentangan
antara ahli pidana dengan ahli psikologi dalam penetapan batas usia pertanggungjawaban pidana.
Para ahli hukum, khususnya hukum pidana, lebih melihat seorang anak itu berdasarkan usianya. Batas usia anak merupakan pengelompokan usia
maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status hukum, sehingga dalam dirinya ada peralihan status menjadi usia dewasa atau menjadi seorang subyek
hukum yang dinilai sudah dapat bertanggungjawab secara mandiri terhadap perbuatan atau tindakan-tindakan hukum yang dilakukan oleh anak tersebut.
7
1. UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, mensyaratkan usia
perkawinan 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki. :
6
Marlina, Op. Cit, hlm. 36.
7
M. Nasir Djamil, Op. Cit, hlm. 9.
16
I
2. UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, mendefinisikan
anak berusia 21 tahun dan belum pernah kawin. 3.
UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, mendefinisikan anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah berusia 8 delapan
tahun, tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum pernah kawin. 4.
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan belum
pernah kawin. 5.
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, membolehkan usia bekerja 15 tahun.
Dari beragam pengertian di atas, pada akhirnya timbul disharmonisasi dari definisi anak dalam penetapan batas usia anak menurut peraturan perundang-
undangan yang satu dengan perundang-undangan yang lain. Sehingga, pada praktiknya di lapangan, akan banyak kendala yang terjadi akibat perbedaan
tersebut
8
8
Pasal 330 KUH Perdata: “Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dulu telah kawin.
Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun, maka mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa.
Mereka yang belum dewasa dan tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah perwalian atas dasar dan dengan cara sebagaimana teratur di
dalam bagian ketiga, keempat, kelima, dan keenam bab ini.” Penentuan arti istilah “belum dewasa” yang dipakai dalam beberapa peraturan perundang-
undangan terhadap bangsa Indonesia. Berdasarkan ordonatie 31 Januari 1931, L.N. 1931-1954, untuk menghilangkan segala keragu-raguan yang timbul karena ordonatie 21 September 1917,
L.N. 1917-1938, dengan mencabut ordonatie ini ditentukan sebagai berikut : 1.
Apabila peraturan perundang-undangan memakai istilah “belum dewasa” maka, sekadar mengenai bangsa Indonesia, dengan istilah itu yang dimaksudkan : segala orang yang
belum mencapai umur dua puluh tahun dan tidak lebih dulu telah kawin.
.
17
I
Bila menilik dari hukum nasional kita, bahwa penetapan batas usia anak dalam definisi anak, dapat ditinjau dari beberapa dimensi hukum nasional kita, di
antaranya: 1.
Menurut ketentuan Hukum Pidana Beberapa spesifikasi pembatasan usia anak menurut ketentuan hukum
pidana antara lain: a. Dalam ketentuan KUHP, batas usia anak yang disebutkan dalam pasal
45, 46, dan 47 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Secara implisit batas usia anak dalam pengertian pidana telah dirumuskan
secara jelas dalam ketentuan pasal 1 ayat 3 Undang-Undang SPPA yang menyatakan : Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya
disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 dua belas tahun, tetapi belum berumur 18 delapan belas tahun yang diduga melakukan
tindak pidana. b. Ketentuan lain misalnya dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, usia anak diklasifikasikan sebagai berikut : 1.
Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama sampai berumur
18 tahun.
2. Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum mulai dua puluh satu tahun, maak tidaklah
mereka kembali lagi dalam istilah “belum dewasa”. Dalam paham perkawinan tidaklah termasuk perkawinan anak-anak”
18
I
2. Anak Negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan
diserahkan pada Negara untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18 tahun.
3. Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau
walinya memperoleh ketetapan pengadilan untuk dididik di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18 tahun.
2. Menurut ketentuan Hukum Perdata
Beberapa contoh dapat diambil, misalnya : a. Dalam pasal 330 KUH Perdata digunakan istilah anak dengan belum
dewasa, yaitu mereka yang belum mencapai umur 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin.
b. Sementara dalam pasal 7 ayat 1, pasal 47 ayat 1, pasal 50 Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dikatakan bahwa batas
usia dikategorikan seorang anak yaitu perkawinan yang hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 tahun. Artinya bahwa anak-anak yang masih di bawah batas usia seperti ditentukan di atas masih dikategorikan sebagai
anak, sehingga belum dapat melakukan perkawinan. Dikatakan lagi bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan berada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya, dan dalam pasal
selanjutnya disebutkan pengaturan khusus bahwa anak yang belum
19
I
berumur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan tersebut, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di
bawah kekuasaan wali. 3.
Menurut ketentuan Hukum Adat Batas usia anak menurut ketentuan hukum adat dapat didefinisikan
secara umum. R. Soepomo menyatakan bahwa ciri-ciri ukuran kedewasaan adalah sebagai berikut :
a. Dapat bekerja sendiri
b. Cakap dan bertanggungjawab dalam masyarakat
c. Mengurus harta kekayaan sendiri
d. Telah menikah
e. Berusia 21 tahun
Pengelompokan batas usia maksimum anak bergantung dari kepentingan hukum anak yang bersangkutan. Yang terpenting untuk digolongkan
bahwa usia seorang anak, yaitu 0 nol tahun batas penuntutan 8 delapan tahun sampai dengan batas atas 18 tahun dan belum pernah kawin.
c. Hak dan Kewajiban Anak