d. Secara umum, target merupakan objek yang dihasilkan dari sejumlah scatter
dan menyebabkan speckle. e.
Sinyal yang diterima merupakan jarak antara target dengan radar. Prinsip geometri PALSAR dan karakteristik utama PALSAR disajikan pada
Gambar 2 dan Tabel 2.
Gambar 2 Prinsip geometri PALSAR. Tabel 2 Karakteristik utama PALSAR
Mode Fine mode
ScanSAR mode Polarimetry
Frekuensi 1270 Mhz L-Band
Lebar Kanal 2414 MHz
Polarisasi HHVVHH+HV
atau VV+VH HH atau VV
HH+HV+VH+VV Resolusi Spasial
10 m 2 look20 m 4look
100 m multi look 30 m
Lebar Cakupan 70 km
250 – 350 km
30 km Incidence Angle
8 – 60 derajat
14 – 43 derajat
8 – 30 derajat
NE Sigma 0 - 23dB 70 km
- 25 dB - 29 dB
- 25 dB 60 km Panjang bit
3 bit 5 bit 5 bit
3 bit 5 bit Ukuran Antena
AZ: 8,9 m × EL: 2,9 m
Sumber: JAXA 2006
2.4 Penggunaan Citra ALOS PALSAR untuk identifikasi Tutupan Lahan
Penelitian mengenai identifikasi tutupan lahan menggunakan citra ALOS PALSAR telah dilakukan sebelumnya sejak diluncukan pada tahun 2007.
Riswanto 2009 menggunakan citra komposit HH-HV-HH resolusi 200 m di Pulau Kalimantan mampu mengidentifikasi obyek ke dalam 4 kelas tutupan lahan
yaitu: badan air, vegetasi jarang, vegetasi sedang dan vegetasi rapat. Penelitian Bainnaura 2010 melakukan penelitian dengan menggunakan citra komposit HH-
HV-HHHV resolusi 50 m di Kabupaten Bogor dan Sukabumi mampu mengidentifikasi adanya 12 kelas tutupan lahan, yaitu: badan air, bandara, hutan
lahan kering, kebun campuran, perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit, perkebunan teh, pertanian lahan kering, perumahan, sawah, semak belukar dan
tanah terbuka. Penelitian Puminda 2010 di Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan menggunakan
citra komposit
yang sama
HH-HV-HHHV mampu
mengklasifikasikan obyek dalam 8 delapan kelas, yaitu badan air, hutan tanaman pinus, kebun campuran, pertanian lahan kering, hutan tanaman jati, lahan
terbangun, sawah dan kebun kelapa. Selanjutnya Maharani 2011 menggunakan citra komposit HH-HV-HHHV
resolusi 50 m di Kabupaten Tuban, Blora, Rembang dan Bojonegoro mampu mengidentifikasi adanya 7 kelas tutupan lahan permukiman, sawah, kebun
campuran, pertanian lahan kering, lahan terbuka, badan air, dan hutan tanaman jati. Salman 2011 berhasil mengklasifikasikan 11 kelas tutupan lahan yang
dilakukan di Provinsi Bali dengan citra, komposit dan resolusi yang sama. Kesebelas tutupan lahan tersebut, yaitu badan air, bandara, hutan lahan kering,
hutan mangrove, kebun campuran, lahan terbuka, padang rumput, permukiman, pertanian lahan kering, sawah, tambak.
2.5 Perubahan Tutupan Lahan
Penutupan lahan merupakan istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi Lillesand Kiefer 1990. Burley
1961 diacu dalam Lo 1995 menyebutkan bahwa penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan.
Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra penginderaan jauh. Secara umum ada tiga kelas data yang mencakup penutupan lahan, yaitu:
Struktur fisik yang dibangun oleh manusia, fenomena biotik seperti vegetasi alami, tanaman pertanian dan kehidupan binatang dan tipe pembangunan.
Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang karena manusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu yang berbeda Lillesand
Kiefer 1990. Lo 1995 menyatakan bahwa deteksi perubahan lahan mencakup
penggunaan fotografi udara berurutan di wilayah tertentu dan dari data tersebut penggunaan lahan untuk setiap waktu dapat dipetakan dan dibandingkan. Cambell
1983 diacu dalam Lo 1995 juga menyatakan bahwa peta perubahan penggunaan lahan dua periode waktu biasanya dapat dihasilkan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat