BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian lapang dilaksanakan pada tanggal 10 - 18 Agustus 2012 dengan daerah penelitian Provinsi Lampung. Pengolahan dan analisis data dilakukan di
Laboratorium Remote Sensing dan GIS Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Alat Dan Data 3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu: GPS, kompas, alat tulis , tally sheet, Suunto, kamera digital sebagai peralatan di lapangan. Untuk analisis data, digunakan satu
unit peralatan komputer dengan software Erdas Imagine 9.1, ArcView 3.2 ArcGis 10, Microsoft Excel 2003, dan Microsoft Word 2003.
3.2.2 Data
Data yang digunakan dalam penelitian yaitu: Citra ALOS PALSAR resolusi 50 m kombinasi RGB HH-HV-HHHV tahun 2007, 2008 dan tahun 2009. Peta
Rupa Bumi Indonesia tahun 2009, Peta administrasi Lampung, data sekunder dan data observasi lapang.
3.3 Metode Pengolahan Data 3.3.1 Pra-Pengolahan Data Citra
.
Citra ALOS PALSAR yang digunakan sudah terkoreksi secara geometrik. Rektifikasi bertujuan agar citra memiliki koordinat yang sama dengan peta
berdatum WGS 84 serta sistem koordinat UTM.
3.3.1.1 Pembuatan Citra Sintesis Synthetic Band
Citra ALOS PALSAR yang digunakan hanya memiliki dua polarisasi yang dapat diperlakukan sebagai band yaitu HH dan HV. Band tersebut tidak dapat
menampilkan warna komposit RGB, karena citra sekurang-kurangnya membutuhkan tiga band, sehingga diperlukan pembuatan saluran tambahan
synthetic band. Penambahan band sintetis yang memberikan variasi informasi lebih banyak adalah rasio HH-HV HHHV.
3.3.1.2 Interpretasi Visual
Interpretasi visual merupakan suatu kegiatan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi obyek-obyek permukaan bumi yang tampak pada citra, dengan
cara mengenalinya atas dasar karakteristik spasial, spektral dan temporal. Elemen yang digunakan dalam interpretasi terdiri atas rona, warna, bentuk, ukuran,
tekstur, pola, situs dan asosiasi. Interpretasi visual dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal dalam
mengidentifikasi pola sebaran, penentuan jumlah kelas penutupan lahan dan tipe penutupan lahan serta perubahan penutupan lahan yang ada di Provinsi Lampung.
Pengetahuan mengenai penutupan lahan ini dibangun melalui data lapangan dan data sekunder yang telah dikumpulkan. Data lapangan yang dimaksud adalah data
berupa foto dan koordinat serta hasil wawancara titik-titik hasil pemeriksaan lapangan serta data yang berasal dari data sekunder Laboratorium Fisik Remote
Sensing dan GIS.
3.3.1.3 Analisis Perubahan Tutupan Lahan secara Visual
Analisis perubahan tutupan lahan secara visual dimaksudkan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan dari tahun 2007 sampai tahun 2009 yaitu
dengan cara mengoverlaykan hasil klasifikasi tutupan lahan tahun sebelumnya dengan tahun yang berikutnya. Analisis perubahan terbagi menjadi dua periode
yaitu perubahan periode satu tahun yaitu tahun 2007 - 2008 dan tahun 2008 - 2009 dan periode dua tahun yaitu tahun 2007 - 2009.
3.3.2 Pengolahan Citra
3.3.2.1 Identifikasi Obyek di Lapang
Data observasi lapang yang diperoleh berupa koordinat dan foto dapat memberikan suatu informasi atau gambaran umum tentang tutupan lahan di
Provinsi Lampung, sehingga memudahkan dalam mengindentifikasi obyek di lapang. Tujuan dari pengambilan data lapangan ialah mencocokkan tutupan lahan
yang telah diidentifikasi sebelum ke lapangan dengan keadaan kenampakan tutupan lahan sesungguhnya di lapangan.
3.3.3 Analisis Perubahan Penutupan Lahan
Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang karena manusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu yang berbeda Lillesand
Kiefer 1990. Perubahan tutupan lahan yang dianalisis yaitu perubahan tutupan lahan kurun waktu satu tahun dan kurun waktu dua tahun. Perubahan tutupan
lahan kurun waktu satu tahun yaitu tahun 2007 - 2008 dan tahun 2008 - 2009, sedangkan perubahan tutupan lahan kurun waktu dua tahun yaitu 2007 - 2009.
Analisa perubahan tutupan lahan menggunakan matriks perubahan dari masing- masing periode perubahan tutupan lahan. Bentuk matrik ini dapat memberikan
informasi luas dan bentuk perubahan dari suatu kelas tutupan tertentu menjadi kelas tutupan lahan lainnya.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian terletak di Propinsi Lampung yang terdiri dari empat belas Kabupaten. Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Lampung Barat, Lampung
Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara, Mesuji, Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Way Kanan,
Kota Bandar Lampung dan Kota Metro. Adapun kondisi umum Provinsi Lampung berdasarkan letak geografis, topografi, iklim, tanah, demografi, dan
tutupan lahannya adalah sebagai berikut: 4.1
Letak Geografi
Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung memiliki areal dataran seluas 35.288,35 km
2
termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah ujung tenggara Pulau Sumatra. Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada
105°45-103°48 Bujur Timur dan 3°45-6°45 Lintang Selatan. Batas wilayah Provinsi Lampung yaitu :
Batas Utara : Provinsi Sumatra Selatan dan Bengkulu Batas Selatan : Selat Sunda
Batas Timur : Laut Jawa Batas Barat : Samudra Indonesia
4.2 Topografi
Kondisi topografi Lampung dapat diklasifikasikan menjadi 5 unit topografi Jhon 2011 antara lain sebagai berikut :
1. Daerah berbukit sampai bergunung, daerah ini meliputi bukit barisan dengan
puncak tonjolan berada pada Gunung Tanggamus, Gunung Pasawaran dan Gunung Rajabasa dengan kemiringan berkisar 25 dan ketinggian rata-rata
300 m di atas permukaan laut. Puncak-puncak lainnya ialah bukit pugung, bukit pesagi, sekincau yang terdapat dibagian utara dengan ketinggian rata-rata
1500 m. Daerah-daerah tersebut ditutupi vegetasi hutan primer dan sekunder. 2.
Daerah berombak sampai bergelombang dengan kemiringannya antara 8 sampai 15 dan ketinggian antara 300 m sampai 500 m dari permukaan laut.
Daerah ini meliputi Gedong Tataan, Kedaton, Sukoharjo dan Pulau Panggung di Kabupaten Lampung Selatan dan Kalirejo, Bangunrejo di Kabupaten
Lampung Tengah. 3.
Daerah dataran alluvial dengan kemiringan 0 sampai 3 dan ketinggian daerah ini antara 25 m sampai 75 m dari permukaan laut. Daerah ini sangat
luas meliputi Lampung Tengah sampai mendekati pantai sebelah timur yang merupakan bagian hilir down stream dari sungai-sungai yang besar seperti
Way Sekampung, Way Tulang Bawang, dan Way Mesuji. 4.
Daerah dataran rawa pasang surut dengan ketinggian 0,5 m sampai 1 m. 5.
Daerah river basin meliputi River Basin Tulang Bawang, Seputih, Sekampung, Semangka dan Way Jepara.
Sungai-sungai yang mengalir di Provinsi Lampung yaitu sungai Way Sekampung, Way Semaka, Way Seputih, Way Jepara, Way Tulang Bawang dan
Way Mesuji.
4.3 Iklim
Lampung yang terletak dibawah khatulistiwa 5 Lintang Selatan yang
mempunyai iklim tropis humid dengan angin laut lembab yang bertiup dari Samudera Hindia mempunyai dua musim setiap tahunnya dan dengan kelembaban
udara rata-rata berkisar 80 – 88 . Berdasarkan informasi dari Badan Perwakilan
Pemerintah Provinsi Lampung tahun 2010, dua musim tersebut yaitu bulan November sampai Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut, dan pada
bulan Juli sampai bulan Agustus angin bertiup dari arah Timur dan Tenggara. Suhu-suhu daerah Lampung pada daerah dataran dengan ketinggian sampai 60 m
rata-rata berkisar antara 26 – 28 C untuk suhu maksimum yang jarang dialami
adalah suhu 33 C dan suhu minimum 22 C. Beberapa lokasi daerah mempunyai iklim sejuk adalah: Kota Liwa, daerah perkebunan kopi dan sayuran Sekincau
Lampung Barat, dengan suhu berkisar 15 – 22 C serta daerah Talang Padang dan
Gisting terletak di kaki Gunung Tanggamus Kabupaten Tanggamus. Rata-rata curah hujan tahunan di wilayah Provinsi Lampung umumnya antara 2000 - 2500
mm, kecuali sebagian Lampung Barat bagian utara sekitar Gunung Tanggamus dan sekitar Kalianda lebih dari 2500 mm, sedangkan Tulang Bawang bagian timur
dan Pesawaran bagian selatan kurang dari 2000 mm Nurhayati 2010.
4.4 Tanah