konsentrasi KCl dan suhu presipitasi tidak berpengaruh nyata terhadap derajat putih karaginan. Demikian pula interaksi antar perlakuan tidak berpengaruh nyata
terhadap derajat putih karaginan yang dihasilkan. Pengaruh perlakuan yang diterapkan terhadap derajat putih karaginan yang dihasilkan terlihat pada Gambar
20.
Gambar 20
Pengaruh perbandingan air. konsentrasi KCl dan suhu presipitasi terhadap derajat putih karaginan rumput laut eucheuma cottonii
. Uji lanjut lanjut 5 menunjukkan bahwa perbandingan air 1:30
memberikan derajat putih yang lebih rendah dan berbeda nyata dengan perbandingan air 1:20 dan 1:40. Selama proses berlangsung suasana basa dari
KOH dapat mengoksidasi pigmen menjadi senyawa lain yang tidak berwarna sehingga produk yang dihasilkan berwarna lebih cerah. Proses pencoklatan yang
terjadi pada pembuatan karaginan ini termasuk pencoklatan non enzimatis, yaitu reaksi Maillard. Menurut Winarno 1990, reaksi Maillard merupakan reaksi
antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer atau asam amino.
Secara kimia proses pemutihan adalah oksidasi atau reduksi ikatan rangkap pada senyawa pembentuk warna. Proses penyaringan pada pengolahan
karaginan bertujuan memisahkan serat kasar dengan filtrat dari rumput laut. Terpisahnya serat kasar berwana coklat semakin cerah warna filtrat yang
dihasilkan. Hal lain yang mempengaruhi derajat putih adalah teknik pengeringan
karaginan. Pengaruh cuaca sangat berpengaruh terhadap kualitas matahari yang digunakan pada proses pengeringan. Diduga rendahnya kualitas derajat putih pada
beberapa produk karaginan yang dihasilkan karena pengeringan lebih banyak
A : KCl1 ; 15
o
C B : KCl 1 ; 30
o
C C : KCl 1.5 ; 15
o
C D : KCl 1.5 ; 30
o
C
dilakukan didalam ruangan karena cuaca yang kurang baik selama proses pengeringan dilakukan.
4.2.9 Karakteristik karaginan terpilih
Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan perbandingan air 1:20. konsentrasi KCl 1 dan suhu presipitasi 30
o
C terpilih sebagai proses yang optimal untuk ekstraksi karaginan presipitasi KCl yang mutunya sesuai dengan standar FAO, FCC
maupun EEC. Penggunaan jumlah perbandingan air yang lebih sedikit mampu menghasilkan mutu karaginan yang lebih baik, sehingga dapat menghemat
penggunaan air. Pemakaian KCl 1 menghasilkan mutu karaginan yang tidak jauh berbeda dengan KCl 1.5 sehingga terdapat penghematan penggunaan bahan
kimia, khususnya peranan IPA sebagai bahan presipitasi yang harganya relatif mahal dapat mulai tergantikan. Suhu 30
o
C menghasilkan mutu yang tidak jauh berbeda dengan presipitasi suhu 15
o
C sehingga penggunaan energi yang berlebih dapat ditekan.
Keuntungan lain yang diperoleh dari penelitian optimasi proses ini adalah waktu ekstraksi yang lebih singkat, mengingat bahwa proses ekstraksi untuk
memperoleh karaginan umumnya dilakukan selama 3-4 hari, sedangkan pada optimasi proses ini karaginan dapat diperoleh hanya dalam waktu sehari untuk
dikemudian dikeringkan esok harinya. Perlakuan terpilih yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian
terdahulu Tabel 8 yang dilaporkan oleh Basmal, et al 2009. terlihat adanya perbedaan pada viskositas dan kadar air.
Tabel 8 Karakteristik sifat fisika-kimia karaginan Parameter
Karaginan KCl
Karaginan IPA
Basmal et al 2009
Karaginan standar FAO
Kekuatan gel gcm
2
1897.14
a
1219.24
b
1279 -
Viskositas cPs 150
a
278.33
b
33 Min 15
Kadar air 9.73
a
9.02
a
14. 51 Maks 12
Kadar abu 29.59
a
20.91
b
28.94 15 - 40
Kadar abu tak larut asam
0.83
a
0.52
a
0.76 Maks 1
Kadar sulfat 18.36
a
18.12
a
- 15-40
Derajat putih 51.57
a
44.07
b
-
Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf superscript berbedaa.b menunjukkan berbeda nyata p0.05
Penggunaan konsentrasi KCl 2 yang digunakan pada penelitian Basmal. et al tersebut diduga memberi pengaruh terhadap mutu karaginan yang dihasilkan
khususnya pada viskositas karaginan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnama 2003 yang menyatakan bahwa konsentrasi KCl memberikan pengaruh terhadap
nilai viskositas yang dihasilkan. Adanya ion K
+
yang berasal dari garam KCl dapat menurunkan muatan bersih sepanjang rantai polimer. Penurunan muatan ini
menyebabkan gaya tolakan repulsion antar gugus-gugus sulfat juga menurun. sehingga sifat hidrofilik polimernya semakin lemah dan menyebabkan viskositas
larutan menurun. Hal ini yang menyebabkan konsentrasi KCl yang tinggi menyebabkan nilai viskositas larutan semakin menurun.
Karaginan dengan proses presipitasi KCl terpilih yang diperoleh dibandingkan dengan karaginan presipitasi IPA hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Berdasarkan hasil pengukuran kekuatan gel Tabel 8, terlihat bahwa kekuatan gel karaginan presipitasi KCl sebesar 1897.14 gcm
2
lebih besar dan berbeda nyata dengan karaginan presipitasi IPA sebesar 1219.24 gcm
2
. Nilai kekuatan gel yang diperoleh pada penelitian optimasi proses ini cukup tinggi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggunaan air 1:20, konsentrasi KCl 1 dan suhu presipitasi 30
o
C cukup efektif untuk meningkatkan kekuatan gel karaginan. Tingginya kekuatan gel pada karaginan presipitasi KCl disebabkan adanya
ion K
+
pada proses presipitasi, dimana dengan adanya penambahan ion K
+
pada konsentrasi yang sesuai dapat meningkatkan kekuatan gel karaginan, sebaliknya
penambahan yang tidak sesuai konsentrasi dapat menurunkan kekuatan gel karaginan Basmal et al, 2009.
Nilai viskositas pada Tabel 8, terlihat bahwa karaginan presipitasi KCl sebesar 145 cPs lebih kecil dan berbeda nyata dengan karaginan presipitasi IPA
sebesar 278.33 cPs. Hal ini disebabkan karena adanya ion K
+
yang berasal dari garam KCl dapat menurunkan muatan bersih sepanjang rantai polimer. Nilai
viskositas yang dihasilkan penelitian ini cukup tinggi dibandingkan nilai viskositas yang diperoleh pada beberapa penelitian sebelumnya yang biasanya dibawah 100
cP, misalnya Syamsuar 2006 melaporkan nilai viskositas yang diperoleh yaitu 54 cP atau Basmal et al 2009 memperoleh nilai viskositas sebesar 33 cP.