Nitrat NO Kualitas Air, Cekaman Suhu dan Stres

denyut jantung dan pernafasan. Stres dapat mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun bahkan kematian Kaplan dan Sadock 1997. Secara normal, tubuh akan merespon setiap stimulan dari dalam atau luar tubuh untuk mempertahankan homeostasisnya. Tubuh yang mengalami stres dapat menurunkan tekanan darah tubuh sehingga jaringan hipotalamus merangsang sistem saraf simpatis dan medula adrenal untuk menstimulasi sekresi katekolamin Kaplan dan Sadock 1997. Pada saat stres, pelepasan ACTH dan kortisol akan terstimulasi serta terjadi hipertropi adrenal Kaplan dan Sadock 1997. Kortisol berfungsi untuk membantu katekolamin memobilisasi asam lemak dan gliserol dari sel lemak yang dibutuhkan oleh jantung dan hati. Kortisol melakukan katabolisasi protein menjadi asam amino yang akan simpan di hati dan akan digunakan untuk reparasi dan regenerasi jaringan. Kortisol sebagai prekursor dari proses glukoneogenesis sehingga terbentuk glukosa yang akan masuk ke dalam darah maka kadar gula darah meningkat. Glukosa secara maximum akan digunakan oleh otak dan jantung sehingga suplai glukosa pada otot dan jaringan perifer menurun Ross and Ross 1999. Sekresi kortisol oleh hipotalamus yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ulkus lambung dan dalam waktu relatif singkat dapat menurunkan nafsu makan ikan. Selain itu, kortisol menekan produksi leukosit dan atropi kelenjar limfe sehingga daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun Mardiati, 2000. Level kortikosteroid dalam darah yang tinggi dapat menekan produksi interferon, antibodi dan Cell mediated immunity CMI sehingga tubuh menjadi lebih peka terhadap infeksi virus Malole 1988. Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi makrofag yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel yang mengandung nukleus kemudian dilepas sebagai respon terhadap infeksi virus. Antibodi adalah zat kebal tubuh berupa globulin yang diproduksi oleh sel mononuklear, limfosit, netrofil dan trombosit, receptor sel B dan basofil, lomfosit dan sel mast. CMI adalah respon imun yang melibatkan makrofag, sel NK, antigen-specific cytotoxic T- lymphocytes dan produk berbagai sitokin Baratawidjaja 2006. Interferon bekerja melalui induksi sistem protein double stranded RNA activated inhibitor of translation DAI. Setelah virus menginfeksi sel inangnya, virus menginduksi produksi interferon melalui kehadiran sel makrofag. Interferon berada di epitel mencegah virus masuk ke dalam sel sehingga tidak terjadi replikasi virus. Sebaliknya ketika interferon tidak dapat menjalankan fungsinya. Virus mudah menginfeksi sel dan bereplikasi didalamnya sehingga virus baru dapat diproduksi dan dilepaskan dari sel Baratawidjaja 2006. Pada penelitian ini, berdasar hasil pengamatan dan pemeriksaan gejala klinis, perubahan makroskopis dan uji nested PCR terhadap ikan coba bahwa ikan coba dari beberapa kelompok ikan telah terinfeksi KHV baik ikan coba yang sengaja diinjeksi maupun yang dikobitasikan. Kelompok ikan yang positif terdedah penyakit KHV adalah 1A, 1B, 2A, 2B dan kelompok kontrol positif 4A, sedang kelompok lainnya adalah 3A, 3B dan kelompok kontrol negatif 4B tidak terdedah penyakit KHV. Hal ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan yang buruk misal pancaroba iklim atau perubahan suhu yang ekstrim dan kondisi kualitas air merupakan faktor predileksi virus KHV untuk menginfeksi ikan coba. Perubahan suhu air secara ekstrim dan kondisi kualitas air yang buruk telah menyebabkan daya tahan tubuh ikan turun sehingga mudah terinfeksi oleh virus KHV. Selain itu, kuantitas copies DNA, dosis infeksi dan kondisi fisik ikan itu sendiri menjadi syarat utama virus KHV untuk menginfeksi inangnya. Ikan coba yang terinfeksi tersebut mampu menularkan Koi herpesvirus pada ikan sehat-kohabitasi melalui cemaran air dalam akuarium danatau kontak langsung. Hal ini dibuktikan pada kelompok ikan sehat yang dikohabitasikn, ikan- ikan tersebut telah terinfeksi virus KHV. Ikan kohabitasi yang terinfeksi adalah dari kelompok 1B sebanyak 2 ekor dari 5 ekor ikan kohabitasi dan kelompok 2B sebanayk 3 ekor dari 5 ekor ikan kohabitasi. Interpretasi dari penelitian ini adalah isolat virus KHV berkode D143, D144 dan M628 lebih virulen dibanding D139. Walau demikian, ikan coba yang diinjeksi D139 diduga bersifat latent dan akan muncul gejala sakit bila ada faktor pendukungnya.