Cara Penularan Gejala Klinis Perubahan Makroskopis Diagnosa

DNA virus selanjutnya dirakit menjadi virion pada membran inti sel. Pelepasan virion dari sitoplasma keluar inti sel terjadi melalui struktur tubuler atau melalui proses eksositosis vakuola yang berisi virion Sugiri 1992.

2.5 Penyakit Koi Herpes Virus KHV

Penyakit KHV merupakan salah satu penyakit infeksius yang menyerang spesies ikan Koi dan ikan Mas yang disebabkan oleh golongan virus DNA. Di Indonesia, kasus penyakit KHV diawali di Blitar pada tahun 2002 yang mana telah terjadi kematian massal 80-95. Kira-kira akhir April 2002, kasus kematian ikan Mas terjadi di Subang serta kasus serupa pada bulan Mei 2002 terjadi di sentra budidaya ikan Mas di daerah Cirata, Jawa Barat. Wabah penyakit KHV kembali terjadi di daerah Lubuk Linggau, Sumatra Selatan pada bulan Februari 2003 dengan gejala yang ditimbulkan sama seperti yang ditemukan pada ikan Mas di pulau Jawa. Kemudian wabah terus menyebar di propinsi sekitarnya termasuk Bengkulu, dan Jambi. Wabah KHV di Indonesia telah menyebar sampai ke Denpasar Bali, Banyuwangi, Tulungagung, Blitar, Malang, Kediri, dan Surabaya Jawa Timur, Semarang dan Brebes Jawa Tengah, Subang, Bogor, Bandung, Purwakarta, Cianjur, dan Bekasi Jawa Barat, Banten, dan Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan Sumatra Pasaribu 2003. Penyakit ini masuk ke Indonesia melalui perdagangan ikan lintas antar negara Pasaribu 2003. Penyakit ini menyebar sampai ke Eropa, Jepang, Rusia, Israel, Korea, Amerika Serikat, Malaysia dan Indonesia Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010. Sejak ada wabah penyakit KHV di Indonesia, produksi ikan Koi dan ikan Mas mengalami penurunan yang drastis Departemen Kelautan dan Perikanan 2010.

2.5.1 Cara Penularan

Penyakit KHV ini menyebar melalui kontak langsung antara ikan sehat dan ikan yang sakit, kontaminasi air, transportasi dan penanganan yang tidak higienis seperti pergantian lingkungan. Secara morfologi KHV termasuk dalam golongan herpesvirus yaitu virus yang memiliki bentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Koi herpesvirus pada umumnya dapat hidup dan memperbanyak diri pada temperatur antara 18-30°C Sunarto 2005.

2.5.2 Gejala Klinis

Ikan yang terinfeksi penyakit KHV akan memperlihatkan gejala penurunan nafsu makan, lemah, penurunan permeabelitas mukosa kulit dan insang. Penurunan permeabelitas mukosa kulit ini menyebabkan kulit tampak kering, hemorrhagi pada sirip dan kulit, nekrosa sel insang atau menjadi nekrosis pada ujung lamela OATA 2001; Departemen Kelautan dan Perikanan 2010. Ikan yang terserang penyakit ini akan sedikit banyak mengalami perubahan tingkah laku antara lain ikan berenang di permukaan air, berkumpul mendekati sumber aerasi, gerakan yang kurang terkontrol, dan terlihat dispnoe pada permukaan air.

2.5.3 Perubahan Makroskopis

Pada pemeriksaan perubahan makroskopis ditemukan adanya nekrosa pada insang, sisik, sirip, ekor, ginjal, limpa, dan hati Sunarto 2005. Belakangan ini perubahan makroskopis akibat infeksi virus KHV jarang muncul, namun ikan yang terinfeksi KHV biasanya mati mendadak.

2.5.4 Diagnosa

Diagnosa penyakit KHV sampai saat ini dengan 3 cara yaitu berdasar gejala klinis dan perubahan makroskopis, pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan biologi molekuler dengan metode PCR. Diagnosa berdasar perubahan kondisi fisik atau sakit dengan gejala klinis dan perubahan makroskopis digolongkan ke dalam level 1, dan pemeriksaan histopatologi digolongkan dalam cara diagnosa penyakit ikan pada level 2. Diagnosa penyakit ikan dalam level tertinggi adalah pemeriksaan biologi molekuler dengan metode PCR yaitu termasuk dalam level 3 Departemen Kelautan dan Perikanan 2007. Penggolongan level diagnosa penyakit ini disesuaikan dengan fasilitas peralatan yang ada. Diagnosa penyakit pada level 1 biasanya dilakukan oleh para petugas lapang dan stasion kelas 2. Diagnosa penyakit pada level 2 dilakukan oleh para petugas di laboratorium dan stasion kelas 1 karantina ikan, sedangkan diagnosa penyakit pada level 3 dilakukan oleh petugas laboratorium virologi pada Balai Besar dan Balai Riset dalam Departemen Kelautan dan Perikanan. Selain itu diagnosa KHV dapat dilakukan dengan cara isolasi virus pada kultur jaringan. Sel yang digunakan adalah sel fibroblast dari Koi Tail KT. Supernatan homogenat dari bagian ikan yang dianggap sakit di inokulasikan dalam KT, kemudian di inkubasi selama 1 jam pada suhu 25°C agar KHV menempel pada permukaan KT. Setelah diinokulasikan, virus dapat terdeteksi dengan terlihatnya efek sitopatik yang cepat dalam kultur sel Sunarto 2005. 2.6 Polymerase Chain Reaction PCR 2.6.1 Single PCR