membuat penderita kanker payudara tidak merasa menjadi satu-satunya yang mengalami penderitaan di dunia ini Sudrajat, 2012.
Menurut Katapodi 2002 bahwa keluarga berusaha mencari informasi tentang pengobatan, memberikan nasihat, dan membantu mereka dalam
pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional yang diberikan
suami pasien kanker payudara paska mastektomi berada pada kategori baik yaitu 36 orang 58,1, dukungan suami cukup yaitu 25 orang 40,3 dan dukungan
suami kurang yaitu 1 orang 1,6. Dukungan emosional membuat penderita kanker payudara paska mastektomi merasa dicintai, dipedulikan dan diperhatikan
Sudrajat, 2012. Hasil penelitian ini di dukung oleh Anne David 2006 dalam Anggraini
2007 yang menyatakan bahwa dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling penting yang seharusnya diberikan kepada anggota
keluarganya karena merupakan hal penting dalam meningkatkan semangat pasien dan memberikan ketenangan.
5.2. Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi
Hasil penelitian menunjukkan tingkat depresi pada pasien kanker payudara paska mastektomi pada 62 responden didapat sebanyak 32 responden 51,6
mengalami depresi, dan 30 responden 48,4 tidak mengalami depresi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Geiger
et al 2006 yang menyebutkan bahwa sebanyak 35 pasien kanker payudara
paska mastektomi mengalami depresi. Penelitian yang dilakukan oleh Golden- Kreutz Andersen 2004 menyatakan bahwa pasien mastektomi juga lebih
depresi dari pada pasien lumpektomi. Ada dua rekasi yang ditimbulkan paska mastektomi yaitu reaksi psikis
positif dan reaksi psikis negatif. Reaksi psikis positif yang dapat muncul adalah, meningkatnya penyesuaian diri penderita karena kehilangan payudara. Sedangkan,
reaksi psikis negatif yang dapat muncul adalah menurunnya self esteem harga diri sebagai perempuan karena kehilangan payudara, stress, atau depresi
Wagman dalam Dewi et al, 2004. Kehilangan payudara secara utuh baik bagian kanan atau kiri akan
mengubah gambaran diri perempuan. Mastektomi tidak hanya meninggalkan bekas luka secara fisik, tetapi juga luka secara psikologis, yaitu menurunnya
perasaan bangga dan harga diri perempuan. Berbagai reaksi pada perempuan paska mastektomi dapat muncul dalam bentuk depresi menarik diri dari
lingkungan, menurunnya harga diri, anoreksia dan insomnia. Salah satu dari masalah klinis yang paling sering terjadi adalah gangguan depresi Zamralita
dalam Dewi et al, 2004. Ketakutan yang dialami penderita kanker payudara berhubungan dengan
kematian, kekambuhan penyakit, gambaran diri yang rendah, perubahan feminitas, seksualitas dan ketertarikan merupakan faktor yang menyebakan
terjadinya tekanan psikologis baik setelah didiagnosa maupun setelah menjalani pengobatan Reich et al, 2007.