Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT
DEPRESI PASIEN KANKER PAYUDARA PASKA
MASTEKTOMI DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Oleh
ERIKA EMNINA SEMBIRING
127046006 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah pada Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ERIKA EMNINA SEMBIRING
127046006 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
(4)
(5)
Telah diuji
Pada tanggal : 18 Agustus 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. Heru Santosa, MS., Ph.D
Anggota : 1. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns., M.Kep 2. Dr. Wiwik Sulistyaningsih, S.Psi., M.Si 3. Ikram, S.Kep, Ns., M.Kep
(6)
(7)
i
Judul Tesis : Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan Nama Mahasiswa : Erika Emnina Sembiring
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah
Tahun : 2014
ABSTRAK
Mastektomi memberikan dampak yang serius bagi psikologis pasien yaitu menurunnya perasaan bangga dan harga diri perempuan serta depresi. Depresi yang dialami pasien paska mastektomi dapat diatasi dengan dukungan yang besar dari suami sebagai orang yang terdekat dengan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara yang mastektomi yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan. Sampel penelitian berjumlah 62 responden, yang diambil dengan cara
Consecutive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan dukungan yang diberikan
suami berada pada kategori cukup 50% dan kategori baik 50%. Pasien kanker payudara paska mastektomi yang mengalami depresi sebanyak 51,6% dan tidak mengalami depresi sebanyak 48,5%. Uji hipotesis dengan uji korelasi Spearman
(8)
ii
diperoleh p < 0,05, hal ini berarti ada hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastetomi. Nilai r adalah -0,516 yang bermakna tingkat kekuatan hubungan sedang dan berpola negatif, hal ini berarti semakin baik dukungan yang diberikan suami kepada pasien kanker payudara paska mastektomi maka tingkat depresi semakin turun. Diharapkan kepada perawat untuk dapat memberikan intervensi keperawatan yang tepat sehingga dapat mencegah atau mengatasi depresi yang terjadi pada pasien kanker payudara paska mastektomi. Perawat melibatkan keluarga khususnya suami dalam memberikan asuhan keperawatan serta memfasilitasi suami dalam memberikan dukungan bagi istrinya yang menderita kanker payudara baik sebelum dan sesudah mastektomi.
(9)
iii
Thesis Title : The Relationship between Husband’s Support and Level of Depression of the Post-Mastectomy Breast Cancer
Patients at H. Adam Malik General Hospital Medan
Name : Erika Emnina Sembiring
Study Program : Master of Nursing
Field of Specialization : Medical-Surgical Nursing
Year : 2014
ABSTRACT
Mastectomy brings a serious impact to the psychology of patient that is the declining of sense of pride and self-esteem of women as well as depression. The depression experienced by the post-mastectomy breast cancer patients can be evercome by a big support from their husbands as the persons who are the closest to them. The purpose of this descriptive correlational study was to test the relationship between husband’s support and level of depression of the post-mastectomy breast cancer patients. The population of this study was all of the post-mastectomy breast cancer patients being treated at H.Adam Malik General Hospital Medan. The samples for this study were 62 respondents (patients) selected through consecutive sampling technique. The result of this study showed that the husband’s support was 50% in adequate category and 50% in good category. The post-mastectomy breast cancer patients who experienced depression were 51.6% and those who did not experience depression were 48.5%. The result
(10)
iv
of hypothesis test using Spearman correlation test showed that p < 0.05, meaning there was a relationship between husband’s support and the level of depression experienced by the post-mastectomy breast cancer patients. The value of г was – 0.516 showing that the strength of the support was moderate with negative pattern which means that the better the support given by the husband to the post-mastectomy breast cancer patients, the lower the level of depression experienced by the post-mastectomy breast cancer patients. It is expected that the nurses can provide proper nursing interventions that it can prevent or overcome the depression experienced by the post-mastectomy breast cancer patients. The treatment involves the patients’ family especially their husbands in providing nursing care as well as facilitating the husband to provide support for his wife who suffered from breast cancer both before and after mastectomy.
(11)
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan”.
Selama menyusun tesis ini, penulis mengalami banyak pengalaman yang berharga dari berbagai pihak. Sehingga, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Achmad Fathi, S.Kep,Ns., MNS selaku Sekretaris Program Studi Magister
Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 4. Drs. Heru Santosa, MS., Ph.D selaku dosen pembimbing pertama, yang
telah senantiasa memberikan waktu untuk membimbing, memberikan arahan, ilmu dan saran yang sangat berharga dalam proses penyusunan tesis ini.
5. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing kedua,
yang juga telah senantiasa memberikan waktu untuk membimbing, memberikan arahan, ilmu dan saran yang sangat berharga dalam proses penyusunan tesis ini.
(12)
vi
6. Dr. Wiwik Sulistyaningsih, S.Psi., M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberikan saran dan kritik yang sangat berguna untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam pembuatan tesis ini.
7. Ikram, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen penguji II yang telah memberikan
saran dan kritik yang sangat berguna untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam pembuatan tesis ini.
8. Keluarga yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dukungan yang
begitu besar sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini. Terkhususnya buat Suami tercinta Hendra Perdamenta Purba yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil dan menjadi motivasi bagi penulis. Orang tua tercinta J. Sembiring (alm) dan N. Br Sitepu terimakasih buat cinta dan kasih sayang tulus yang selalu diberikan kepada penulis.
9. Teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan terkhusus untuk teman-teman Magister Keperawatan Konsentrasi Keperawatan Medikal Bedah angkatan pertama yang telah saling mengingatkan dan mendukung selama penulisan tesis ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
(13)
vii
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih ada kekurangan, baik dari aspek bahasa maupun isinya. Oleh karena itu penulis akan menerima saran dan masukan yang sifatnya memperbaiki tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga hasil dari tesis ini dapat memberikan kontribusi bagi profesi keperawatan dan bagi masyarakat.
Medan, 18 Agustus 2014 Penulis
(14)
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Erika Emnina Sembiring
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 7 Oktober 1987
Alamat : Jln.Jamin Ginting Gg: Bendungan II No.33 Medan
No. HP : 085276730303
Riwayat Pendidikan :
Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus
SD SD Swasta Masehi 2000
SLTP SLTP Katolik Budi Murni 2 2003
SMA SMA Negeri 4 Medan 2006
Ners Fakultas Keperawatan 2011
Universitas Sumatera Utara
Magister Fakultas Keperawatan 2014
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Pekerjaan:
Staf pengajar di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Prima Indonesia mulai Agustus 2011 - Januari 2012
Staf pengajar di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung mulai Februari 2012 - Agustus 2013
(15)
ix
Staf pengajar di Program Studi S1 Keperawatan STIKes Sumatera Utara mulai September 2013 - saat ini.
Kegiatan Akademik Selama Studi:
Seminar Aplikasi Penelitian Kualitatif Sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Bidang Kesehatan dan Workshop Menganalisis Data Kualitatif dengan Metode Content Analysis dan Software WEFT-QDA, 18 Desember 2012, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai Peserta.
Seminar Keperawatan Nursing Leadership Menyongsong ASEAN Community
2015, 30 Januari 2013, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai Peserta.
Seminar Internasional, Medan International Nursing Conference The Application of Caring Science in Nursing Education Advanced Research and Clinical Practice, 1-2 April 2013, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai Peserta.
Seminar Keperawatan Trend & Issue Keperawatan Jantung Sindroma Koroner Akut, 20 Juli 2013, Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan sebagai Peserta.
(16)
x
Pengabdian Masyarakat Deteksi Dini Hiperplasia dan Kanker Payudara dengan Teknik Sadari di Kampung Nangka Pasar VI Stabat, 5 Oktober 2013 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai Peserta.
Seminar dan Workshop Diagnostic Reasoning dengan Aplikasi NANDA, NOC,
NIC dan ISDA, 24 November 2013 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai Peserta.
(17)
xi DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... v
RIWAYAT HIDUP ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2Permasalahan ... 6
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Hipotesis ... 6
1.5Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1Kanker Payudara ... 8
2.2Depresi ... 17
2.3Dukungan Suami ... 32
2.4Landasan Teoritis ... 37
2.5Kerangka Konsep ... 41
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 42
3.1Jenis Penelitian ... 42
3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42
3.3Populasi dan Sampel ... 43
3.4Metode Pengumpulan Data ... 44
3.5Variabel dan Defenisi Operasional ... 45
3.6Metode Pengukuran ... 48
3.7Validitas dan Reliabilitas ... 50
3.8Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 52
3.9Pertimbangan Etik ... 53
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 55
4.1 Karakteristik Responden ... 55
4.2 Dukungan Suami Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi 57 4.3 Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi 58
(18)
xii
BAB 5 PEMBAHASAN ... 63
5.1 Dukungan Suami Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi 63 5.2 Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi 66
5.3 Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi ... 69
5.4 Keterbatasan Penelitian ... 73
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
6.1 Kesimpulan ... 74
6.2 Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 78
(19)
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Histologi Kanker Payudara ... 11 Tabel 3.1 Perkiraan Ukuran Sampel yang Diperlukan untuk Mencapai
Tingkat Kekuatan yang Dipilih sebagai Fungsi Estimasi Korelasi ... 44 Tabel 3.2 Defenisi Operasional ... 46 Tabel 3.3 Panduan Interpretasi Hasil uji Hipotesis Berdasarkan
Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi ... 53 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Pasien Kanker Payudara Paska
Mastektomi di RSUP H.Adam Malik Medan ... 56 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Pasien Kanker
Payudara Paska Mastektomi di RSUP H.Adam Malik Medan ... 57 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Komponen Dukungan Suami Pasien
Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H.Adam Malik Medan ... 58 Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden untuk Pertanyaan Tentang
Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H.Adam Malik Medan ... 59 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Pasien Kanker
Payudara Paska Mastektomi di RSUP H.Adam Malik Medan ... 60 Tabel 4.6 Tabulasi Silang Karakteristik Pasien Kanker Payudara
Paska
Mastektomi dengan Tingkat Depresi ... 60 Tabel 4.7 Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi
Pasien
Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H.Adam Malik Medan ...
(20)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Model Sistem Teori Neuman ... 40 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Suami dengan
Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi .. 41
(21)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 82
Lampiran 1a Lembar Screening ... 83
Lampiran 1b Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian ... 84
Lampiran 1c Surat Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Untuk Mengikuti Penelitian (Informed Consent) ... 86
Lampiran 1d Kuesioner Dukungan Suami dan Tingkat Depresi ... 87
Lampiran 1e Izin Penggunaan Instrumen dari NIMH ... 93
Lampiran 1f Kuesioner Baku Tingkat Depresi (Center For Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) dari National Institute Mental Health (NIMH) ... 94
Lampiran 1g Bukti Terjemahan Instrumen dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia ... 95
Lampiran 1h Bukti Terjemahan Instrumen dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris ... 96
Lampiran 2 Biodata Expert ... 97
Lampiran 3 Izin Penelitian ... 104
Lampiran 3a Surat Izin Penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ... 105
Lampiran 3b Surat Ethical Clearence dari Komite Etik ... 106
Lampiran 3c Surat Izin Pengambilan Data dari RSUP H.Adam Malik ... 107
Lampiran 3d Surat Selesai Penelitian dari RSUP H.Adam Malik ... 108
(22)
i
Judul Tesis : Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan Nama Mahasiswa : Erika Emnina Sembiring
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah
Tahun : 2014
ABSTRAK
Mastektomi memberikan dampak yang serius bagi psikologis pasien yaitu menurunnya perasaan bangga dan harga diri perempuan serta depresi. Depresi yang dialami pasien paska mastektomi dapat diatasi dengan dukungan yang besar dari suami sebagai orang yang terdekat dengan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara yang mastektomi yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan. Sampel penelitian berjumlah 62 responden, yang diambil dengan cara
Consecutive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan dukungan yang diberikan
suami berada pada kategori cukup 50% dan kategori baik 50%. Pasien kanker payudara paska mastektomi yang mengalami depresi sebanyak 51,6% dan tidak mengalami depresi sebanyak 48,5%. Uji hipotesis dengan uji korelasi Spearman
(23)
ii
diperoleh p < 0,05, hal ini berarti ada hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastetomi. Nilai r adalah -0,516 yang bermakna tingkat kekuatan hubungan sedang dan berpola negatif, hal ini berarti semakin baik dukungan yang diberikan suami kepada pasien kanker payudara paska mastektomi maka tingkat depresi semakin turun. Diharapkan kepada perawat untuk dapat memberikan intervensi keperawatan yang tepat sehingga dapat mencegah atau mengatasi depresi yang terjadi pada pasien kanker payudara paska mastektomi. Perawat melibatkan keluarga khususnya suami dalam memberikan asuhan keperawatan serta memfasilitasi suami dalam memberikan dukungan bagi istrinya yang menderita kanker payudara baik sebelum dan sesudah mastektomi.
(24)
iii
Thesis Title : The Relationship between Husband’s Support and Level of Depression of the Post-Mastectomy Breast Cancer
Patients at H. Adam Malik General Hospital Medan
Name : Erika Emnina Sembiring
Study Program : Master of Nursing
Field of Specialization : Medical-Surgical Nursing
Year : 2014
ABSTRACT
Mastectomy brings a serious impact to the psychology of patient that is the declining of sense of pride and self-esteem of women as well as depression. The depression experienced by the post-mastectomy breast cancer patients can be evercome by a big support from their husbands as the persons who are the closest to them. The purpose of this descriptive correlational study was to test the relationship between husband’s support and level of depression of the post-mastectomy breast cancer patients. The population of this study was all of the post-mastectomy breast cancer patients being treated at H.Adam Malik General Hospital Medan. The samples for this study were 62 respondents (patients) selected through consecutive sampling technique. The result of this study showed that the husband’s support was 50% in adequate category and 50% in good category. The post-mastectomy breast cancer patients who experienced depression were 51.6% and those who did not experience depression were 48.5%. The result
(25)
iv
of hypothesis test using Spearman correlation test showed that p < 0.05, meaning there was a relationship between husband’s support and the level of depression experienced by the post-mastectomy breast cancer patients. The value of г was – 0.516 showing that the strength of the support was moderate with negative pattern which means that the better the support given by the husband to the post-mastectomy breast cancer patients, the lower the level of depression experienced by the post-mastectomy breast cancer patients. It is expected that the nurses can provide proper nursing interventions that it can prevent or overcome the depression experienced by the post-mastectomy breast cancer patients. The treatment involves the patients’ family especially their husbands in providing nursing care as well as facilitating the husband to provide support for his wife who suffered from breast cancer both before and after mastectomy.
(26)
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relatif cepat membesar. Kanker merupakan penyakit dengan penyebab multifactor yang terbentuk dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui stadium yang berbeda-beda (Oemiati, R., Rahajeng, E., & Kristanto, A, 2011).
Kanker payudara merupakan salah satu dari jenis kanker dengan prevalensi yang cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Pada tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya. Pada tahun 2006 di Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada wanita dan 460 kasus kematian pada pria (Anggraeni & Ekowati, 2010). Pada tahun 2007 di Eropa angka kejadian kanker payudara sebanyak 28.9% dari seluruh kejadian kanker dan 7.8% meninggal karenanya (Reich, M., Lesur, A., & Chevallier, C, 2007).
(27)
2
Di Indonesia berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%) (Yayasan Kanker Indonesia, 2012). Sedangkan pada tahun 2010 jumlah penderita kanker payudara pada perempuan berdasarkan data dari Yayasan Kanker Indonesia ada sebanyak 4604 orang (18,58%) dan 52 orang (0,21%) kanker payudara pada laki-laki. Berdasarkan hasil studi kolaborasi antara Indonesia dan Jepang tentang epidemiologi kanker payudara yaitu stadium I sebanyak 2%, stadium II sebanyak 16%, stadium IIIa sebanyak 23%, stadium IIIb sebanyak 40% dan stadium IV sebanyak 19%. Kenyataan yang terjadi sebagian besar penderita kanker payudara berobat ke Rumah Sakit sudah dalam keadaan stadium lanjut yaitu lebih dari 50% (Oemiati et al, 2011).
Jumlah penderita kanker payudara di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 berdasarkan data dari rekam medis RSUP H.Adam Malik Medan terdapat 1.305 orang (Sinaga, Janno, 2013). Sedangkan jumlah penderita kanker payudara dari tahun 2006-2010 di RSUD Dr.Pirngadi Medan yaitu tahun 2006 terdapat 74 orang, tahun 2007 terdapat 100 orang, tahun 2008 terdapat 99 orang, tahun 2009 terdapat 50 orang dan tahun 2010 terdapat 56 orang (Lumban Gaol, Nourma, 2010).
Prosedur yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan kanker payudara adalah mastektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan pembedahan yang dikombinasi dengan terapi radiasi. Mastektomi adalah operasi pengangkatan jaringan payudara. Lingkup reseksinya mencakup seluruh payudara, kulit, otot
(28)
pektoralis mayor dan minor, nodus limfe aksilaris termasuk mammari internal atau supraklavikular tergantung pada tipe pembedahan atau mastektomi yang dilakukan (Andrews, Gilly, 2010).
Wanita yang mengalami mastektomi akan kehilangan payudara yang merupakan simbol seksualitas wanita (Potter & Perry, 2005). Kehilangan payudara akibat mastektomi inilah yang akan mengubah citra tubuh dan fungsi psikoseksual wanita, hal ini dinyatakan oleh Dean et al dalam Watson (1991). Perubahan citra tubuh pada wanita yang mengalami mastektomi umumnya negatif. Citra tubuh yang negatif memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami depresi, cemas dan bunuh diri (Lisnawati, 2010).
Depresi adalah suatu kondisi terganggunya fungsi manusia berkaitan dengan alam perasaan seperti kesedihan dan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia yaitu hilangnya kemampuan untuk menikmati aktivitas sehari-hari dan menyenangkan, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta gagasan bunuh diri (Kaplan & Saddock, 2010).
Miller dalam Anggraeni & Ekowati (2010), sebanyak 16% - 25% pasien menderita kanker payudara sekaligus mengalami depresi. Penelitian yang dilakukan Rebar dalam Anggraeni & Ekowati (2010), setelah pasien terdiagnosa kanker payudara pada tahun pertama, 48% wanita mengalami kecemasan dan depresi.
(29)
4
Gangguan psikologis yang dialami penderita kanker payudara berhubungan dengan depresi, cemas, marah, dan harga diri rendah serta dukungan emosional yang rendah. Penderita kanker payudara mengalami tingkat depresi mulai dari ringan sampai berat dengan kualitas hidup yang rendah. Ketakutan yang dialami penderita kanker payudara berhubungan dengan kematian, kekambuhan penyakit, gambaran diri yang rendah, perubahan feminitas, seksualitas dan ketertarikan merupakan faktor yang menyebakan terjadinya tekanan psikologis baik setelah didiagnosa maupun setelah menjalani pengobatan (Reich et al, 2007).
Menurut Kim et al (2011) faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi yaitu citra tubuh, harga diri dan hubungan interpersonal. Fakta ini juga didukung oleh penelitian Colegrave cit Rahman dalam Anggraeni & Ekowati (2010) mengenai peningkatan level kecemasan dan depresi pada wanita - wanita dengan kasus kanker payudara bahkan sampai pada fase klinis–patologis. Dalam situasi yang demikian seseorang membutuhkan dukungan sosial dari orang - orang yang berarti dalam hidupnya.
Handayani (2009) mengemukakan bahwa wanita yang menderita kanker payudara dan telah dilakukan tindakan pengangkatan payudara (mastektomi), memiliki citra diri yang cenderung negatif. Namun citra diri pada wanita penderita kanker payudara dapat menjadi positif karena mendapatkan dukungan yang besar dari suami dan teman-teman. Mastektomi juga memberikan dampak pada penampilan fisik bagi pasien, yang membawa akibat cukup serius terhadap keharmonisan hubungan suami dan istri (Anggraeni & Ekowati, 2010).
(30)
Perhatian dari suami atau istri termasuk kedalam kelompok dukungan internal yang sangat membantu pemulihan kesehatan bagi pasangannya yang dirawat (Friedman, 1998). Ketiadaan pasangan (suami) sangat mempengaruhi kondisi psikologis pasien paska mastektomi, dimana pasien menjadi lebih menurun kesehatannya dan kurang kooperatif berbeda dengan pasien yang didampingi oleh suami mereka dimana pasien menjadi lebih bersemangat dan memiliki harapan untuk mencapai kesembuhan (Anggraeni & Ekowati, 2010). Selain itu istri sering mengalami depresi karena kurangnya dukungan dari suami dan kritik yang selalu diberikan oleh suami kepada pasangannya yang menderita kanker payudara (Pistrang & Barker, 1998).
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa dukungan suami yang diterima oleh responden masih kurang terutama dalam hal mengingatkan responden untuk mematuhi anjuran dokter dan perawat, tidak pernah mendampingi responden selama dirumah sakit dan menjalani pengobatan, tidak pernah mencari informasi tentang kelompok-kelompok yang terdiri dari orang-orang yang memiliki masalah yang sama dengan responden dan jarang membesarkan hati responden atas kekurangan yang dialami.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi.
(31)
6
1.2. Permasalahan
Masalah dalam penelitan ini adalah menguji hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Mendeskripsikan bagaimana dukungan suami pada pasien kanker
payudara paska mastektomi.
1.3.2 Mendeskripsikan bagaimana tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi.
1.3.3 Menguji hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker
payudara paska mastektomi.
1.4. Hipotesis
Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi atau bahan pustaka tentang dukungan suami yang berhubungan dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi.
(32)
1.5.2. Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi dengan memfasilitasi keluarga khususnya suami dalam memberikan dukungan bagi istrinya yang menderita kanker payudara.
1.5.3. Bagi Peneliti
Proses penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian dan menjadi salah satu wadah bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan konsep yang telah didapat selama di perkuliahan.
1.5.4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti selanjutnya dalam meneliti bidang yang sama.
1.5.5. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi responden bahwa dengan dukungan yang besar dari keluarga khususnya suami dapat membantu proses pemulihan dan mempercepat proses penyembuhan.
(33)
8 BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Kanker Payudara
2.1.1. Definisi Kanker Payudara
Menurut Nurcahyo (2010) kanker payudara adalah terganggunya sistem pertumbuhan sel di dalam jaringan payudara. Payudara tersusun atas kelenjar susu, jaringan lemak, kantung penghasil susu, dan kelenjar getah bening. Sel abnormal bisa tumbuh di empat bagian tersebut, dan mengakibatkan kerusakan yang lambat tetapi pasti menyerang payudara.
Kanker payudara merupakan jaringan abnormal yang merugikan dan dapat menyebar ke organ tubuh yang lain. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, ada yang dapat tumbuh sangat cepat dan ada yang lambat. Kanker payudara dapat menimbulkan rasa nyeri, luka pada puting, pendarahan, lekukan, dan perubahan bentuk pada payudara (Dewi, F.I., Djoenaina, V., & Melisa, 2004).
2.1.2. Etiologi Kanker Payudara
Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara.
(34)
Faktor-faktor resiko tersebut adalah : a.Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker
payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh kanker payudara.
b.Faktor Usia
Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40.
c.Riwayat Keluarga
Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor resiko terjadinya kanker payudara.
d.Riwayat Adanya Tumor Jinak Payudara Sebelumnya
Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas. e.Faktor Genetik
Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar 80%.
f.Faktor Hormonal
Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
(35)
10
g.Usia Menarche
Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen.
h.Menopause
Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara 3 %.
i.Usia Pada Saat Kehamilan Pertama >30 tahun.
Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.
j.Nullipara/Belum Pernah Melahirkan
Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara. k.Tidak Menyusui
Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.
l.Pemakaian Kontrasepsi Oral dalam Waktu Lama dan Obesitas
Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dan obesitas beresiko tinggi mengalami kanker payudara, dan resiko ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi (Brunner & Suddarth, 2002).
(36)
2.1.3. Klasifikasi Kanker Payudara
Adapun klasifikasi kanker payudara yaitu sebagai berikut:
a. Klasifikasi patologik meliputi kanker puting payudara, kanker ductus lactiferous dan kanker dari lobules
b. Klasifikasi Histologi Kanker Payudara (Klasifikasi WHO 2010) : Tabel 2.1. Histologi Kanker Payudara
Non-Invasif a. Karsinoma duktus in situ
b. Karsinoma lobulus in situ
Invasif a. Karsinoma invasif duktal
b. Karsinoma invasif duktal dengan
komponen intraduktal yang predominant c. Karsinoma invasif lobular
d. Karsinoma mucinous
e. Karsinoma medullary f. Karsionoma tubular g. Karsinoma adenoid cystic h. Karsinoma apocrine
i. Karsinoma dengan metaplasia j. Tipe squamous
k. Tipe spindle-cell
l. Tipe cartilanginous dan osseous
m. Mixed type
Paget’s disease of the nipple
Sedangkan jenis kanker payudara berdasarkan pola pertumbuhan dan karakteristik sel kanker dibagi atas:
a. Karsinoma In Situ
Karsinoma in situ ditandai dengan proliferasi sel epitel maligna yang tetap terkurung dalam duktus terminal. Terdapat dua jenis karsinoma in situ yaitu karsinoma lobulus in situ dan karsinoma duktus in situ. Pengobatan
(37)
12
Pengobatan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan radioterapi, dan obat oral yaitu tablet anti estrogen.
b. Kanker Payudara Invasif
Kanker payudara invasif memiliki kemampuan untuk menyebar dari struktur payudara. Dua jenis kanker payudara invasif adalah karsinoma lobulus dan duktus. Kanker ini memiliki potensi untuk metastasis atau meyebar ke seluruh tubuh.
c. Penyakit Paget
Insiden kanker payudara jenis ini rendah yaitu 0,5 – 3,2% seluruh kanker payudara. Biasanya penyakit ini mengenai jaringan epidermis puting dan wanita sering kali datang ke fasilitas kesehatan karena adanya rabas dari puting, dan kadang – kadang adanya penebalan pada jaringan dasar payudara. Pengobatan yang sering dilakukan yaitu eksisi pada puting dan jaringan dasar payudara baik dengan radioterapi pascaoperasi maupun mastektomi. Jika ditangani dengan baik, wanita memiliki kesempatan untuk sembuh dari penyakit tersebut.
d. Kanker Payudara Inflamasi
Sekitar 4% kanker payudara didiagnosis sebagai kanker payudara inflamasi. Tanda – tanda yang sering muncul yaitu payudara bengkak dan merah serta edema pada kulit dengan indurasi pada jaringan dasar payudara (peau d’orange). Secara keseluruhan pasien kanker payudara jenis ini kemampuan untuk bertahan hidup sangat kecil. Akan tetapi, jika memungkinkan kanker dapat diangkat melalui pembedahan untuk
(38)
mengurangi penyebaran kanker serta untuk bertahan hidup (Andrews, Gilly, 2010).
2.1.4. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Adapun tanda dan gejala yang mungkin ditemukan yatiu: a.Adanya benjolan pada payudara
b.Perubahan ukuran atau bentuk payudara
c.Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)
d.Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu
maupun aerola (daerah berwarna coklat tua disekeliling puting susu) e.Payudara tampak kemerahan
f.Kulit disekitar puting susu bersisik
g.Puting susu tertarik kedalam atau terasa gatal
h.Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara (Andrews, Gilly, 2010).
(39)
14
2.1.5. Stadium Kanker Payudara
Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up dan menentukan prognosis.
a. Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya didalam jaringan payudara yang normal
b. Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum
menyebar keluar payudara
c. Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
d. Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
e. Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke strukur lainnya, atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
f. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu kedalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada
g. Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding
(40)
2.1.6. Mastektomi
Prosedur yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan kanker payudara adalah mastektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan pembedahan yang dikombinasi dengan terapi radiasi (Andrews, Gilly, 2010). Ada dua jenis pengangkatan kanker payudara yaitu:
a. Mastektomi yaitu pengangkatan jaringan payudara melalui pembedahan
yang bervariasi, mulai dari pengangkatan payudara, otot-otot dada, dan nodus limfe aksilaris.
b. Lumpektomi yaitu reseksi kuadran payudara yang sakit, dan pengangkatan nodus aksilaris untuk mengangkat tumor, diikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi resiko rekurensi tumor lokal setelah operasi (Brunner & Suddarth, 2002).
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara yang terkena kanker. Mastektomi hanya dapat dilakukan pada stadium II dan III. Mastektomi dapat menghambat proses perkembangan sel kanker dan umumnya mempunyai taraf kesembuhannya 85% sampai dengan 87%. Namun penderita akan kehilangan sebagian atau seluruh payudara, mati rasa pada kulit, kelumpuhan jika tidak ditangani dengan tepat (Wagman dalam Dewi et al, 2004).
Ada beberapa jenis mastektomi yang dilakukan pada pasien kanker payudara menurut Gilly Andrews (2010), yaitu sebagai berikut:
a. Mastektomi Radikal
Pada prosedur operasi ini dilakukan pengangkatan payudara, otot pektoralis mayor dan minor, seluruh nodus limfe aksilaris dan kulit serta
(41)
16
lemak. Mastektomi radikal merupakan operasi luas yang meninggalkan jaringan parut yang panjang pada dinding dada dan area dada yang cekung. Pengangkatan semua nodus limfe aksilaris dapat menyebabkan pembengkakan lengan atau limfedema, beberapa penurunan kekuatan otot di lengan, dan pergerakan bahu terbatas.
b. Mastektomi Modifikasi Radikal (Mastektomi Patey)
Dalam prosedur operasi ini, dilakukan pengangkatan payudara, nodus limfe aksilaris, dan lapisan otot dinding dada. Kadang – kadang otot pektoralis minor diangkat atau dipisahkan, untuk memfasilitasi akses ke aksila. Karena otot pektoralis mayor dipertahankan, kekuatan lengan juga tetap terjaga dan pembengkakan pada lengan kemungkinan tidak terjadi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dicapai karena lebih banyak kulit yang tersisa dibandingkan pada mastektomi radikal.
c. Mastektomi Sederhana atau Total
Mastektomi sederhana atau total berupa pengangkatan payudara saja. Kadang – kadang sedikit nodus limfe aksilaris diangkat untuk memberi indikasi apakah kanker sudah menyebar atau belum. Keuntungan prosedur ini yaitu otot – otot dada tidak diangkat dan kekuatan lengan tidak berkurang. Karena sebagian besar nodus limfe aksilaris tidak diangkat, resiko kekambuhan lokal – regional lebih tinggi daripada jika seluruh payudara dan nodus limfe aksilaris diangkat.
(42)
2.2. Depresi
2.2.1 Definisi Depresi
Depresi adalah mood (suasana hati, perasaan) yang rendah atau tertekan yang mungkin disertai anhedonia, yaitu hilangnya kemampuan untuk menikmati aktivitas sehari-hari dan menyenangkan (Puri., Laking., & Treasaden, 2012). Setiap orang sering mengalami perasaan sedih, tetapi perasaan ini biasanya akan hilang dalam beberapa hari. Ketika seseorang mengalami gangguan depresi, hal itu akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari, fungsi sebagai manusia yang normal, dan menyebabkan perasaan sakit baik untuk orang yang mengalami gangguan depresi maupun orang-orang terdekatnya. Depresi umum terjadi, tetapi merupakan penyakit yang serius, dan mayoritas orang yang pernah mengalami depresi membutuhkan perawatan untuk menjadi lebih baik (National Institute Mental Health [NIMH], 2008).
2.2.2. Penyebab Depresi
Timbulnya depresi terjadi karena kerentanan seseorang pada predisposisi genetik, karakteristik kepribadian, atau kebiasaan berpikir yang berinteraksi dengan peristiwa stres seperti kehilangan sesuatu yang berharga, kekerasan seksual, kehilangan bagian atau fungsi tubuh seperti mastektomi (Hankin & Abramson, dalam Lisnawati, 2010).
(43)
18
Faktor predisposisi terjadinya depresi menurut NIMH (2008) dan Kaplan & Saddock (2010) yaitu:
1) Genetik (Riwayat Keluarga)
Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan depresi, orang tersebut beresiko mengalami depresi. Di lain kasus, banyak juga orang yang mengalami gangguan depresi tanpa memiliki riwayat keluarga dengan depresi.
2) Ketidakseimbangan Bahan Kimia
Otak pada orang yang normal terlihat berbeda dibanding dengan yang megalami gangguan depresi. Hal itu dikarenakan bagian dari otak yang mengatur suasana hati, pikiran, tidur, keinginan, dan perilaku tidak memiliki keseimbangan yang benar terhadap bahan kimia.
3) Faktor Hormonal
Perubahan siklus menstruasi, melahirkan, pembawaan, periode postpartum, perimenopouse, dan menopouse merupakan penyebab depresi pada wanita
4) Stress
Peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan seperti trauma, kehilangan seseorang yang berarti, hubungan yang buruk, tanggungjawab pekerjaan, mengasuh anak dan lansia, penyalahgunaan, kemiskinan, penyakit kronis mungkin memicu gangguan depresi pada beberapa orang. Orang yang terdepresi merasakan putus asa karena tidak menerima respon yang diinginkan
(44)
5) Penyakit Medis
Menghadapi penyakit yang serius, seperti stroke, serangan jantung, atau kanker bisa memicu keadaan depresi.
6) Jenis Kelamin
Prevalensi depresi berat dapat terjadi dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan hormonal, perbedaan stressor psikososial bagi wanita dan bagi laki-laki serta perbedaan model perilaku tentang keputusasaan.
7) Usia
Rata-rata usia untuk terjadinya gangguan depresi berat adalah kira-kira 40 tahun. 50% dari semua pasien mengalami depresi saat berusia 20 – 50 tahun.
8) Status Perkawinan
Depresi paling sering terjadi pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai dan berpisah.
2.2.3. Klasifikasi Depresi
Menurut NIMH (2008) ada beberapa jenis gangguan depresi yaitu: a.Major Depressive Disorder (Gangguan Depresi Berat)
Karakteristik dari gangguan ini adalah adanya beberapa gejala yang mengganggu seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, makan dan menikmati kegiatan yang seharusnya menyenangkan.
(45)
20
Depresi berat merupakan ketikdakmampuan seseorang untuk berfungsi secara normal. Depresi berat mungkin hanya terjadi sekali selama hidup seseorang, tetapi adakalanya hal itu terjadi berulang kali dalam hidup seseorang yang lain.
b. Dysthymic Disorder (Dysthymia)
Ditandai dengan waktu yang lama (dua tahun atau lebih) tidak terdapat gejala-gejala yang dapat mengganggu kemampuan seseorang tetapi dapat mengganggu fungsinya secara normal seperti perasaan yang nyaman. Orang dengan dysthymia mungkin juga mengalami sekali atau lebih peristiwa depresi berat selama hidupnya.
c. Minor Depression (Depresi Ringan)
Depresi ringan berlangsung antara 2 minggu atau lebih dan tidak memiliki tanda dan gejala depresi berat. Tanpa pengobatan yang tepat orang dengan depresi ringan berada pada resiko tinggi untuk berkembang menjadi depresi berat.
Beberapa bentuk gangguan depresi menunjukkan sedikit perbedaan karakteristik dari yang digambarkan di atas, atau mungkin saja beberapa gangguan depresi berkembang dalam keadaan yang unik.
(46)
Sedangkan menurut American Psychiatric Association dalam Kaplan & Saddock (2010) ada beberapa klasifikasi depresi dan kriterianya yaitu sebagai berikut:
1. Episode Deprsif Berat
Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode depresif berat yaitu sebagai berikut:
a. Lima (atau lebih) gejala berikut telah ditemukan selama periode dua minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsi sebelumnya; sekurangnya satu dari gejala adalah salah satu dari mood terdepresi atau hilangnya minat atau kesenangan.
1) Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan oleh laporan subjektif (misalnya merasa sedih atau kosong) atau pengamatan yang dilakukan orang lain (misalnya tampak sedih)
2) Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua,
atau hampir semua aktivitas speanjang hari, hampir setiap hari.
3) Penurunan berat badan yang bermakna tanpa melakukan diet
atau penambahan berat badan (misalnya perubahan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan), penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.
4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari 5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari 6) Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari
(47)
22
7) Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat hampir setiap hari
8) Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan
perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir setiap hari
9) Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati), ide bunuh diri yang rekuren tanpa rencana spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri. b. Gejala tidak memenuhi kriteria untuk eposide campuran
c. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
d. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
e. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita yaitu setelah
kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai oleh gangguan fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik, atau retradasi psikomotor.
(48)
2. Episode Depresif Ringan
Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode depresif ringan yaitu sebagai berikut:
a. Sekurangnya dua (tetapi kurang dari lima) gejala berikut telah
ditemukan selama periode dua minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsi sebelumnya; sekurangnya satu dari gejala adalah salah satu dari mood terdepresi atau hilangnya minat atau kesenangan.
1) Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari,
seperti yang ditunjukkan oleh laporan subjektif (misalnya merasa sedih atau kosong) atau pengamatan yang dilakukan orang lain (misalnya tampak sedih)
2) Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua,
atau hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari.
3) Penurunan berat badan yang bermakna tanpa melakukan diet
atau penambahan berat badan (misalnya perubahan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan), penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.
4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari 5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari 6) Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari
7) Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan
(49)
24
8) Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan
perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir setiap hari
9) Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati), ide bunuh diri yang rekuren tanpa rencana spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri. b. Gejala tidak memenuhi kriteria untuk eposide campuran
c. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
d. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
e. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita yaitu setelah
kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai oleh gangguan fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik, atau retradasi psikomotor.
(50)
3. Episode Depresif Karena Kondisi Medis Umum
Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode depresif karena kondisi medis umum yaitu sebagai berikut:
a. Gangguan mood yang menonjol dan persisten yang menguasai
gambaran klinis dan ditandai oleh salah satu (atau keduanya) berikut ini:
1) Mood terdepresi atau hilangnya minat atau kesenangan
secara jelas pada semua, atau hampir semua aktivitas 2) Mood yang meninggi, ekspansif atau iritable
b. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau
temuan laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari kondisi medis umum
c. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya, gangguan penyesuaian dengan mood terdepresi sebagai respon terhadap stres menderita kondisi medis umum)
d. Gangguan tidak semata-mata selama perjalanan delirium atau
demensia
e. Gejala menyebakan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain
(51)
26
Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III gejala utama dan gejala tambahan pada depresi yaitu sebagai berikut:
1. Gejala utamanya mencakup suasana perasaan yang depresi / sedih atau
murung, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas.
2. Gejala tambahan mencakup konsentrasi dan perhatian berkurang,
berkurangnya harga diri dan kepercayaan diri, gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri, gangguan tidur dan berkurangnya nafsu makan.
Sehingga berdasarkan gejala utama dan gejala tambahan diatas ada beberapa tingkatan depresi yaitu:
1. Depresi ringan, ciri – cirinya: sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas, ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala tambahan, tidak boleh ada gejala berat diantaranya, lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.
2. Depresi sedang, ciri – cirinya : sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah sekurang – kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala tambahan, lamanya seluruh
(52)
episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu, menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga.
3. Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya : semua 3 gejala depresi utama harus ada, ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat, bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci, episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan serangannya sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu, sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
b. Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri – cirinya: episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala psikotik disertai waham, halusinasi atau stupor depresif, waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.
(53)
28
2.2.4. Tanda dan Gejala Depresi
Orang dengan gangguan depresi tidak selalu memiliki gejala yang sama satu dengan yang lain. Frekuensi, durasi dan beratnya gejala akan bervariasi tergantung pada masing-masing orang. Adapun gejala-gejala depresi menurut NIMH (2008) yaitu antara lain :
1) Perasaan sedih yang menetap, khawatir atau perasaan kosong 2) Perasaan putus asa dan atau pesimisme
3) Perasaan bersalah, perasaan tidak berharga dan atau putus asa 4) Cepat marah, tidak dapat istirahat
5) Kehilangan minat dalam kegiatan atau hobi yang menyenangkan,
termasuk seks
6) Kelelahan dan penurunan energi
7) Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan 8) Insomnia, terjaga dipagi buta, atau tidur yang berlebihan 9) Kehilangan nafsu makan
10)Pikiran untuk bunuh diri, usaha bunuh diri
11)Perasaan sakit yang menetap, sakit kepala, kram atau gangguan
pencernaan yang tidak mudah disembuhkan walaupun dengan perawatan. Sedangkan menurut Kaplan & Saddock (2010) episode dari depresi yaitu hilangnya minat atau kesenangan, pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, merasa sedih dan tidak berguna. Pasien depresi kadang-kadang mengeluh tidak bisa menangis, suatu gejala yang menghilang saat mereka membaik. Duapertiga dari semua pasien depresi merenungkan untuk
(54)
melakukan bunuh diri, dan 10-15% melakukan bunuh diri. Tetapi pasien depresi kadang-kadang tidak menyadari depresi yang dialami dan tidak mengeluhkan adanya depresi, walaupun mereka menunjukkan penarikan diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik bagi mereka.
Hampir semua pasien depresi yaitu 97% mengeluhkan adanya penurunan energi yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan serta adanya penurunan motivasi. Kira-kira 80% pasien mengeluh sulit tidur, sering terbangun pada malam hari karena merenungkan masalah yang dihadapi. Banyak pasien yang mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan. Pasien juga mengalami kesulitan berkonsentrasi yaitu sebanyak 84% dan gangguan dalam berpikir yaitu sebanyak 67%.
2.2.5. Dampak Depresi
Dampak depresi bagi pasien kanker cukup banyak dan kesemuanya menimbulkan pengaruh yang buruk bagi penderita. Dampak yang ditimbulkan berupa bunuh diri, penelantaran diri, distres keluarga.
1. Bunuh diri
Percobaan bunuh diri dijumpai pada hampir 1/3 dari penderita kanker yang mengalami depresi major dan >50% dengan gangguan penyesuaian. 2. Penelantaran diri
Penderita menjadi tidak kooperatif, baik dalam hal pengobatan maupun menjaga daya tahan tubuh. Kondisi ini tentu akan semakin memperparah penyakitnya dan pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup pasien.
(55)
30
3. Distress pada keluarga
Depresi pada pasien kanker tidak hanya mempengaruhi pasien tetapi juga berdampak pada keluarga mereka. Suatu survei di Inggris tentang kanker payudara menunjukkan bahwa diantara faktor-faktor yang ada, depresi merupakan faktor terkuat yang menimbulkan masalah perilaku dan emosional dalam keluarga (Lisnawati, 2010).
2.2.6. Depresi Pada Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi
Mastektomi adalah pengangkatan keseluruhan jaringan payudara dan nodus limfe aksilari. Ada dua rekasi yang ditimbulkan paska mastektomi yaitu reaksi psikis positif dan reaksi psikis negatif. Reaksi psikis positif yang dapat muncul adalah, meningkatnya penyesuaian diri penderita karena kehilangan payudara. Sedangkan, reaksi psikis negatif yang dapat muncul adalah menurunnya self esteem (harga diri) sebagai perempuan karena kehilangan payudara, stress, atau depresi (Wagman dalam Dewi et al, 2004).
Shelley dalam Dewi et al (2004), menjelaskan bahwa pada saat pasien dan dokter memutuskan pengangkatan payudara (mastektomi) sebagai cara penyembuhan, seringkali hanya aspek fisik yang menjadi pertimbangan. Namun sebenarnya, operasi ini tidak sekedar operasi pengangkatan organ tubuh manusia saja. Operasi ini akan memunculkan tanda dan gejala psikologis tertentu, seperti depresi, stres, kecemasan, dan masalah-masalah psikologis lainnya. Dalam beberapa kasus penderita kanker payudara mengalami depresi dan pada pasien dengan mastektomi gejala depresi muncul setelah mastektomi.
(56)
Kehilangan payudara secara utuh baik bagian kanan atau kiri akan
mengubah body image perempuan. Mastektomi tidak hanya meninggalkan bekas
luka secara fisik, tetapi juga luka secara psikologis, yakni menurunnya perasaan bangga dan harga diri perempuan. Berbagai reaksi pada perempuan paska mastektomi dapat muncul dalam bentuk depresi (menarik diri dari lingkungan), menurunnya self esteem, anoreksia dan insomnia. Salah satu dari masalah klinis yang paling sering terjadi adalah gangguan depresi (Zamralita dalam Dewi et al, 2004).
Mastektomi merupakan pengalaman traumatis bagi wanita, dimana citra tubuh yang berubah akibat mastektomi sangat sulit bagi wanita untuk menerimanya. Selain itu kurangnya bantuan dari perawat dan dukungan keluarga di rumah dapat menjadi faktor potensial yang dapat berkontribusi pada perkembangan depresi dan kecemasan pada pasien tersebut (Farooqi, Yasmin, 2005).
Menurut Kevin (2010) seorang wanita yang akan menjalani mastektomi tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya, hanya kesedihan yang selalu ada dipikirannya ketika menghadapi mastektomi. Reaksi yang timbul dari seorang wanita yang mengalami mastektomi adalah perasaan tidak percaya bahwa bagian tubuhnya (payudara) sudah tidak ada lagi yang juga diikuti oleh perasaan sedih dan depresi (McPherson & Anderson dalam Farooqi, Yasmin, 2005).
(57)
32
2.3. Dukungan Suami
2.3.1. Definisi Dukungan Suami
Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga dimana dukungan tersebut bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri, dukungan dari saudara kandung, dukungan dari anak dan dukungan keluarga eksternal, seperti dukungan dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang kehidupan, dimana dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan (Friedman,1998).
Dukungan suami merupakan dukungan yang diberikan suami dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan dan dukungan kepada istri sebelum pihak lain turut memberikannya. Dukungan suami merupakan dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara moral maupun material (Bobak, 2005).
(58)
2.3.2. Komponen Dukungan Suami
Menurut Hause & Kahn (1985) dan Caplan (1976) dalam Friedman (1998) bahwa komponen-komponen dukungan suami terdiri dari:
a. Dukungan Penilaian
Dukungan penilaian meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik, sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan penilaian yang diberikan berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Sehingga dukungan yang diberikan dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi – strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek – aspek yang positif.
Dalam dukungan penilaian, kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi individu akan ancaman dengan mengikutsertakan individu untuk membandingkan diri mereka sendiri dengan orang lain yang mengalami hal yang lebih buruk. Dukungan keluarga dan suami membantu individu dalam melawan keadaan depresi yang dialami individu dengan membantu mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan memberikan pilihan yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
b. Dukungan Nyata/Instrumental
Bentuk dukungan ini melibatkan penyediaan dukungan material seperti pelayanan, bantuan keuangan, atau barang. Benda atau jasa yang diberikan akan membantu memecahkan masalah, seperti saat seseorang memberi uang, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit, menyediakan
(59)
34
peralatan yang dibutuhkan. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pada dukungan nyata keluarga merupakan sumber untuk mencapai tujuan praktis dan konkrit.
c. Dukungan Informasi
Informasi dapat membantu individu memahami peristiwa stres yang lebih baik dan menentukan sumber daya dan strategi penanganan yang dapat dihimpun untuk menghadapinya. Dukungan informasi meliputi pemberian solusi dari masalah, pemberian nasehat, pengarahan, saran, ide-ide, dan umpan balik tentang apa yang dilakukan.
d. Dukungan Emosional
Dukungan emosional yang diberikan oleh suami atau orang lain dapat membuat individu merasa tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang terdekat dalam hal ini pasangan (suami), keluarga atau orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Keluarga dapat memberikan dukungan emosional dengan meyakinkan penerima dukungan bahwa ia adalah individu yang berharga. Kehangatan kasih sayang yang diberikan dapat memungkinkan kelompok penerima dukungan untuk didekati. Dukungan emosional dapat berupa dukungan simpati, empati, cinta,kepercayaan, dan penghargaan.
Menurut Kuntjoro (2002) bentuk-bentuk dukungan suami yang dapat diberikan pada istri adalah adanya kedekatan emosional, suami mengijinkan istri terlibat dalam suatu kelompok yang memungkinkannya untuk berbagi minat,
(60)
perhatian, suami menghargai atas kemampuan dan keahlian istri, suami dapat diandalkan ketika istri membutuhkan bantuan, dan suami merupakan tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah istri. Dengan adanya dukungan suami, tugas yang tadinya terasa berat menjadi lebih ringan dan membahagiakan. Sebaliknya, jika suami istri dalam sebuah perkawinan tidak mampu menjalin kerjasama, maka hal itu akan menyebabkan kesulitan dalam mengatasi permasalahan hidup yang lebih kompleks di kemudian hari.
2.3.3. Fungsi Dukungan Suami
Menurut Caplan dalam Friedman & Jones (2010) keluarga dalam hal ini pasangan (suami) memiliki fungsi pendukung yaitu meliputi:
a. Dukungan sosial dimana suami berfungsi sebagai pencari dan penyebar
informasi mengenai dunia.
b. Dukungan penilaian dimana suami bertindak sebagai sistem pembimbing
umpan balik, membimbing dan memerantarai pemecahan masalah, dan merupakan sumber serta validator identitas anggota.
c. Dukungan tambahan dimana suami adalah sumber bantuan praktis dan
konkrit.
d. Dukungan emosional dimana suami berfungsi sebagai tempat istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan emosional dan meningkatkan moral keluarga.
(61)
36
2.3.4. Dukungan Suami Pada Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi Gangguan psikologis yang dialami penderita kanker payudara berhubungan dengan depresi, cemas, marah, dan harga diri rendah serta dukungan emosional yang rendah. Penderita kanker payudara mengalami tingkat depresi mulai dari ringan sampai berat dengan kualitas hidup yang rendah. Ketakutan yang dialami penderita kanker payudara berhubungan dengan kematian, kekambuhan penyakit, gambaran diri yang rendah, perubahan feminitas, seksualitas dan ketertarikan merupakan faktor yang menyebakan terjadinya tekanan psikologis baik setelah didiagnosa maupun setelah menjalani pengobatan (Reich et al, 2007).
Depresi yang dialami pasien kanker payudara berhubungan dengan ketidakberdayaan, kurangnya dukungan dari suami, dan kritik yang selalu diberikan oleh suami kepada pasangannya yang menderita kanker payudara (Pistrang & Barker, 1998).
Handayani (2009) juga mengemukakan bahwa wanita yang menderita kanker payudara dan telah dilakukan tindakan pengangkatan payudara (mastektomi), memiliki citra diri yang cenderung negatif. Namun citra diri pada wanita penderita kanker payudara dapat menjadi positif karena mendapatkan dukungan yang besar dari suami dan teman-teman. Mastektomi juga memberikan dampak pada penampilan fisik bagi pasien, yang membawa akibat cukup serius terhadap keharmonisan hubungan suami dan istri (Anggraeni & Ekowati, 2010).
Perhatian dari suami atau istri termasuk kedalam kelompok dukungan internal yang sangat membantu pemulihan kesehatan bagi pasangannya yang
(62)
dirawat (Friedman, 1998). Ketiadaan pasangan (suami) sangat mempengaruhi kondisi psikologis pasien paska mastektomi, dimana pasien menjadi lebih menurun kesehatannya dan kurang kooperatif berbeda dengan pasien yang didampingi oleh suami mereka dimana pasien menjadi lebih bersemangat dan memiliki harapan untuk mencapai kesembuhan (Anggraeni & Ekowati, 2010).
2.4. Landasan Teori
Betty Neuman dalam Marriner Tomey & Alligood (2006) mendefinisikan manusia secara utuh yang merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Menurut Neuman manusia merupakan mahluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dari fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan lingkungan yang digambarkan sebagai stressor (Chinn & Jacobs dalam Potter & Perry, 2005). Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi (intrapersonal) yang berasal dari dalam diri pasien. Lingkungan eksternal segala sesuatu pengaruh yang berasal di luar diri pasien (interpersonal). Model Neuman mencakup stressor intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal (Neuman dalam Marriner Tomey & Alligood, 2006).
Dalam penelitian ini hal yang menjadi stressor bagi pasien adalah tindakan mastektomi yang mengakibatkan pasien kehilangan payudara yang merupakan simbol seksualitas wanita. Kehilangan payudara akibat mastektomi menyebabkan citra tubuh yang negatif pada pasien, hal ini mengakibatkan pasien memiliki
(63)
38
kecendrungan tinggi untuk mengalami depresi, cemas dan bunuh diri (Lisnawati, 2010). Ketiadaan pasangan (suami) sangat mempengaruhi kondisi psikologis pasien paska mastektomi, dimana pasien menjadi lebih menurun kesehatannya dan kurang kooperatif berbeda dengan pasien yang didampingi oleh suami mereka dimana pasien lebih bersemangat dan memiliki harapan untuk mencapai kesembuhan (Anggraeni & Ekowati, 2010).
Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh. Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal (Neuman & Young dalam Potter & Perry, 2005). Perawat mengkaji, mengatur dan mengevaluasi sistem pasien. Perawatan berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi respon pasien terhadap stressor (Chinn & Jacobs dalam Potter & Perry, 2005).
Tindakan perawatan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh melalui identifikasi faktor-faktor resiko yang potensial dan aktual terjadi akibat stressor tertentu. Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan sumber internal melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang tampak, pada pencegahan sekunder perawat berperan dalam menemukan masalah yang dialami oleh pasien. Sedangkan pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali, perawat membantu adaptasi dan reduksi untuk mencegah komplikasi. Prinsip dari pencegahan tersier adalah untuk memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap stressor melalui pendidikan kesehatan dan untuk
(64)
membantu dalam mencegah terjadinya masalah yang sama. Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada penurunan stress dengan cara
memperkuat garis pertahanan diri, keperawatan ditujukan untuk
mempertahankan keseimbangan tersebut (Neuman dalam Marriner Tomey & Alligood, 2006).
Asuhan keperawatan ditujukan untuk mencegah dan mengurangi reaksi tubuh akibat stressor dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pola pengembangan menurut teori sistem Neuman bertujuan untuk stabilitas sistem. Hal ini dapat digambarkan sebagai cincin dengan satu pusat yang mengelilingi inti. Cincin paling dalam mewakili garis pertahanan untuk melawan stressor seperti sistem pertahanan tubuh dan mekanisme pertahanan. Cincin terluar merupakan garis pertahanan yang mewakili keadaan normal pasien.
(65)
(66)
2.5. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual ini menggambarkan hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan. Dukungan suami pada penelitian ini menjadi variabel bebas
(independent) sedangkan tingkat depresi pasien kanker payudara paska
mastektomi menjadi variabel terikat (dependent). Kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi
Dukungan Suami: a. Dukungan Penilaian
b. Dukungan Nyata
c. Dukungan Informasi
d. Dukungan Emosional
(Caplan, 1976)
Tingkat Depresi:
a. Tidak Depresi
b. Depresi
(NIMH, 2008)
Sumber Stressor
a. Stressor Interpersonal b. Stressor Intrapersonal c. Stressor Ekstrapersonal
(67)
42 BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode cross sectional, yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yaitu variabel dependen dan variabel independen diobservasi pada saat yang bersamaan (Notoadmojo, 2005). Dalam hal ini hubungan yang diidentifikasi adalah hubungan antara variabel independen yaitu dukungan suami dengan variabel dependen yaitu tingkat depresi.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang Rindu B2A dan ruang poli onkologi RSUP H. Adam Malik Medan. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah no. 17, Medan dan mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik berdiri sebagai rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri
(68)
Kesehatan RI No.502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991. Rumah sakit ini dipilih peneliti karena rumah sakit ini termasuk rumah sakit tipe A yang merupakan rumah sakit pusat rujukan yakni dari Propinsi NAD dan Propinsi Sumatera Utara, sehingga diperkirakan lokasi ini memiliki jumlah sampel yang memadai untuk bisa dilakukan penelitian, selain itu rumah sakit ini juga merupakan salah satu rumah sakit pendidikan dan di rumah sakit ini belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara paska mastektomi. Pengambilan data penelitian dilakukan bulan Mei-Juni 2014.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam membuat suatu penelitian (Nursalam, 2008). Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara yang mastektomi yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan. Pada Tahun 2012 terdapat 1305 pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.
3.3.2. Sampel
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan cara mengambil dari tabel
power analysis, dengan menggunakan derajat ketepatan (α) yang besarnya 0,05 dan analisa kekuatan sebesar 80% dengan effect size sebesar 35% sehingga didapatkan sampel sebanyak 62 responden (Polit & Beck, 2012).
(69)
44
Tabel 3.1. Perkiraan Ukuran Sampel yang Diperlukan untuk Mencapai Tingkat
Kekuatan yang Dipilih sebagai Fungsi Estimasi Korelasi Populasi, dengan α=
0.05
ESTIMATED POPULATION CORRELATION COEFFICIENT
Power .10 .15 .20 .25 .30 .35 .40 .50 .60 .70 .80
Part A:α= .05
.60 489 217 122 78 54 39 30 19 13 9 7
.70 614 272 152 97 67 49 37 23 16 11 8
.80 785 347 194 123 85 62 47 29 19 13 10
.90 1047 463 258 164 112 81 61 37 25 17 12
.95 1296 575 322 204 141 101 80 50 32 22 18
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan Non
Probability Sampling yaitu dengan metode Consecutive Sampling yaitu penarikan sampel dengan tehnik berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan teori dan pertimbangan yang telah ditentukan (Notoadmojo, 2005). Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target terjangkau dan akan diteliti, antara lain subjek merupakan pasien kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi, memiliki suami dan bersedia menjadi responden penelitian.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan proposal penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti mengirim permohonan izin untuk penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ke RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data peneliti. Peneliti
(70)
menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti menggunakan lembar screening untuk mengidentifikasi responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, lembar screening diisi oleh peneliti dengan beracuan kepada status rawatan pasien. Apabila peneliti telah menemukan responden, peneliti melakukan pendekatan. Setelah itu, peneliti menjelaskan pada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner, kemudian responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent).
Penelitian ini dilakukan terlebih dahulu membuat kontrak dengan pasien, kemudian kuesioner diisi langsung oleh responden dan responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti atau tidak dipahami. Setelah kuesioner diisi oleh responden peneliti memastikan kembali apakah semua kuesioner telah teriisi, kemudian data dikumpulkan untuk diolah.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Untuk memberikan pemahaman yang sama tentang variabel yang akan diteliti dan untuk menentukan metode penelitian yang digunakan dalam analisa data maka perlu dibuat definisi operasional variabel independen dan variabel dependen yang dapat dijelaskan pada tabel 3.2.
(71)
46
Tabel 3.2. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur
Skala 1. Variabel
independen: Dukungan suami
Bantuan yang diberikan oleh suami melalui interaksi (kontak sosial) seperti komunikasi yang baik diantara suami dan istri, membantu istri yang menderita kanker payudara dan telah menjalani mastektomi agar tidak
mengalami depresi seperti bantuan dana, informasi, dukungan
emosional dan
dukungan penilaian
sehingga suami dapat membantu
menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh istrinya
yang menderita kanker payudara dan telah menjalani mastektomi.
Komponen dukungan suami:
a. Dukungan
penilaian yaitu bantuan yang diberikan suami kepada istrinya yang menderita kanker payudara dan telah menjalani mastektomi dalam bentuk membantu istri melakukan aktivitas sehari-hari, Kuesioner dukungan suami dengan 20 pernyataan
• 20-39 =
dukung an suami kurang
• 40-59 =
dukung an suami cukup
• 60-80 =
dukung an suami baik
(72)
menganjurkan istri untuk tetap semangat menjalani pengobatan, meyakinkan istri bahwa penyakit yang diderita saat
ini dapat disembuhkan
b. Dukungan nyata
yaitu bantuan yang diberikan dalam bentuk penyediaan dana untuk biaya pengobatan dan perawatan, menemani dan mendampingi istri selama dirawat di rumah sakit dan menjalani pengobatan, dan menyediakan keperluan harian selama dirawat. c. Dukungan informasi yaitu bantuan yang diberikan suami dalam bentuk memberikan solusi atas masalah yang dihadapi pasien, memberikan nasehat, memberikan saran kepada istri untuk bergabung dengan kelompok yang memiliki masalah
yang sama
sehingga istri
(73)
48 untuk sembuh. d. Dukungan emosional yaitu bantuan yang diberikan seperti memberikan semangat dan meyakinkan pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan, perhatian yang lebih diberikan kepada pasien.
2 Variabel
Dependen: Tingkat Depresi
Depresi adalah mood
yang rendah atau tertekan yang mungkin disertai dengan hilangnya kemampuan untuk menikmati aktivitas sehari-hari dan mempengaruhi fungsi sebagai manusia yang
normal, dan menyebabkan
perasaan sakit baik untuk orang yang mengalami gangguan depresi maupun orang-orang terdekatnya. Kuesioner tingkat depresi dengan mengguna kan kuesioner baku Center for Epidemiol ogic Studies Depressio n (CES-D) yang terdiri atas 20 pernyataan
• 0-15 =
tidak depresi • 16-60
= depresi
Ordinal
3.6. Metode Pengukuran
Metode pengukuran dalam penelitian ini dengan mengunakan lembar kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner dukungan suami dan kuesioner tingkat depresi. Kuseioner data demografi berisi nomor responden, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku, penghasilan, stadium kanker dan lamanya sudah dimastektomi.
(74)
Kuesioner dukungan suami disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan teoritis, yang secara keseluruhan terdiri atas 20 pernyataan dimana untuk masing-masing komponen terdiri atas 5 pernyataan yakni dukungan penilaian, dukungan nyata, dukungan informasi dan dukungan emosional. Kuesioner dukungan suami terdiri dari pernyataan positif pada nomor 2, 3, 5, 6, 9, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 20 dengan pilihan jawaban tidak pernah (TP) nilai 1, kadang-kadang (KD) nilai 2, sering (SR) nilai 3 dan selalu (SL) nilai 4, selain itu ada juga pernyataan negatif pada nomor 1, 4, 7, 8, 10, 11, 15, 19 dengan pilihan jawaban tidak pernah (TP) nilai 4, kadang-kadang (KD) nilai3, sering (SR) nilai 2 dan selalu (SL) nilai 1. Jadi nilai tertinggi yang diperoleh adalah 80 dan nilai terendah 20, berdasarkan rumus statistika Hidayat (2007):
P =
= = 20
Maka dukungan suami dikategorikan sebagai berikut: 20-39: Dukungan suami kurang
40-59: Dukungan suami cukup 60-80: Dukungan suami baik
Kuesioner tingkat depresi dengan menggunakan kuesioner baku yaitu Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) yang diperoleh dari National Institute Mental Helath (NIMH,2008) yang dibuat oleh Radlof pada tahun 1977. Kuesioner ini berisi 20 pernyataan yang terdiri dari pernyatan positif pada nomor 4, 8, 12, dan 16 dengan pilihan jawaban kurang dari 1 hari (<1hari)
(75)
50
nilai 3, 1-2 hari nilai 2, 3-4 hari nilai 1, dan 5-7 hari nilai 0, selain itu ada juga pernyataan negatif pada nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 12,14, 15, 17, 18, 19, 20 dengan pilihan jawaban kurang dari 1 hari (<1hari) nilai 0, 1-2 hari nilai 1, 3-4 hari nilai 2, dan 5-7 hari nilai 3.
Maka tingkat depresi dikategorikan sebagai berikut: 0-15: Tidak depresi
16-60: Depresi
3.7. Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data dan instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2008). Untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur, instrumen pengumpulan data harus memiliki kemampuan untuk mengukur apa yang harus diukur (Dempsey & Dempsey, 2002). Validitas yang dipakai pada instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Untuk menguji validitas isi yaitu berdasarkan tinjauan pustaka yang selanjutnya dikonsultasikan kepada yang berkompeten dibidang tersebut.
Pada penelitian ini, kuesioner dukungan suami telah dilakukan uji validitas isi, kuesioner dukungan suami divalidasi oleh orang yang berkompeten yaitu Ibu Siti Zahara, S.Kp, MNS, Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep dan Ibu Maria Saragi, S.Kep,Ns, M.Kep, Sp.Mat dengan nilai uji validitas yaitu 0.97 yang berarti instrumen dukungan suami sudah valid. Sedangkan untuk kuesioner tingkat
(76)
Depression Scale (CES-D) dari National Institute Mental Health yang sudah di uji validitasnya.
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menjalani sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo, 2005). Uji reliabilitas dilakukan kepada 10 orang responden yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang memenuhi kriteria sampel, kemudian peneliti menilai responnya. Instrumen yang diuji yaitu dukungan suami (20 pernyataan). Kuesioner duungan suami tersebut diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji reliabilitas internal dimana menganalisis datanya dari satu kali hasil pengetesan. Penilaian pada kuesioner dukungan suami
dengan menggunakan komputerisasi dengan analisis Cronbach Alpa dimana
instrumen dikatakan reliabel apabila nilai reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1999). Hasil uji reliabilitas kuesioner dukungan suami pada penelitian ini bernilai 0,809 yang artinya kuesioner dukungan suami pasien kanker payudara paska mastektomi reliabel.
Sedangkan untuk kuesioner tingkat depresi juga sudah diuji reliabilitasnya menggunakan komputerisasi dengan analisis Cronbach Alpa dengan rentang nilai 0,84 – 0,90 yang berarti instrumen tingkat depresi tersebut reliabel (Radloff, 1977).
(77)
52
3.8. Metode Pengolahan dan Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap, dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian
data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Setelah semua tahap diselesaikan, dilanjutkan dengan analisa univariat dan bivariat.
Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat dimana data univariat untuk menampilkan data demografi, dukungan suami dan tingkat depresi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan bivariat untuk mengidentifikasi hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi.
Data yang dikumpulkan akan diolah dan dianalisa berdasarkan analisa statistik koefisien korelasi Spearman, interpretasi hasil korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi (r), serta arah korelasinya. Nilai r untuk menunjukkan derajat hubungan antara kedua variabel tersebut, dan untuk menentukan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel maka dilakukan pengamatan terhadap nilai signifikansi (p) pada hasil analisa. Jika nilai p<0,05 maka terdapat korelasi bermakna antara variabel yang diuji dan jika nilai p>0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang diuji.
(1)
104
LAMPIRAN 3
Izin Penelitian
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)