Dysthymic Disorder Dysthymia Minor Depression Depresi Ringan

2. Episode Depresif Ringan

Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode depresif ringan yaitu sebagai berikut: a. Sekurangnya dua tetapi kurang dari lima gejala berikut telah ditemukan selama periode dua minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsi sebelumnya; sekurangnya satu dari gejala adalah salah satu dari mood terdepresi atau hilangnya minat atau kesenangan. 1 Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan oleh laporan subjektif misalnya merasa sedih atau kosong atau pengamatan yang dilakukan orang lain misalnya tampak sedih 2 Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua, atau hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari. 3 Penurunan berat badan yang bermakna tanpa melakukan diet atau penambahan berat badan misalnya perubahan berat badan lebih dari 5 dalam satu bulan, penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari. 4 Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari 5 Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari 6 Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari 7 Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat hampir setiap hari 8 Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir setiap hari 9 Pikiran akan kematian yang rekuren bukan hanya takut mati, ide bunuh diri yang rekuren tanpa rencana spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri. b. Gejala tidak memenuhi kriteria untuk eposide campuran c. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. d. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi atau suatu kondisi medis umum. e. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita yaitu setelah kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai oleh gangguan fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik, atau retradasi psikomotor.

3. Episode Depresif Karena Kondisi Medis Umum

Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode depresif karena kondisi medis umum yaitu sebagai berikut: a. Gangguan mood yang menonjol dan persisten yang menguasai gambaran klinis dan ditandai oleh salah satu atau keduanya berikut ini: 1 Mood terdepresi atau hilangnya minat atau kesenangan secara jelas pada semua, atau hampir semua aktivitas 2 Mood yang meninggi, ekspansif atau iritable b. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari kondisi medis umum c. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain misalnya, gangguan penyesuaian dengan mood terdepresi sebagai respon terhadap stres menderita kondisi medis umum d. Gangguan tidak semata-mata selama perjalanan delirium atau demensia e. Gejala menyebakan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III gejala utama dan gejala tambahan pada depresi yaitu sebagai berikut: 1. Gejala utamanya mencakup suasana perasaan yang depresi sedih atau murung, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. 2. Gejala tambahan mencakup konsentrasi dan perhatian berkurang, berkurangnya harga diri dan kepercayaan diri, gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri, gangguan tidur dan berkurangnya nafsu makan. Sehingga berdasarkan gejala utama dan gejala tambahan diatas ada beberapa tingkatan depresi yaitu: 1. Depresi ringan, ciri – cirinya: sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas, ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala tambahan, tidak boleh ada gejala berat diantaranya, lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan. 2. Depresi sedang, ciri – cirinya : sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah sekurang – kurangnya 3 dan sebaiknya 4 dari gejala tambahan, lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu, menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga. 3. Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : a. Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya : semua 3 gejala depresi utama harus ada, ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat, bila ada gejala penting misalnya agitasi atau retardasi psikomotor yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci, episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan serangannya sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu, sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas. b. Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri – cirinya: episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala psikotik disertai waham, halusinasi atau stupor depresif, waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.

2.2.4. Tanda dan Gejala Depresi

Orang dengan gangguan depresi tidak selalu memiliki gejala yang sama satu dengan yang lain. Frekuensi, durasi dan beratnya gejala akan bervariasi tergantung pada masing-masing orang. Adapun gejala-gejala depresi menurut NIMH 2008 yaitu antara lain : 1 Perasaan sedih yang menetap, khawatir atau perasaan kosong 2 Perasaan putus asa dan atau pesimisme 3 Perasaan bersalah, perasaan tidak berharga dan atau putus asa 4 Cepat marah, tidak dapat istirahat 5 Kehilangan minat dalam kegiatan atau hobi yang menyenangkan, termasuk seks 6 Kelelahan dan penurunan energi 7 Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan 8 Insomnia, terjaga dipagi buta, atau tidur yang berlebihan 9 Kehilangan nafsu makan 10 Pikiran untuk bunuh diri, usaha bunuh diri 11 Perasaan sakit yang menetap, sakit kepala, kram atau gangguan pencernaan yang tidak mudah disembuhkan walaupun dengan perawatan. Sedangkan menurut Kaplan Saddock 2010 episode dari depresi yaitu hilangnya minat atau kesenangan, pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, merasa sedih dan tidak berguna. Pasien depresi kadang-kadang mengeluh tidak bisa menangis, suatu gejala yang menghilang saat mereka membaik. Duapertiga dari semua pasien depresi merenungkan untuk melakukan bunuh diri, dan 10-15 melakukan bunuh diri. Tetapi pasien depresi kadang-kadang tidak menyadari depresi yang dialami dan tidak mengeluhkan adanya depresi, walaupun mereka menunjukkan penarikan diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik bagi mereka. Hampir semua pasien depresi yaitu 97 mengeluhkan adanya penurunan energi yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan serta adanya penurunan motivasi. Kira-kira 80 pasien mengeluh sulit tidur, sering terbangun pada malam hari karena merenungkan masalah yang dihadapi. Banyak pasien yang mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan. Pasien juga mengalami kesulitan berkonsentrasi yaitu sebanyak 84 dan gangguan dalam berpikir yaitu sebanyak 67.

2.2.5. Dampak Depresi

Dampak depresi bagi pasien kanker cukup banyak dan kesemuanya menimbulkan pengaruh yang buruk bagi penderita. Dampak yang ditimbulkan berupa bunuh diri, penelantaran diri, distres keluarga. 1. Bunuh diri Percobaan bunuh diri dijumpai pada hampir 13 dari penderita kanker yang mengalami depresi major dan 50 dengan gangguan penyesuaian. 2. Penelantaran diri Penderita menjadi tidak kooperatif, baik dalam hal pengobatan maupun menjaga daya tahan tubuh. Kondisi ini tentu akan semakin memperparah penyakitnya dan pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup pasien. 3. Distress pada keluarga Depresi pada pasien kanker tidak hanya mempengaruhi pasien tetapi juga berdampak pada keluarga mereka. Suatu survei di Inggris tentang kanker payudara menunjukkan bahwa diantara faktor-faktor yang ada, depresi merupakan faktor terkuat yang menimbulkan masalah perilaku dan emosional dalam keluarga Lisnawati, 2010.

2.2.6. Depresi Pada Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi

Mastektomi adalah pengangkatan keseluruhan jaringan payudara dan nodus limfe aksilari. Ada dua rekasi yang ditimbulkan paska mastektomi yaitu reaksi psikis positif dan reaksi psikis negatif. Reaksi psikis positif yang dapat muncul adalah, meningkatnya penyesuaian diri penderita karena kehilangan payudara. Sedangkan, reaksi psikis negatif yang dapat muncul adalah menurunnya self esteem harga diri sebagai perempuan karena kehilangan payudara, stress, atau depresi Wagman dalam Dewi et al, 2004. Shelley dalam Dewi et al 2004, menjelaskan bahwa pada saat pasien dan dokter memutuskan pengangkatan payudara mastektomi sebagai cara penyembuhan, seringkali hanya aspek fisik yang menjadi pertimbangan. Namun sebenarnya, operasi ini tidak sekedar operasi pengangkatan organ tubuh manusia saja. Operasi ini akan memunculkan tanda dan gejala psikologis tertentu, seperti depresi, stres, kecemasan, dan masalah-masalah psikologis lainnya. Dalam beberapa kasus penderita kanker payudara mengalami depresi dan pada pasien dengan mastektomi gejala depresi muncul setelah mastektomi. Kehilangan payudara secara utuh baik bagian kanan atau kiri akan mengubah body image perempuan. Mastektomi tidak hanya meninggalkan bekas luka secara fisik, tetapi juga luka secara psikologis, yakni menurunnya perasaan bangga dan harga diri perempuan. Berbagai reaksi pada perempuan paska mastektomi dapat muncul dalam bentuk depresi menarik diri dari lingkungan, menurunnya self esteem, anoreksia dan insomnia. Salah satu dari masalah klinis yang paling sering terjadi adalah gangguan depresi Zamralita dalam Dewi et al, 2004. Mastektomi merupakan pengalaman traumatis bagi wanita, dimana citra tubuh yang berubah akibat mastektomi sangat sulit bagi wanita untuk menerimanya. Selain itu kurangnya bantuan dari perawat dan dukungan keluarga di rumah dapat menjadi faktor potensial yang dapat berkontribusi pada perkembangan depresi dan kecemasan pada pasien tersebut Farooqi, Yasmin, 2005. Menurut Kevin 2010 seorang wanita yang akan menjalani mastektomi tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya, hanya kesedihan yang selalu ada dipikirannya ketika menghadapi mastektomi. Reaksi yang timbul dari seorang wanita yang mengalami mastektomi adalah perasaan tidak percaya bahwa bagian tubuhnya payudara sudah tidak ada lagi yang juga diikuti oleh perasaan sedih dan depresi McPherson Anderson dalam Farooqi, Yasmin, 2005. 2.3. Dukungan Suami 2.3.1. Definisi Dukungan Suami Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga dimana dukungan tersebut bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suamiistri, dukungan dari saudara kandung, dukungan dari anak dan dukungan keluarga eksternal, seperti dukungan dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang kehidupan, dimana dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan Friedman,1998. Dukungan suami merupakan dukungan yang diberikan suami dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan dan dukungan kepada istri sebelum pihak lain turut memberikannya. Dukungan suami merupakan dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara moral maupun material Bobak, 2005.

2.3.2. Komponen Dukungan Suami

Menurut Hause Kahn 1985 dan Caplan 1976 dalam Friedman 1998 bahwa komponen-komponen dukungan suami terdiri dari: a. Dukungan Penilaian Dukungan penilaian meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik, sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan penilaian yang diberikan berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Sehingga dukungan yang diberikan dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi – strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek – aspek yang positif. Dalam dukungan penilaian, kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi individu akan ancaman dengan mengikutsertakan individu untuk membandingkan diri mereka sendiri dengan orang lain yang mengalami hal yang lebih buruk. Dukungan keluarga dan suami membantu individu dalam melawan keadaan depresi yang dialami individu dengan membantu mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan memberikan pilihan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. b. Dukungan NyataInstrumental Bentuk dukungan ini melibatkan penyediaan dukungan material seperti pelayanan, bantuan keuangan, atau barang. Benda atau jasa yang diberikan akan membantu memecahkan masalah, seperti saat seseorang memberi uang, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit, menyediakan peralatan yang dibutuhkan. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pada dukungan nyata keluarga merupakan sumber untuk mencapai tujuan praktis dan konkrit. c. Dukungan Informasi Informasi dapat membantu individu memahami peristiwa stres yang lebih baik dan menentukan sumber daya dan strategi penanganan yang dapat dihimpun untuk menghadapinya. Dukungan informasi meliputi pemberian solusi dari masalah, pemberian nasehat, pengarahan, saran, ide-ide, dan umpan balik tentang apa yang dilakukan. d. Dukungan Emosional Dukungan emosional yang diberikan oleh suami atau orang lain dapat membuat individu merasa tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang terdekat dalam hal ini pasangan suami, keluarga atau orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Keluarga dapat memberikan dukungan emosional dengan meyakinkan penerima dukungan bahwa ia adalah individu yang berharga. Kehangatan kasih sayang yang diberikan dapat memungkinkan kelompok penerima dukungan untuk didekati. Dukungan emosional dapat berupa dukungan simpati, empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Menurut Kuntjoro 2002 bentuk-bentuk dukungan suami yang dapat diberikan pada istri adalah adanya kedekatan emosional, suami mengijinkan istri terlibat dalam suatu kelompok yang memungkinkannya untuk berbagi minat, perhatian, suami menghargai atas kemampuan dan keahlian istri, suami dapat diandalkan ketika istri membutuhkan bantuan, dan suami merupakan tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah istri. Dengan adanya dukungan suami, tugas yang tadinya terasa berat menjadi lebih ringan dan membahagiakan. Sebaliknya, jika suami istri dalam sebuah perkawinan tidak mampu menjalin kerjasama, maka hal itu akan menyebabkan kesulitan dalam mengatasi permasalahan hidup yang lebih kompleks di kemudian hari.

2.3.3. Fungsi Dukungan Suami

Menurut Caplan dalam Friedman Jones 2010 keluarga dalam hal ini pasangan suami memiliki fungsi pendukung yaitu meliputi: a. Dukungan sosial dimana suami berfungsi sebagai pencari dan penyebar informasi mengenai dunia. b. Dukungan penilaian dimana suami bertindak sebagai sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantarai pemecahan masalah, dan merupakan sumber serta validator identitas anggota. c. Dukungan tambahan dimana suami adalah sumber bantuan praktis dan konkrit. d. Dukungan emosional dimana suami berfungsi sebagai tempat istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan emosional dan meningkatkan moral keluarga.

2.3.4. Dukungan Suami Pada Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi

Gangguan psikologis yang dialami penderita kanker payudara berhubungan dengan depresi, cemas, marah, dan harga diri rendah serta dukungan emosional yang rendah. Penderita kanker payudara mengalami tingkat depresi mulai dari ringan sampai berat dengan kualitas hidup yang rendah. Ketakutan yang dialami penderita kanker payudara berhubungan dengan kematian, kekambuhan penyakit, gambaran diri yang rendah, perubahan feminitas, seksualitas dan ketertarikan merupakan faktor yang menyebakan terjadinya tekanan psikologis baik setelah didiagnosa maupun setelah menjalani pengobatan Reich et al, 2007. Depresi yang dialami pasien kanker payudara berhubungan dengan ketidakberdayaan, kurangnya dukungan dari suami, dan kritik yang selalu diberikan oleh suami kepada pasangannya yang menderita kanker payudara Pistrang Barker, 1998. Handayani 2009 juga mengemukakan bahwa wanita yang menderita kanker payudara dan telah dilakukan tindakan pengangkatan payudara mastektomi, memiliki citra diri yang cenderung negatif. Namun citra diri pada wanita penderita kanker payudara dapat menjadi positif karena mendapatkan dukungan yang besar dari suami dan teman-teman. Mastektomi juga memberikan dampak pada penampilan fisik bagi pasien, yang membawa akibat cukup serius terhadap keharmonisan hubungan suami dan istri Anggraeni Ekowati, 2010. Perhatian dari suami atau istri termasuk kedalam kelompok dukungan internal yang sangat membantu pemulihan kesehatan bagi pasangannya yang dirawat Friedman, 1998. Ketiadaan pasangan suami sangat mempengaruhi kondisi psikologis pasien paska mastektomi, dimana pasien menjadi lebih menurun kesehatannya dan kurang kooperatif berbeda dengan pasien yang didampingi oleh suami mereka dimana pasien menjadi lebih bersemangat dan memiliki harapan untuk mencapai kesembuhan Anggraeni Ekowati, 2010.

2.4. Landasan Teori

Betty Neuman dalam Marriner Tomey Alligood 2006 mendefinisikan manusia secara utuh yang merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Menurut Neuman manusia merupakan mahluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dari fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan lingkungan yang digambarkan sebagai stressor Chinn Jacobs dalam Potter Perry, 2005. Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi intrapersonal yang berasal dari dalam diri pasien. Lingkungan eksternal segala sesuatu pengaruh yang berasal di luar diri pasien interpersonal. Model Neuman mencakup stressor intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal Neuman dalam Marriner Tomey Alligood, 2006. Dalam penelitian ini hal yang menjadi stressor bagi pasien adalah tindakan mastektomi yang mengakibatkan pasien kehilangan payudara yang merupakan simbol seksualitas wanita. Kehilangan payudara akibat mastektomi menyebabkan citra tubuh yang negatif pada pasien, hal ini mengakibatkan pasien memiliki kecendrungan tinggi untuk mengalami depresi, cemas dan bunuh diri Lisnawati, 2010. Ketiadaan pasangan suami sangat mempengaruhi kondisi psikologis pasien paska mastektomi, dimana pasien menjadi lebih menurun kesehatannya dan kurang kooperatif berbeda dengan pasien yang didampingi oleh suami mereka dimana pasien lebih bersemangat dan memiliki harapan untuk mencapai kesembuhan Anggraeni Ekowati, 2010. Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh. Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal Neuman Young dalam Potter Perry, 2005. Perawat mengkaji, mengatur dan mengevaluasi sistem pasien. Perawatan berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi respon pasien terhadap stressor Chinn Jacobs dalam Potter Perry, 2005. Tindakan perawatan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh melalui identifikasi faktor-faktor resiko yang potensial dan aktual terjadi akibat stressor tertentu. Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan sumber internal melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang tampak, pada pencegahan sekunder perawat berperan dalam menemukan masalah yang dialami oleh pasien. Sedangkan pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali, perawat membantu adaptasi dan reduksi untuk mencegah komplikasi. Prinsip dari pencegahan tersier adalah untuk memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap stressor melalui pendidikan kesehatan dan untuk membantu dalam mencegah terjadinya masalah yang sama. Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut Neuman dalam Marriner Tomey Alligood, 2006. Asuhan keperawatan ditujukan untuk mencegah dan mengurangi reaksi tubuh akibat stressor dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pola pengembangan menurut teori sistem Neuman bertujuan untuk stabilitas sistem. Hal ini dapat digambarkan sebagai cincin dengan satu pusat yang mengelilingi inti. Cincin paling dalam mewakili garis pertahanan untuk melawan stressor seperti sistem pertahanan tubuh dan mekanisme pertahanan. Cincin terluar merupakan garis pertahanan yang mewakili keadaan normal pasien.

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual ini menggambarkan hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan. Dukungan suami pada penelitian ini menjadi variabel bebas independent sedangkan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi menjadi variabel terikat dependent. Kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Variabel Bebas Variabel Terikat Gambar 2.2. Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi Dukungan Suami: a. Dukungan Penilaian b. Dukungan Nyata c. Dukungan Informasi d. Dukungan Emosional Caplan, 1976 Tingkat Depresi: a. Tidak Depresi b. Depresi NIMH, 2008 Sumber Stressor a. Stressor Interpersonal b. Stressor Intrapersonal c. Stressor Ekstrapersonal 42

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode cross sectional, yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yaitu variabel dependen dan variabel independen diobservasi pada saat yang bersamaan Notoadmojo, 2005. Dalam hal ini hubungan yang diidentifikasi adalah hubungan antara variabel independen yaitu dukungan suami dengan variabel dependen yaitu tingkat depresi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang Rindu B2A dan ruang poli onkologi RSUP H. Adam Malik Medan. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan dan mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik berdiri sebagai rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335 Menkes SK VII 1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502 Menkes IX 1991 tanggal 6 September 1991. Rumah sakit ini dipilih peneliti karena rumah sakit ini termasuk rumah sakit tipe A yang merupakan rumah sakit pusat rujukan yakni dari Propinsi NAD dan Propinsi Sumatera Utara, sehingga diperkirakan lokasi ini memiliki jumlah sampel yang memadai untuk bisa dilakukan penelitian, selain itu rumah sakit ini juga merupakan salah satu rumah sakit pendidikan dan di rumah sakit ini belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara paska mastektomi. Pengambilan data penelitian dilakukan bulan Mei-Juni 2014. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam membuat suatu penelitian Nursalam, 2008. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara yang mastektomi yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan. Pada Tahun 2012 terdapat 1305 pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

3.3.2. Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan cara mengambil dari tabel power analysis, dengan menggunakan derajat ketepatan α yang besarnya 0,05 dan analisa kekuatan sebesar 80 dengan effect size sebesar 35 sehingga didapatkan sampel sebanyak 62 responden Polit Beck, 2012. Tabel 3.1. Perkiraan Ukuran Sampel yang Diperlukan untuk Mencapai Tingkat Kekuatan yang Dipilih sebagai Fungsi Estimasi Korelasi Populasi, dengan α= 0.05 ESTIMATED POPULATION CORRELATION COEFFICIENT Power .10 .15 .20 .25 .30 .35 .40 .50 .60 .70 .80 Part A:α= .05 .60 489 217 122 78 54 39 30 19 13 9 7 .70 614 272 152 97 67 49 37 23 16 11 8 .80 785 347 194 123 85 62 47 29 19 13 10 .90 1047 463 258 164 112 81 61 37 25 17 12 .95 1296 575 322 204 141 101 80 50 32 22 18 Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan Non Probability Sampling yaitu dengan metode Consecutive Sampling yaitu penarikan sampel dengan tehnik berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan teori dan pertimbangan yang telah ditentukan Notoadmojo, 2005. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target terjangkau dan akan diteliti, antara lain subjek merupakan pasien kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi, memiliki suami dan bersedia menjadi responden penelitian.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan proposal penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti mengirim permohonan izin untuk penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ke RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data peneliti. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti menggunakan lembar screening untuk mengidentifikasi responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, lembar screening diisi oleh peneliti dengan beracuan kepada status rawatan pasien. Apabila peneliti telah menemukan responden, peneliti melakukan pendekatan. Setelah itu, peneliti menjelaskan pada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner, kemudian responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan informed consent. Penelitian ini dilakukan terlebih dahulu membuat kontrak dengan pasien, kemudian kuesioner diisi langsung oleh responden dan responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti atau tidak dipahami. Setelah kuesioner diisi oleh responden peneliti memastikan kembali apakah semua kuesioner telah teriisi, kemudian data dikumpulkan untuk diolah.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Untuk memberikan pemahaman yang sama tentang variabel yang akan diteliti dan untuk menentukan metode penelitian yang digunakan dalam analisa data maka perlu dibuat definisi operasional variabel independen dan variabel dependen yang dapat dijelaskan pada tabel 3.2. Tabel 3.2. Definisi Operasional No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Variabel independen: Dukungan suami Bantuan yang diberikan oleh suami melalui interaksi kontak sosial seperti komunikasi yang baik diantara suami dan istri, membantu istri yang menderita kanker payudara dan telah menjalani mastektomi agar tidak mengalami depresi seperti bantuan dana, informasi, dukungan emosional dan dukungan penilaian sehingga suami dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh istrinya yang menderita kanker payudara dan telah menjalani mastektomi. Komponen dukungan suami: a. Dukungan penilaian yaitu bantuan yang diberikan suami kepada istrinya yang menderita kanker payudara dan telah menjalani mastektomi dalam bentuk membantu istri melakukan aktivitas sehari- hari, Kuesioner dukungan suami dengan 20 pernyataan • 20-39 = dukung an suami kurang • 40-59 = dukung an suami cukup • 60-80 = dukung an suami baik Ordinal