Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudrajat 2012 dimana dukungan suami yang tinggi membuat pasien kanker payudara merasa suaminya dapat diandalkan bila pasien membutuhkan bantuan, pasien mendapat dukungan untuk sembuh dan kekuatan untuk menghadapi penyakit yang sedang diderita. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2009 juga mendukung penelitian ini dimana pasien kanker payudara paska mastektomi bisa terhindar dari citra tubuh yang negatif yang dapat membuat pasien menjadi depresi dengan dukungan yang besar dari suami, anak-anak dan teman-teman terdekat pasien. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Dalami 2010 peran serta keluarga dalam hal ini suami sangat penting untuk penyembuhan pasien, karena suami merupakan sistem pendukung yang terdekat bagi pasien. Oleh karena itu suami selalu dilibatkan dalam perencanaan, perawatan dan pengobatan, persiapan pemulangan pasien, dan rencana perawatan tindak lanjut di rumah. Hal ini akan memotivasi suami agar berpartisipasi aktif dalam upaya membantu memecahkan masalah pasien. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Anggraeni Ekowati, 2010 ketiadaan pasangan suami sangat mempengaruhi kondisi psikologis pasien paska mastektomi, menjadi lebih drop dan kurang kooperatif, berbeda dengan pasien yang selama pengobatan didampingi oleh suami mereka maka pasien menjadi lebih bersemangat dan memiliki harapan untuk mencapai kesembuhan. Kuijen dalam Halim Wirawan 2010 menyatakan bahwa dukungan keluarga dalam hal ini suami dapat mempengaruhi pemulihan fisik dan mental seorang wanita dan dapat membuat reaksi yang menstimulus sel tubuh untuk pulih. Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Potter Perry 2005 yang menyatakan bahwa inti dari suatu hubungan yang menyembuhkan adalah meningkatkan harapan pasien. Harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan strategi yang dibutuhkan untuk menghadapi segala macam tantangan dalam hidup. Harapan mempunyai implikasi baik jangka pendek maupun jangka panjang dan berorientasi pada masa depan yang dapat membantu pasien berupaya ke arah penyembuhan. Untuk membantu pasien mencapai harapan, sangat dibutuhkan dukungan dari pasangan, keluarga, teman dan perawat, sehingga pasien merasa tidak sendiri dalam menghadapi penyakitnya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisnawati 2010 yang menyatakan bahwa penyebab depresi pada pasien kanker payudara paska mastektomi yaitu ketakutan akan kematian, kekecewaan tidak dapat meneruskan rencana-rencana hidup, perubahan citra tubuh, sedih karena merasa tidak normal, perasaan tidak berharga sebagai seorang wanita dan ketiadaan biaya untuk pengobatan. Depresi dapat hilang dengan dukungan menyeluruh dari keluarga suami, anak-anak dan saudara dekat dan teman-teman, pemberian informasi tentang penyakit dari tenaga kesehatan dan perawatan yang tepat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa walaupun dukungan suami yang diberikan sudah berada pada kategori baik dan cukup namun mayoritas responden mengalami depresi yaitu 32 orang 56,1. Asumsi peneliti walaupun dukungan yang didapatkan oleh pasien kanker payudara paska mastektomi sudah berada pada kategori baik dan cukup namun hal yang menyebabkan pasien kanker payudara paska mastektomi mengalami depresi yaitu stressor yang ada di dalam diri pasien sendiri. Pasien tidak siap menerima kekurangan fisik yang sat ini dialami dan takut membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Betty Neuman dalam Marriner Tomey Alligood 2006 yang menyatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi stressor dalam diri seseorang yaitu stressor interpersonal berasal dai dalam diri pasien sendiri, stressor intrapersonal berasal dari orang yang dekat hubungannya dengan pasien dan stressor ekstrapersonal berasal dari orang lain yang ada disekitar pasien. Sehingga sekalipun stressor dari intrapersonal dan ekstrapersonal pasien tidak ada namun pasien kanker payudara paska mastektomi dapat mengalami depresi karena stressor tersebut berasal dari dalam diri pasien sendiri. Menurut Kevin 2010 seorang wanita yang akan menjalani mastektomi tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya, hanya kesedihan yang selalu ada dipikirannya ketika menghadapi mastektomi. Reaksi yang timbul dari seorang wanita yang mengalami mastektomi adalah perasaan tidak percaya bahwa bagian tubuhnya payudara sudah tidak ada lagi yang juga diikuti oleh perasaan sedih dan depresi McPherson Anderson dalam Farooqi, Yasmin, 2005.

5.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi tentang dukungan suami, sehingga peneliti sulit untuk menggali lebih dalam informasi yang diberikan oleh responden tentang bagaimana dukungan suami yang dirasakan oleh responden. Sehingga kedepannya diharapkan penelitian menggunakan metode kualitatif untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci tentang bagaimana dukungan suami pasien kanker payudara paska mastektomi. Selain itu instrumen penelitian ini tidak dilakukan uji validitas sehingga tidak diketahui item mana yang valid dan yang tidak valid. Instrumen penelitian hanya dilakukan Content Validity Index CVI yang penilaiannya diberikan kepada expert atau pakar dibidangnya. 74

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan ringkasan pembahasan hasil penelitian dan saran merupakan tindak lanjut dari penelitian ini.

6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden mendapatkan dukungan suami baik yaitu 31 orang 50 dan dukungan suami cukup 31 orang 50. Dukungan suami diklasifikasikan kedalam 4 jenis dukungan yaitu dukungan penilaian, dukungan nyata, dukungan informasi dan dukungan emosional. Untuk dukungan penilaian responden mendapatkan dukungan yang baik yaitu 41 orang 66,1, dukungan yang cukup yaitu 20 orang 32,3 dan dukungan kurang yaitu 1 orang 1,6. Untuk dukungan nyata responden mendapatkan dukungan yang baik yaitu 23 orang 37,1 , dukungan cukup yaitu 32 orang 51,6 dan dukungan kurang yaitu 7 orang 11,3. Untuk dukungan informasi responden mendapatkan dukungan yang baik yaitu 7 orang 11,3, dukungan cukup yaitu 32 orang 51,6 dan dukungan kurang yaitu 23 orang 37,1, dan dukungan emosional responden mendapatkan dukungan yang baik yaitu 36 orang 58,1, dukungan cukup yaitu 25 orang 40,3 dan dukungan kurang yaitu 1 orang 1,6. Hasil penelitian tentang tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi menunjukkan jumlah responden yang mengalami depresi yaitu 32 orang 51,6 dan tidak mengalami depresi yaitu 30 orang 48,4. Pada Hasil penelitian ini didapatkan p 0,05 yang artinya adanya hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi Ha diterima. Nilai r nya adalah -0,516 yang bermakna tingkat kekuatan hubungan sedang dan berpola negatif yang berarti semakin baik dukungan suami pasien kanker payudara paska mastektomi maka tingkat depresi semakin turun. Hal ini berarti selain dukungan suami ada faktor-faktor lain yang membuat pasien kanker payudara paska mastektomi mengalami depresi.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menambah referensi bahan ajar tentang pentingnya dukungan suami bagi pasien kanker payudara paska mastektomi untuk membantu mempercepat proses penyembuhan dan membuat pasien mastektomi tidak mengalami depresi. Selain itu penelitian ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa keperawatan dalam menerapkan asuhan keperawatan yang melibatkan keluarga khususnya suami pasien. 6.2.2. Bagi Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi perawat dalam memberikan edukasi kepada suami tentang pentingnya dukungan suami untuk mencegah dan mengatasi depresi pada pasangannya yang dimastektomi serta melibatkan keluarga khususnya suami dalam memberikan asuhan keperawatan serta memfasilitasi suami dalam memberikan dukungan bagi istrinya yang menderita kanker payudara baik sebelum dan sesudah mastektomi. Selain itu perlu dibentuk suatu wadah peer group di rumah sakit agar pasien kanker payudara dapat termotivasi untuk sembuh, mendapatkan berbagai informasi kesehatan yang berguna bagi kesembuhan pasien kanker payudara dan tidak merasa menjadi satu-satunya orang yang menderita kanker payudara. 6.2.3. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian. Sehingga kedepannya peneliti dapat mengembangkan kemampuan untuk meneliti masalah-masalah yang terkait dengan keperawatan. 6.2.4. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi dengan masalah-masalah lainnya serta faktor-faktor yang mempegaruhinya. 6.2.5. Bagi Responden Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi suami dan pasien kanker payudara paska mastektomi, bahwa dengan dukungan yang besar dari orang-orang terdekat dapat membantu proses pemulihan dan mempercepat proses penyembuhan. Selain itu diharapkan baik bagi pasien kanker payudara maupun keluarga pasien terkhususnya suami untuk aktif mencari informasi tentang kesehatan, peluang untuk sembuh, dan bergabung dalam peer group atau kelompok dengan masalah yang sama sehingga responden mendapatkan banyak informasi yang bermanfaat dan termotivasi untuk sembuh.