Strategi Pengelolaan RENCANA PENGELOLAAN

68

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN

Konsep dasar rencana pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung adalah mempertahankan dan memaksimalkan fungsinya sebagai taman pendidikan kelalulintasan, taman lingkungan hidup, dan taman bermain anak-anak rekreasi.

6.1 Strategi Pengelolaan

Menurut hasil perangkingan alternatif strategi dari matriks SWOT, terdapat delapan alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan Taman Lalu Lintas Bandung sebagai tempat wisata yang berkelanjutan. Urutan alternatif strategi yang dihasilkan yaitu 1. Menambah program yang menunjang tujuan pengelolaan 2. Meningkatkan kualitas pelayanan 3. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas fasilitas 4. Memindahkan rambu lalu lintas ke tempat yang lebih sesuai 5. Melakukan sosialisasi kepada pengunjung untuk menaati peraturan 6. Meningkatkan sarana pendidikan kelalulintasan 7. Meletakkan sarana bermain secara menyebar 8. Mempertahankan keberadaan pohon Strategi kesatu , menambah program yang menunjang tujuan pengelolaan . Strategi ini merupakan strategi W–O, yaitu strategi yang mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan- kelemahan. Saat ini, program yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung adalah program tahunan berupa Penyuluhan dan Pendidikan Keamanan Lalu Lintas PPKLL. Program ini adalah program yang menunjang fungsi Taman Lalu Lintas Bandung sebagai taman pendidikan kelalulintasan, sedangkan sebagai taman lingkungan hidup, taman ini belum memiliki program tersendiri. Sebaiknya pengelola menambah program yang mendukung fungsinya sebagai taman lingkungan hidup. Program yang dapat dilakukan dapat berupa program cinta lingkungan yang sasarannya adalah murid sekolah dasar dan taman kanak-kanak. 69 Strategi kedua , meningkatkan kualitas pelayanan. Strategi ini merupakan strategi S–T, yaitu strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. Semakin berkembangnya pembangunan, semakin banyak taman atau tempat rekreasi sejenis yang lebih menarik dan lebih modern. Agar Taman Lalu Lintas Bandung tetap menjadi taman yang banyak diminati pengunjung, diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan, yaitu dengan menambahkan pelayanan berupa pengadaan pemandu guide yang dapat memberikan panduan tentang sarana pendidikan kelalulintasan dan hal-hal lain yang ada di dalam Taman Lalu Lintas Bandung kepada pengunjung. Selain itu, sumber informasi dan media promosi tentang taman ini belum ada. Oleh karena itu, diperlukan penambahan pelayanan yang berupa pengadaan pusat informasi dan media promosi dalam bentuk leaflet. Strategi ketiga , memperbaiki dan meningkatkan kualitas fasilitas. Strategi ini merupakan strategi W–O, yaitu strategi yang mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan. Fasilitas yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung yang ada saat ini sudah banyak dan bervariasi. Hal ini ditunjukkan dengan persepsi pengunjung kebanyakan menilai kondisi fasilitas Taman Lalu Lintas Bandung dengan penilaian cukup baik. Namun penilaian tersebut tidak ditunjang dengan kondisi fisik dari fasilitas tersebut. Dari hasil survei dapat dilihat beberapa fasilitas yang ada di taman ini dalam kondisi yang kurang terawat atau bahkan rusak. Sebaiknya pihak pengelola memperbaiki beberapa fasilitas yang rusak tersebut dan melakukan perawatan lebih intensif. Misalnya dengan melakukan perbaikan dan pengecatan fasiltas edukasi yaitu papan informasi yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung dan membuatnya lebih menarik serta membuat jadwal pemeliharaan fasilitas secara teratur. Strategi keempat , memindahkan rambu lalu lintas ke tempat yang lebih sesuai . Strategi ini merupakan strategi W–O, yaitu strategi yang mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan. Saat ini, peletakan beberapa saranan pendidikan kelalulintasan kurang sesuai, contohnya peletakan papan rambu-rambu lalu lintas. Peletakan ini selain dapat menghalangi pengunjung menikmati pemandangan dalam Taman Lalu Lintas Bandung juga cukup berbahaya bagi anak-anak. Oleh karena itu, sebaiknya pihak 70 pengelola memindahkan papan rambu-rambu lalu lintas tersebut ke tempat yang lebih mudah dan aman untuk dibaca. Strategi kelima , melakukan sosialisasi kepada pengunjung untuk menaati peraturan . Strategi kelima ini merupakan strategi S–T, yaitu strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. Pada saat ramai pengunjung, biasanya waktu akhir pekanlibur, banyak ditemukan sampah yang berserakan di Taman Lalu Lintas Bandung. Padahal pihak pengelola telah membuat beberapa aturan untuk menjaga kebersihan seperti menempatkan papan-papan himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya, namun hal ini dirasa kurang efektif. Hal ini perlu perhatian dari pihak pengelola untuk mempertegas peraturan dan memberikan sosialisasi kepada pengunjung agar meningkatkan kesadaran para pengunjung seperti mengusahakan gerakan lingkungan bersih. Gerakan ini dapat berupa sosialisasi peraturan untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat. Sampah dari aktivitas pengunjung harus dikumpulkan dan dibuang dengan cara yang benar. Bila kondisi Taman Lalu Lintas Bandung terlihat bersih dan indah maka yang akan merasakan kenyamanannya adalah pengunjung itu sendiri. Strategi keenam , meningkatkan sarana pendidikan kelalulintasan. Strategi ini merupakan strategi S–O, yaitu strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada. Sarana pendidikan kelalulintasan yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung saat ini adalah beberapa perangkat jalan seperti lampu lalu lintas, rambu-rambu lalu lintas, dan zebra cross serta papan informasi yang berisi materi mengenai cara menyeberang jalan supaya aman camejasa. Keberaan sarana tersebut dirasa kurang untuk menunjang fungsi Taman Lalu Lintas Bandung sebagai taman pendidikan kelalulintasan. Sebaiknya pihak pengelola menambah sarana pendidikan kelalulintasan yang lain seperti mini teater. Mini teater ini merupakan ruangan audio visual yang dapat menampilkan beberapa film atau video edukasi yang mengajarkan etika berlalu lintas dan peraturan lalu lintas yang ditujukan untuk anak-anak. Strategi ketujuh , meletakkan sarana bermain secara menyebar. Strategi ini merupakan strategi W–T, yaitu strategi yang meminimumkan kelemahan dan 71 menghindari ancaman yang ada. Sarana bermain yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung cukup bervariasi. Namun sarana bermain berkarcis yang lebih banyak diminati anak-anak. Hal ini dikarenakan jenis permainan karcis lebih menarik. Peletakannya sarana bermain karcis di taman ini cenderung terpusat, yaitu terkonsentrasi di bagian barat taman dekat gerbang utama. Hal ini menyebabkan mayoritas pengunjung terkonsentrasi pada area tersebut dan penggunaan lahan tidak optimal. Alternatif pemecahan masalahnya adalah dengan menata letak sarana bermain yang dibuat menyebar dan merelokasinya ke area yang sepi pengunjung agar penggunaan area lebih optimal. Strategi kedelapan , mempertahankan keberadaan pohon. Strategi ini yang terakhir ini merupakan strategi S–O, yaitu strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada. Sebagai taman lingkungan hidup, keberadaan pohon yang ada di dalam Taman Lalu Lintas Bandung sangat penting karena selain berfungsi sebagai penambah keindahan dan keteduhan di dalam taman, keberadaan pohon ini juga dapat dipakai sebagai media pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi papan nama label pada pohon dengan nama lokal serta nama latin agar anak-anak dapat mengenali jenis-jenis pohon yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung. Selain itu, beberapa pohon tua dan langka yang ada di taman ini dapat menjadi objek yang menarik, contohnya keberadaa pohon langka, yaitu pohon sosis.

6.2 Struktur Organisasi