27 sirkulasi udara yang baik dalam kemasan sehingga dapat menghindari kerusakan komoditas akibat
akumulasi CO
2
pada suhu tinggi Hidayati,1993. Oleh karena itu selain penambahan sekat, masing-masing kemasan juga diberi lubang ventilasi.
Gambar 14 menunjukkan empat jenis rancangan kemasan alpukat yaitu kemasan berventilasi tipe circle, tipe oblong, ventilasi searah sekat, dan kemasan tanpa ventilasi. Penentuan luas ventilasi
kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan penurunan kekutan kemasan. Penggunaan ventilasi dan hand hold sebesar 2 dari bidang vertikal kemasan akan mengurangi kekuatan kemasan karton
sebesar 10 dari kemasan tanpa ventilasi dan hand hole Singh, 2008. Luasan lubang ventilasi yang digunakan dalam perancangan sebesar 2 dari total luasan dinding kemasan, karena penggunaan
ventilasi dan hand hole melebihi 2 dapat mengurangi kekuatan tekan vertikal kemasan yang cukup signifikan. Selain kemasan outer yang diberi lubang ventilasi, kemasan inner atau sekat-sekat antar
buah juga diberi lubang ventilasi agar udara didalam kemasan tetap mengalir walaupun adanya sekat. Perhitungan luasan ventilasi kemasan terdapat pada Lampiran 3.
a b
c d
Gambar 14. Rancangan Kemasan Alpukat model a tanpa ventilasi, b tipe ventilasi circle, c ventilasi oblong, dan d ventilasi searah sekat.
B. Pola Kestabilan Suhu Dalam Kemasan
Suhu merupakan salah satu faktor penting pada sistem kemasan produk holtikultura, karena suhu mempengaruhi proses respirasi produk. Oleh karena itu dalam perancangan kemasan untuk
produk hasil pertanian diperlukan ventilasi yang cukup untuk mengeluarkan panas hasil metabolisme. Dengan ventilasi sirkulasi udara dalam kemasan menjadi lebih baik dan menghindarkan kerusakan
komoditas akibat akumulasi CO
2
pada suhu tinggi Hidayati, 1993. Udara dalam kemasan perlu
28 disirkulasikan agar suhunya merata. Suhu dalam kemasan selama penyimpanan dapat bervariasi
karena peningkatan suhu akibat mengambil panas dari komoditi atau adanya kebocoran pada beberapa bagian dalam ruang penyimpanan.
Penentuan sebaran suhu dalam kemasan saat penyimpanan digunakan untuk mengetahui kemampuan kemasan dalam beradaptasi terhadap suhu penyimpanan. Buah alpukat, pisang, nangka,
jambu, mangga, papaya, dan markisa termasuk kedalam buah klimakterik Winarno,2002. Buah klimakterik merupakan buah yang masih mengalami proses pematangan, dan mengalami peningkatan
respirasi. Sehingga untuk menghambat proses respirasi, diperlukan penyimpanan dingin yang sesuai. Oleh karena itu, suhu dalam kemasan harus sesuai dengan suhu ruang penyimpanan yang diharapkan.
Kebutuhan untuk sirkulasi udara yang cepat terutama pada saat penyesuaian suhu produk dengan suhu penyimpanan dingin untuk menghilangkan panas lapangan. Posisi titik pengukuran suhu dalam
kemasan ditunjukkan pada Gambar 15.
Gambar 15. Posisi titik pengukuran suhu dalam kemasan
Gambar 16. Sebaran suhu dalam kemasan pada awal penyimpanan suhu ruang Gambar 16. menunjukkan pola sebaran suhu masing-masing kemasan dan suhu lingkungan
pada penyimpanan suhu ruang selama 24 jam dari awal penyimpanan. Dari grafik dapat dilihat bahwa semua perlakuan kemasan menunjukkan pola sebaran suhu yang sama, terjadi peningkatan sampai
waktu tertentu, kemudian turun kembali mengikuti penurunan suhu lingkungan. Pada menit ke-265 hingga menit ke-415 terjadi peningkatan suhu lingkungan, namun tidak diikuti oleh suhu masing-
masing kemasan. Fluktuasi suhu dalam kemasan tersebut disebabkan pengaruh suhu lingkungan atau 26,0
27,0 28,0
29,0 30,0
31,0 32,0
200 400
600 800 1000 1200 1400
S u
h u
˚C
waktu menit
K1T1 K2T1
K3T1 K4T1
TLingkungan
29 ruangan berpendingin AC yang tidak kontinyu. Suhu kemasan tanpa ventilasi lebih tinggi dari suhu
kemasan berventilasi, karena tidak terjadinya pertukaran udara dari lingkungan ke dalam kemasan atau sebaliknya. Oleh karenaa itu, suhu didalam kemasan tidak dapat bergerak bebas keluar dan
menyebabkan terjadinya suhu yang tinggi di dalam ruang kemasan. Suhu pada perlakuan K1T1 yaitu kemasan tanpa ventilasi, membutuhkan waktu yang paling
lama untuk mencapai suhu yang stabil yaitu 540 menit 9 jam. Hal ini terjadi karena proses pemindahan udara lingkungan ke dalam kemasan atau udara dalam kemasan ke lingkungan sulit
terjadi karena tidak adanya ventilasi. Untuk perlakuan K2T1 kemasan dengan ventilasi tipe circle waktu yang dibutuhkan yaitu 265 menit ± 4 jam, K3T1 ventilasi tipe oblong memerlukan waktu
210 menit 3.5 jam, dan K4T1 ventilasi searah sekat memerlukan waktu 495 menit ± 8 jam pada kestabilan suhu berkisar 28-29.1
o
C. Dengan demikian pola perubahan suhu lingkungan lebih cepat daripada suhu dalam kemasan.
Hal ini disebabkan oleh udara pada bagian lingkungan lebih bebas dari pada pergerakan udara dalam kemasan. Keadaan ventilasi berpengaruh pada proses perubahan suhu dalam kemasan terhadap suhu
lingkungan untuk mencapai kondisi seimbang. Adanya ventilasi pertukaran udara lebih mudah dilakukan daripada tanpa ventilasi Adhinata, 2008.
Gambar 17. Sebaran suhu dalam kemasan pada awal penyimpanan suhu 8
o
C Gambar 17. menunjukkan pola sebaran suhu masing-masing kemasan dan suhu lingkungan
pada penyimpanan suhu dingin. Pengukuran suhu dilakukan dari awal penyimpanan suhu 27
o
C hingga mencapai suhu 8
o
C, dimana tiap kemasan membutuhkan waktu yang berbeda untuk mencapai suhu optimum yang diharapkan. Suhu pada perlakuan K1T2 yaitu kemasan tanpa ventilasi,
membutuhkan waktu yang paling lama untuk mencapai suhu pendingin yang diharapkan. Pada perlakuan tersebut diperlukan waktu 1120 menit ± 18 jam untuk mencapai kondisi suhu 8
o
C yang stabil. Hal serupa untuk kemasan tanpa ventilasi pada penyimpanan suhu ruang, proses pemindahan
udara lingkungan ke dalam kemasan atau udara dalam kemasan ke lingkungan sulit terjadi karena tidak adanya ventilasi. Untuk perlakuan K2T2 kemasan dengan ventilasi tipe circle waktu yang
dibutuhkan yaitu 715 menit ± 12 jam, K3T2 ventilasi tipe oblong selama 580 menit ± 10 jam, dan K4T2 ventilasi searah sekat selama 915 menit ± 15 jam untuk mencapai kestabilan suhu
pendingin yang diharapkan. Kestabilan suhu awal penyimpanan yang didapat berkisar pada suhu 7.4 - 8
o
C. Suhu pada kemasan dengan tipe ventilasi oblong, lebih cepat mencapai suhu penyimpanan yang diharapkan. Semakin cepat suhu dalam kemasan mencapai kondisi ruang penyimpanan, maka laju
respirasi buah dapat diperlambat, sehingga dapat memperpanjang umur simpan buah tersebut.
0,0 5,0
10,0 15,0
20,0 25,0
30,0
200 400
600 800
1000 1200
Su hu
˚C
Waktu menit
K1T2 K2T2
K3T2 K4T2
TLingkungan
30 Dari keempat tipe kemasan, ternyata kemasan dengan ventilasi tipe oblong merupakan
kemasan yang paling cepat menyesuaikan suhu kemasan di dalamnya dengan suhu lingkungan. Perbedaan waktu kemasan ventilasi tipe oblong dengan ventilasi circle dalam menyesuaikan dengan
suhu lingkungan tidak begitu jauh. Kemasan dengan ventilasi tipe oblong paling cepat menyesuaikan dengan suhu lingkungan dikarenakan kemasan tersebut memiliki lubang ventilasi pada empat bagian
sisinya yaitu bagian depan belakang dan samping kiri dan kanan, sehingga dengan adanya lubang ventilasi di empat bagian sisinya lebih memudahkan terjadinya pertukaran udara dan penyebaran
udara didalam kemasan. Grafik sebaran suhu masing-masing kemasan pada awal penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 6.
C. Pengaruh Tipe Ventilasi Terhadap Sebaran Suhu dalam Kemasan