Susut Bobot Pengaruh Tipe Ventilasi dan Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Buah

33 setara dengan 184.82 km dijalan luar kota atau lebih kurang 3.08 jam perjalanan truk dengan kecepatan 60 kmjam. Pada jalan buruk beraspal jarak yang ditempuh 89.6 km atau lebih kurang 2.98 jam perjalanan truk dengan kecepatan 30 kmjam. Hal ini cukup sesuai dengan jarak yang ditempuh oleh pedagang pengumpul kecil di Sukabumi ke pengumpul besar di Jakarta yaitu ±115 km. Dalam pengangkutan juga perlu diperhatikan kondisi lingkungan. Pengangkutan dengan truk tanpa pendingin, sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk menghindari suhu lingkungan yang terlalu tinggi. Karena hal ini akan berpengaruh pada umur simpan buah alpukat. Pada malam hari suhu udara relatif lebih rendah dan dapat mengurangi resiko kerusakan mekanis akibat kenaikan suhu. Pengukuran tingkat kerusakan mekanis buah alpukat setelah simulasi transportasi dilakukan secara visual pada penampakan luar buah alpukat dan jumlah buah yang rusak pada tiap kemasan. Buah dinyatakan rusak jika terjadi penyimpangan tekstur dari keadaan normal. Parameter kerusakan buah alpukat dapat dilihat dari adanya luka memar, luka gores, dan luka pecah pada kulit. Kerusakan mekanis akibat memar ditandai dengan terbentuknya bagian dengan warna agak berbeda dan lunak, sedangkan luka gores ditandai dengan adanya luka seperti sayatan pada kulit buah, dan luka pecah ditandai dengan kulit buah alpukat yang berwarna agak berbeda namun keras Destiyani, 2010. Dari hasil studi lapang transportasi buah alpukat yang didistribusikan dengan menggunakan peti kayu berkapasitas 44 Kg pada suhu ruang memiliki tingkat kerusakan mekanis sebesar 26.81 , sedangkan pengemasan alpukat dengan menggunakan kemasan karton berkapasitas 15 Kg tanpa bahan pengisi pada suhu ruang memiliki kerusakan mekanis sebesar 12.93 dan pengemasan alpukat dengan menggunakan karton berkapasitas 7 Kg dengan bahan pengisi berupa potongan karton cacah pada suhu ruang memiliki tingkat kerusakan mekanis sebesar 4.05 Destiyani, 2010. Dari hasil pengamatan secara visual pada buah alpukat setelah simulasi transportasi pada empat macam kemasan dengan tipe ventilasi yang berbeda-beda, tidak ditemukan kerusakan mekanis seperti luka memar, luka gores, dan luka pecah pada kulit alpukat. Karena adanya kemasan inner berupa sekat-sekat pada ruang kemasan tidak menyebabkan terjadinya benturan antar buah alpukat yang dapat mengakibatkan luka memar. Permukaan karton gelombang yang halus dibandingkan kemasan kayu juga dapat memperkecil terjadinya luka gores pada kulit alpukat. Kemungkinan kerusakan dapat terjadi akibat benturan buah terhadap permukaan kemasan. Namun belum dapat terlihat karena kulit alpukat yang keras. Kerusakan fisik dari alpukat dapat dilihat setelah penyimpanan pada berbagai kondisi seperti suhu ruang dan 8 ˚C.

E. Pengaruh Tipe Ventilasi dan Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Buah

Alpukat

1. Susut Bobot

Susut bobot terjadi karena selama proses penyimpanan menuju pematangan terjadi perubahan fisiokimia berupa penyerapan dan pelepasan air dari dan ke lingkungan penyimpanan. Kehilangan air pada bahan tersimpan selama periode penyimpanan tidak hanya menyebabkan kehilangan berat, tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan dan penurunan kualitas. Kehilangan berat dalam jumlah sedikit yang terjadi secara perlahan mungkin saja tidak berarti bagi bahan tersebut, tetapi kehilangan yang besar dan terjadi secara cepat akan menyebabkan pengkeriputan dan pelayuan. Muchtadi, 1988. Susut bobot setelah transportasi disebabkan oleh faktor metabolisme buah, yaitu proses transpirasi dan respirasi. Proses transpirasi adalah proses penguapan air dari komoditi segar keluar melalui permukaan luar komoditi. Proses transpirasi ini dapat menurunkan tekstur, menyebabkan pelayuan, dan pengerutan. Jika kerusakan mekanis pasca transportasi yang terjadi pada permukaan 34 buah relatif besar maka penguapan dan kehilangan air dapat terjadi lebih cepat sebaliknya jika kerusakan mekanis pasca transportasi yang terjadi pada permukaan buah relatif kecil maka penguapan dan kehilangan air yang terjadi selama penyimpanan akan berjalan lambat. Hal ini disebabkan buah kehilangan pelindung alaminya sehingga proses transpirasi berlangsung lebih cepat. Pola perubahan persentase susut bobot buah alpukat yang dikemas dalam berbagai tipe kemasan selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 21 dan 22. Gambar 21. Perubahan persentase susut bobot alpukat dalam kemasan selama penyimpanan pada suhu ruang 28-30 o C Gambar 22. Perubahan persentase susut bobot alpukat dalam kemasan selama penyimpanan pada suhu 8 o C. Berdasarkan Gambar 21 dan 22. terlihat bahwa semakin lama penyimpanan maka susut bobot buah pada setiap perlakuan semakin meningkat. Dari Gambar 21. Persentase susut bobot buah alpukat tertinggi pada penyimpanan suhu ruang 28-30 o C yaitu kemasan tanpa ventilasi K1T1 sebesar 14.84 . Hal ini dapat terjadi karena suhu di dalam kemasan yang tinggi dibandingkan kemasan berventilasi. Pada kemasan berventilasi terjadi pertukaran udara dari lingkungan dengan suhu dalam kemasan. Umumnya semakin tinggi suhu ruang penyimpanan maka semakin tinggi laju penurunan bobot buah, karena transpirasi yang terjadi semakin besar. Kehilangan air 5 – 10 dari berat semula melalui transpirasi dianggap tidak laku dijual sehingga merugikan pada tingkat penjualan eceran Pantastico, 1989. 3 6 9 12 15 18 3 6 9 S u su t B o b o t Lama Penyimpanan Hari K1T1 K2T1 K3T1 K4T1 1 2 3 4 5 6 7 3 6 9 12 14 Su su t B o b o t Lama Penyimpanan Hari K1T2 K2T2 K3T2 K4T2 35 Transpirasi yang tinggi dapat menurunkan kadar air buah alpukat sehingga susut bobot menjadi tinggi. Selain itu suhu tinggi menyebabkan respirasi meningkat, substrat yang dihasilkan pada proses fotosintesis diuraikan menjadi gula sederhana sehingga dihasilkan CO 2 dan air pada proses respirasi, akibatnya terjadi penurunan air dalam bahan yang menyebabkan penurunan bobot. Sedangkan persentase susut bobot terkecil pada penyimpanan suhu ruang adalah pada kemasan dengan ventilasi tipe circle K2T1 sebesar 11.74 . Hal ini dikarenakan dengan adanya ventilasi pada bagian sisi kemasan, terjadi sirkulasi udara dari dalam kemasan ke luar lingkungan sehingga tidak terjadi akumulasi panas dalam kemasan yang dapat mempercepat laju respirasi alpukat. Berdasarkan Gambar 22. Dapat dilihat bahwa persentase susut bobot buah alpukat terkecil pada penyimpanan suhu 8 o C yaitu kemasan tanpa ventilasi K1T2 sebesar 4.85. Sama seperti halnya pada kemasan ventilasi yang disimpan pada suhu ruang, perubahan suhu lingkungan kurang berpengaruh terhadap suhu dalam kemasan tanpa ventilasi. Sehingga saat suhu lingkungan lebih rendah dari suhu penyimpanan dingin yang diharapkan, suhu pada ruang kemasan tanpa ventilasi tidak mengalami penurunan yang drastis dari suhu yang diharapkan. Kemasan tanpa ventilasi K1T2 memiliki persentase susut bobot paling kecil dikarenakan tidak adanya lubang ventilasi menyebabkan kandungan oksigen rendah didalam kemasan akan menghambat laju respirasi, sehingga proses perombakan senyawa makromolekul seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi gula sederhana terhambat, CO 2 dan air yang dikeluarkan pun berkurang. Buah yang disimpan pada suhu ruang 28-30 o C sebagian sudah mengalami pembusukan pada hari ke-6 sehingga tidak dapat bertahan hingga hari ke-12. Hal ini sesuai dengan Sudarminto 1992 bahwa alpukat pada kondisi penyimpanan udara normal dengan suhu 25-32 o C hanya dapat bertahan selama 5-8 hari. Oleh karena itu penting dijaga agar suhu dan kelembaban ruang penyimpanan relatif tetap. Karena perubahan suhu penyimpanan sebesar 2-3 o C lebih tinggi dari suhu yang dikehendaki sangat memungkinkan terjadinya pembusukan atau proses pematangan yang tidak baik dan kelembaban udara yang rendah dapat mempercepat terjadinya transpirasi atau penguapan yang dapat menyebabkan kehilangan bobot yang cukup besar. Susut bobot pada penyimpanan suhu 8 o C lebih kecil daripada penyimpanan pada suhu ruang 28-30 o C. Hal ini disebabkan perbedaan kelembapan relatif pada suhu ruang penyimpanan. Ryali dan Pentzer 1982 menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi susut bobot salah satunya adalah kelembapan relative RH pada ruang simpan. Kelembapan udara yang rendah dapat mempercepat terjadinya transpirasi atau penguapan sehingga dapat menyebabkan kehilangan bobot yang cukup besar selama penyimpanan. Apabila ruang simpan memiliki RH tinggi maka susut bobot yang dialami lebih kecil dibandingkan dengan ruang simpan yang memiliki RH rendah. Kelembaban relatif RH pada suhu 8 o C sebesar 85-95 , sedangkan RH pada suhu ruang 28 o C sebesar 60 – 70 . Meskipun kelembapan yang tinggi mencegah terjadinya pembusukan, namun kelembapan yang tinggi juga dapat mengakibatkan penyusutan yang berlebihan, pengkeriputan, dan kerusakan kulit Pantastico, 1989. Dari hasil analisis sidik ragam, terbukti bahwa model interaksi antara kemasan, suhu, danlama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap susut bobot buah alpukat selama penyimpanan. Ternyata dari hasil analisis sidik ragam, tipe ventilasi kemasan tidak berpengaruh signifikan terhadap susut bobot, tetapi suhu penyimpanan berpengaruh secara signifikan terhadap susut bobot, karena p value .0001. Dari hasil uji lanjut Duncan Tabel 11 dan 12, ternyata kemasan dan interaksi dari tiap-tiap faktor perlakuan tidak berbeda nyata pada susut bobot, sehingga penggunaan tipe ventilasi yang berbeda atau tanpa penggunaan ventilasi pada kemasan tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap perubahan susut bobot buah alpukat. Sedangkan interaksi antara suhu terhadap waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap susut bobot sehingga memberikan perbedaan yang signifikan terhadap perubahan susut bobot buah alpukat pada tiap suhu penyimpanan yang berbeda. 36 Hal ini berarti bahwa susut bobot termasuk parameter mutu yang tidak dapat menggambarkan pengaruh ragam perlakuan pada tipe ventilasi kemasan, tetapi menggambarkan ragam perlakuan pada suhu penyimpanan. Dengan demikian penggunaan kemasan dengan tipe ventilasi kemasan yang berbeda ataupun tanpa menggunakan ventilasi, tidak terlalu menghasilkan perbedaan peningkatan susut bobot yang signifikan, tetapi suhu penyimpanan justru yang sangat berpengaruh terhadap susut bobot. Hasil analisa sidik ragam dan uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 12. Tabel 11. Pengaruh tipe ventilasi kemasan terhadap susut bobot alpukat Tipe Kemasan Susut Bobot H-3 H-6 H-9 H-12 K1 2.1542 a 8.8575 a 3.8350 a 4.8450 a K2 2.0658 a 7.5300 a 4.4450 a 5.6500 a K3 2.0394 a 7.6200 a 4.1850 a 5.4100 a K4 2.0984 a 8.0875 a 4.7850 a 5.8500 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5 Tabel 12. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap susut bobot buah alpukat Suhu Penyimpanan Susut bobot H-3 H-6 H-9 H-12 T1 28 o C 2.5864 a 12.8913 a T2 8 o C 1.5925 b 3.1563 b 4.3125 5.4387 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5

2. Kekerasan