21
i. Uji Ninhidrin
Larutan sampel sebanyak 2 ml ditambahkan beberapa tetes larutan ninhidrin 0,1. Campuran dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit. Hasil uji
positif sampel mengandung asam amino yaitu terbentuknya larutan berwarna biru.
3.4. Analisis Data
3.4.1. Rendemen Ekstrak
Rendemen ekstrak adalah perbandingan antara bobot ekstrak yang dihasilkan gram dengan bobot sampel awal sebelum diekstraksi gram.
Rendemen ekstrak digunakan untuk menentukan berapa persen kandungan bioaktif yang terdapat pada suatu bahan. Persentase rendemen ekstrak dihitung
dengan rumus berikut: .......................................... 1
Keterangan: Pr
: Persen rendemen Be
: Bobot ekstrak Bs
: Bobot sampel awal
3.4.2. Persen inhibisi dan IC
50
Persen inhibisi adalah perbandingan antara selisih dari absorbansi blanko dan absorbansi sampel dengan absorbansi blanko. Persen inhibisi digunakan
untuk menentukan persentase hambatan dari suatu bahan yang dilakukan terhadap senyawa radikal bebas. Persen inhibisi dihitung dengan rumus berikut:
............................................... 2
22
Keterangan: Pi
: Persen inhibisi Ab
: Absorbansi blanko As
: Absorbansi sampel
Nilai persen inhibisi yang telah dihitung dari setiap konsentrasi 200-800 ppm selanjutnya digunakan untuk perhitungan IC
50
. IC
50
atau Inhibitor Concentration
50 adalah nilai konsentrasi suatu bahan untuk menghambat aktivitas DPPH sebesar 50. Nilai konsentrasi dari larutan yang telah diencerkan
dari ekstrak dan persen inhibisi diplotkan masing-masing pada sumbu x dan y. Kemudian nilai IC
50
dihitung dengan regresi linear y = ax + b, dengan menyatakan nilai y sebesar 50 dan nilai x sebagai IC
50
.
3.4.3. Pengaruh Transplantasi terhadap Kandungan Antioksidan
Perlakuan pada penelitian ini adalah sampel jenis alami dan transplantasi. Semua perlakuan dilakukan sebanyak dua kali ulangan. Rancangan percobaan
yang digunakan untuk menganalisis data hasil uji kandungan antioksidan dengan DPPH adalah Rancangan Acak Faktorial RAF dengan model sebagai berikut:
Y
ijk
= μ + α
i
+ β
j
+ αβ
ij
+ ε
ijk
…………………. 3 Keterangan:
Y
ijk
= Pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan taraf ke-I dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
μ = Mean populasi
α
i
= Pengaruh taraf ke-i dari faktor A
23 β
j
= Pengaruh taraf ke-j dari faktor B αβ
ij
= Pengaruh taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B ε
ijk
= Pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij
Hipotesis Rancangan Acak Faktorial terhadap hasil uji kandungan antioksidan dengan DPPH adalah sebagai berikut:
H = perlakuan transplantasi tidak berpengaruh nyata
H
1
= perlakuan transplantasi berpengaruh nyata
Apabila hasil analisis ragam ANOVA pada hasil uji kandungan antioksidan dengan DPPH berbeda nyata pada selang kepercayaan 95, maka
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil dengan rumus sebagai berikut:
Tα,dbs x ……………………… 4
Keterangan: T
= nilai table T-Student pada taraf nyata α dengan derajat bebas sisa dbs
α = taraf nyata
kts = kuadrat tengah sisa
r = ulangan
dbs = derajat bebas sisa
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Ekstrak
Sarcophyton sp.
Nilai persen rendemen ekstrak dari tiap pelarut, baik karang lunak Sarcophyton
sp. alami maupun hasil transplantasi dapat dilihat pada Gambar 7. Proses perhitungan rendemen ekstrak dari tiap pelarut dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Gambar 7. Nilai Rataan Rendemen Ekstrak Sarcophyton sp. Alami dan Hasil Transplantasi dengan Pelarut Metanol p.a., Etil Asetat p.a., dan
Heksana p.a.
Gambar 7 menunjukkan bahwa komponen bioaktif yang paling banyak terkandung dalam jaringan tubuh karang lunak Sarcophyton sp. adalah komponen
bioaktif yang memiliki sifat polar metanol p.a. karena ekstrak yang dihasilkan dengan menggunakan pelarut metanol memiliki rendemen yang paling besar jika
dibandingkan dengan pelarut lainnya. Hal ini dikarenakan kelarutan zat pada suatu pelarut sangat ditentukan oleh kemampuan zat tersebut membentuk ikatan
2,56
1,1 0,49
1,71 1,11
0,63 0.5
1 1.5
2 2.5
3
Metanol Etil asetat
Heksana
P er
sen
Pelarut
Alami Transplant