13
mendapatkan sinar matahari yang cukup sehingga karang lunak Sarcophyton sp. dapat tumbuh secara optimal.
Penelitian laboratorium dilakukan pada bulan Juli-November 2010 bertempat di Laboratorium Kering Hidrobiologi Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
IPB, Laboratorium Produktivitas Lingkungan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, dan
Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil Perairan IPB.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk mengambil sampel karang lunak adalah peralatan SCUBA, cool box, alat tulis, dan pisau selam untuk mengambil sampel. Bahan
yang digunakan selama kegiatan laboratorium yaitu karang lunak Sarcophyton sp. alami dan hasil transplantasi, pelarut metanol p.a., pelarut etil asetat p.a., pelarut
heksana p.a., aquades, larutan DPPH, dan berbagai pereaksi uji fitokimia. Alat yang digunakan diantaranya orbital shaker, kertas saring kasar dan whatman,
spektrofotometer, labu erlenmeyer, timbangan digital, freezer, tabung reaksi, gelas ukur, vacuum evaporator, pipet tetes, dan pipet mikro.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Pengambilan Sampel Alami dan Transplantasi
Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada kedalaman 3 meter di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, tepatnya pada 106
˚ 36’ 42,5” BT dan 5
˚ 44’ 3,7” LS. Pengambilan sampel menggunakan alat SCUBA
14
dan pisau untuk memotong karang lunak dari substratnya dan ditempatkan di keranjang jaring. Karang lunak Sarcophyton sp. yang berada di Area
Perlindungan Laut tersebut diambil sebanyak 300 g untuk sampel alami dan 300 g untuk sampel hasil transplantasi. Kemudian sampel dipindahkan ke cool box yang
telah diisi dengan es batu dan blue ice sehingga suhunya tetap rendah agar enzim dan bakteri pembusuk yang mempercepat pembusukan menjadi tidak aktif.
Sampel dibawa ke laboratorium dan dimasukkan ke dalam freezer agar sampel tetap berada pada suhu rendah sehingga tidak terjadi pembusukan sebelum
dilakukan tahap selanjutnya yaitu ekstraksi senyawa aktif.
3.3.2. Ekstraksi Senyawa Bioaktif
Sampel Sarcophyton sp. dipotong kecil-kecil dan kemudian ditimbang masing-masing 50 g untuk dimaserasi dengan perbandingan sampel dan pelarut
1:4 selama 3 x 24 jam. Ekstraksi ini menggunakan metode ekstraksi tunggal, yaitu setiap pelarut dicampurkan dengan sampel yang belum pernah dilarutkan
dengan pelarut lain sebelumnya. Pada setiap sampel 50 g ditambahkan pelarut 200 ml dengan tujuan agar komponen bioaktif pada sampel karang lunak
Sarcophyton sp. terlarut dalam pelarut tersebut. Masing-masing pelarut mewakili
senyawa dengan tingkat kepolaran yang berbeda, metanol p.a. sebagai pelarut polar, etil asetat p.a. sebagai pelarut semi polar, dan heksana p.a. sebagai pelarut
non polar. Kemudian hasil maserasi dari masing-masing pelarut disaring menggunakan kertas saring kasar dan whatman hingga diperoleh filtrat dan residu.
Penyaringan ini dilakukan setiap 24 jam sekali dari maserasi. Filtrat hasil maserasi hari pertama, kedua, dan ketiga dari masing-masing pelarut dievaporasi
15
menggunakan vacuum evaporator hingga didapatkan pelarut dan ekstrak yang terpisah. Diagram alir proses ekstraksi senyawa bioaktif menggunakan pelarut
metanol p.a, etil asetat p.a, dan heksana p.a dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram Alir Proses Ekstraksi Senyawa Bioaktif Pramadhany, 2006 in
Andriyanti, 2009 yang dimodifikasi
3.3.3. Uji Aktivitas Antioksidan