Pengaruh Transplantasi HASIL DAN PEMBAHASAN

30 ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict dengan indikator terdapat endapan merah bata Harbonne, 1987.

4.4. Pengaruh Transplantasi

Penelitian ini menggunakan dua jenis sampel karang lunak Sarcophyton sp. alami dan transplantasi dalam pengujian aktivitas antioksidan untuk mendapatkan pengaruh perlakuan transplantasi terhadap kandungan senyawa bioaktif antioksidannya. Hasil yang didapatkan dari pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH yaitu terdapat aktivitas antioksidan yang tinggi pada sampel karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi. Hasil yang didapatkan menjelaskan bahwa kandungan antioksidan di sampel karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi lebih besar jika dibandingkan dengan yang alami. Dugaan awal yang dapat diambil adalah perlakuan transplantasi mampu menaikkan kandungan antioksidan. Setelah karang lunak dipotong untuk ditransplantasi, maka karang lunak akan mengeluarkan lendir sebagai respon alami untuk memperbaiki jaringan yang rusak menutup luka. Lendir ini adalah hasil dari metabolisme sekunder dan diduga mengandung komponen bioaktif yang berperan sebagai senyawa antioksidan. Hal yang serupa juga ditemui pada hasil uji fitokimia, yaitu terjadi perbedaan kandungan yang terdapat pada sampel karang lunak Sarcophyton sp. alami dan hasil transplantasi. Sampel karang lunak Sarcophyton sp. alami bereaksi positif pada uji steroid, uji flavonoid, dan uji benedict. Sampel karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi bereaksi positif pada uji alkaloid, uji steroid, uji flavonoid, dan uji benedict. Dapat disimpulkan bahwa karang lunak 31 Sarcophyton sp. mengandung senyawa bioaktif steroid, flavonoid, dan gula pereduksi. Hal ini serupa dengan yang diutarakan Badria et al. 1998 dan Sawant et al . 2006 in Hardiningtyas 2009 bahwa karang lunak Sarcophyton sp. banyak mengandung senyawa bioaktif steroid. Senyawa kimia aktif tersebut menunjukkan aktivitas antibakteri, antifungi, antitumor, neurotoksik, dan anti inflamantori yang bermanfaat bagi industri farmasi. Perbedaan dalam hasil uji fitokimia terdapat pada uji alkaloid. Pada sampel karang lunak Sarcophyton sp. alami tidak ditemukan adanya kandungan alkaloid. Pada sampel karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi ditemukan adanya kandungan alkaloid karena bereaksi positif saat pengujian dengan Wagner, Meyer, dan Dragendroff. Alkaloid yang terkandung dalam sampel karang lunak Sarcophyton sp. ini diduga muncul ketika perlakuan transplantasi. Setelah karang lunak dipotong untuk ditransplantasi, maka karang lunak akan mengeluarkan lendir sebagai respon alami untuk memperbaiki jaringan yang rusak menutup luka. Lendir ini adalah hasil dari metabolisme sekunder yang diduga mengandung komponen bioaktif alkaloid dan berguna untuk pertahanan diri, pencegahan infeksi, dan persaingan ruang. Kandungan bioaktif seperti komponen karbohidrat, gula pereduksi, peptida, dan asam amino merupakan hasil metabolit primer. Alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, dan fenol hidrokuinon termasuk metabolit sekunder. Dari hasil pengujian fitokimia dapat disimpulkan bahwa karang lunak Sarcophyton sp. memiliki kandungan metabolit sekunder karena bereaksi positif dengan pengujian alkaloid, steroid, dan flavonoid. Terjadinya kompetisi ruang, makanan, dan adanya predator pemangsa memicu karang lunak Sarcophyton sp. untuk 32 memproduksi metabolit sekunder yang berperan sebagai allelopatic agent. Sammarco et al. 1983 in Hardiningtyas 2009 menyatakan bahwa allelopatik adalah sifat penghambat secara langsung terhadap suatu jenis oleh jenis lainnya dengan menggunakan zat-zat kimia beracun atau berbisa. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Fleury et al. 2004 bahwa produktif senyawa bioaktif sarcophytoxide dari karang lunak Sarcophyton ehrenbergi semakin meningkat ketika didekatkan dengan karang lunak Pacillopora darmiconis dan juga oleh Ismet 2007 bahwa senyawa-senyawa kimiawi dalam metabolit sekunder bermanfaat untuk mempertahankan diri dari tekanan kompetitor, reaksi antagonisme, infeksi maupun predasi oleh organisme laut lainnya. Metabolit primer adalah metabolit yang dibentuk selama masa pertumbuhan dan digunakan dalam proses-proses metabolisme esensial bagi organisme. Produksi metabolit ini hampir serupa pada semua organisme, melibatkan proses anabolisme dan katabolisme, contohnya lintasan pembentukan glukosa. Sementara itu, metabolisme sekunder adalah komponen senyawa yang diproduksi pada saat kebutuhan metabolisme primer sudah terpenuhi dan digunakan dalam mekanisme evolusi spesies atau strategi adaptasi terhadap lingkungan Torssell, 1983 in Ismet, 2007. Contoh pertahanan dan strategi terhadap lingkungan sesuai dengan penelitian yang dilakukan Coll et al, 1983 in Kelman et al, 1999 bahwa gastropoda Ovula ovum dilaporkan memangsa Sarcophyton sp. Metabolit sekunder yang terbentuk pada karang lunak Sarcophyton sp. diduga karena perlakuan transplantasi dimana karang lunak tersebut dipotong-potong dan kemudian di tempatkan di rak transplan untuk keperluan transplantasi. Proses penutupan luka akibat kegiatan transplantasi berlangsung setelah pemotongan 33 selesai. Proses ini membutuhkan waktu dan ditandai dengan keluarnya lendir berwarna kuning coklat dari bagian tubuh karang lunak Sarcophyton sp. yang dipotong. Secara umum, luka yang terdapat pada karang lunak dapat diakibatkan proses transplantasi atau predasi yang dilakukan pemangsa, seperti gastropoda Ovula ovum Coll et al., 1983 in Kelman et al., 1999. Karang lunak hasil transplantasi yang digunakan dalam penelitian ini ditransplantasi pada bulan September 2008 dan diambil untuk penelitian laboratorium pada bulan Juli dan Agustus 2010. Pada saat pengambilan, luka akibat pemotongan transplantasi pada karang lunak hasil transplantasi sudah tertutup sempurna. Jarak waktu yang lama antara kegiatan transplantasi dengan kegiatan pengambilan sampel dikuatirkan mempengaruhi kandungan antioksidan dan metabolit sekundernya akibat adanya pengaruh lingkungan, yaitu proses predasi, gelombang yang sangat besar, dan keterbatasan cahaya matahari. Hal ini dapat mempengaruhi hasil yang didapatkan karena bisa terjadi kemungkinan aktivitas antioksidan dan kandungan senyawa bioaktif yang terdapat di dalam karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi bukan murni akibat kegiatan transplantasi sehingga perlunya pengujian aktivitas antioksidan dan kandungan senyawa bioaktif pada jangka waktu yang singkat sejak kegiatan transplantasi. Hal ini nantinya dipengaruhi oleh usia karang lunak setelah ditransplantasi, misalnya usia satu bulan setelah ditransplantasi kemudian dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dan senyawa bioaktif. Kemudian pada usia dua dan tiga bulan juga dilakukan hal yang sama agar dapat diketahui informasi waktu yang efektif untuk pemanfatan karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi sebagai antioksidan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN