Uji Aktivitas Antioksidan Metode Penelitian

15 menggunakan vacuum evaporator hingga didapatkan pelarut dan ekstrak yang terpisah. Diagram alir proses ekstraksi senyawa bioaktif menggunakan pelarut metanol p.a, etil asetat p.a, dan heksana p.a dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Diagram Alir Proses Ekstraksi Senyawa Bioaktif Pramadhany, 2006 in Andriyanti, 2009 yang dimodifikasi

3.3.3. Uji Aktivitas Antioksidan

Uji aktivitas antioksidan dilakukan untuk mengetahui kemampuan karang lunak Sarcophyton sp. untuk menghambat aktivitas radikal bebas. Setelah didapatkan ketiga jenis ekstrak maka langkah selanjutnya ialah melakukan uji Sarcophyton sp. 50 g Maserasi 3 x 24 jam dengan metanol p.a. 200 ml Filtrasi setiap 24 jam sekali Residu Evaporasi Filtrat Ekstrak metanol p.a. Maserasi 3 x 24 jam dengan etil asetat p.a. 200 ml Filtrasi setiap 24 jam sekali Residu Evaporasi Filtrat Ekstrak etil asetat p.a. Maserasi 3 x 24 jam dengan heksana p.a. 200 ml Filtrasi setiap 24 jam sekali Residu Evaporasi Filtrat Ekstrak heksana p.a. 16 aktivitas antioksidan dengan menggunakan DPPH 2,2 diphenyl 1-picrylhydrazil. Larutan DPPH yang digunakan, dibuat dengan melarutkan kristal DPPH sebanyak 0,0197 gram dalam pelarut metanol p.a. dengan konsentrasi 1 mM. Larutan induk dari masing-masing ekstrak kasar dibuat dengan mencampurkan ekstrak kasar tersebut dengan metanol p.a. sebanyak 50 ml. Setelah itu diencerkan konsentrasinya menjadi 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, dan 800 ppm. Kemudian dari masing-masing konsentrasi tersebut diambil 4 ml dan dicampurkan dengan larutan DPPH 1 ml. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit, kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Pengujian ini dilakukan dari konsentrasi 200 ppm berurutan hingga 800 ppm. Diagram alir proses uji DPPH dapat dilihat pada Gambar 6. 17 Gambar 6. Diagram Alir Uji Aktivitas Antioksidan Karang Lunak Sarcophyton sp. Alami dan Hasil Transplantasi Blois, 1958 in Hanani et al., 2005 yang dimodifikasi Diagram alir pada Gambar 6 berlaku untuk setiap ekstrak dari sampel karang lunak alami dan transplantasi dengan pelarut metanol p.a., etil asetat p.a., dan heksana p.a. Pengujian kualitatif dari metode DPPH yaitu dengan melihat warna larutan sampel ketika dicampurkan dengan DPPH. Adanya perubahan warna ungu pada DPPH menjadi ungu yang lebih muda atau adanya warna kuning ketika pencampuran dilakukan menandakan terdapatnya aktivitas antioksidan pada larutan sampel karang lunak tersebut. Pengujian kuantitatif metode DPPH dilakukan dengan cara menghitung nilai persen inhibisi dan dilanjutkan dengan perhitungan nilai IC 50 . Persen inhibisi adalah nilai penghambatan radikal bebas Ekstrak 0,05 gram Larutan sampel 4 ml dicampurkan dengan larutan DPPH 1 ml Pengenceran dengan metanol p.a. 400 ppm 10 ml 200 ppm 10 ml 600 ppm 10 ml 800 ppm 10 ml Inkubasi 30 menit pada suhu 37 ˚C Ukur absorbansi dengan panjang gelombang 517 nm Pembuatan larutan induk dengan penambahan metanol p.a. 50 ml 18 sedangkan IC 50 atau Inhibitor Concentration 50 menyatakan konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk mereduksi DPPH sebesar 50. Semakin kecil nilai IC 50 maka semakin besar aktivitas antioksidan pada suatu bahan. Molyneux 2004 menyatakan bahwa metode uji aktivitas antioksidan dengan DPPH merupakan yang metode yang paling banyak digunakan. DPPH diphenylpicrylhydrazyl merupakan senyawa radikal bebas yang larut dalam pelarut polar seperti metanol dan etanol. DPPH merupakan radikal yang stabil yang dapat diukur intensitasnya pada panjang gelombang 515 nm Rohman dan Riyanto, 2005.

3.3.4. Uji Fitokimia Harbonne, 1987