4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Ekstrak
Sarcophyton sp.
Nilai persen rendemen ekstrak dari tiap pelarut, baik karang lunak Sarcophyton
sp. alami maupun hasil transplantasi dapat dilihat pada Gambar 7. Proses perhitungan rendemen ekstrak dari tiap pelarut dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Gambar 7. Nilai Rataan Rendemen Ekstrak Sarcophyton sp. Alami dan Hasil Transplantasi dengan Pelarut Metanol p.a., Etil Asetat p.a., dan
Heksana p.a.
Gambar 7 menunjukkan bahwa komponen bioaktif yang paling banyak terkandung dalam jaringan tubuh karang lunak Sarcophyton sp. adalah komponen
bioaktif yang memiliki sifat polar metanol p.a. karena ekstrak yang dihasilkan dengan menggunakan pelarut metanol memiliki rendemen yang paling besar jika
dibandingkan dengan pelarut lainnya. Hal ini dikarenakan kelarutan zat pada suatu pelarut sangat ditentukan oleh kemampuan zat tersebut membentuk ikatan
2,56
1,1 0,49
1,71 1,11
0,63 0.5
1 1.5
2 2.5
3
Metanol Etil asetat
Heksana
P er
sen
Pelarut
Alami Transplant
25
hidrogen Khopkar, 2003 in Hardiningtyas, 2009. Metanol p.a. adalah pelarut berbobot molekul rendah yang dapat membentuk ikatan hidrogen sehingga dapat
larut dan bercampur dengan air hingga kelarutan yang tak terhingga Hart, 1987. Ikatan hidrogen lebih mudah terbentuk pada pelarut metanol p.a. sehingga zat
bioaktif yang terdapat pada karang lunak Sarcophyton sp. lebih mudah larut dalam metanol p.a.
Nilai rendemen ekstrak dibutuhkan dalam proses ekstraksi karena dapat digunakan sebagai acuan berapa banyak ekstrak yang dapat dihasilkan dari suatu
sampel. Hal ini juga berkaitan dengan berapa banyak kandungan bioaktif yang dikandungnya, karena semakin besar rendemennya dapat diasumsikan banyaknya
kandungan senyawa bioaktif yang terdapat pada sampel tersebut. Hal ini senada dengan yang dilaporkan oleh Nurhayati et al. 2009 bahwa nilai rendemen yang
tinggi menunjukkan banyaknya komponen bioaktif yang terkandung di dalamnya. Rita et al. 2009 melaporkan bahwa lamanya waktu dalam melakukan
ekstraksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil ekstrak yang diperoleh. Faktor-faktor lainnya diantaranya seperti metode dalam melakukan
ekstraksi, ukuran sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel Harbonne, 1984; Darusman et al., 1995 in
Susanto, 2010.
4.2. Kandungan Antioksidan